Mohon tunggu...
Bunyi Sunyi
Bunyi Sunyi Mohon Tunggu... Penulis - IQRA

Bacalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi, Dunia Tanpa Dapur

13 Oktober 2020   08:47 Diperbarui: 13 Oktober 2020   08:50 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Awalnya saya sedikit acuh dengan masalah yang menurut kita "mungkin tidak begitu penting". Karena pada dasarnya orang akan mengasumsikan bahwa membicarakan tentang dapur tidak bisa lepas-pisah dengan  'Pangan', yang selalu di kaitkan dengan perut.

Namun hal ini tidak berhenti pada aspek itu saja, dikarenakan berbicara mengenai dapur sama halnya, kita membicarakan masalah sumber pangan, kesehatan, kerukunan, serta ilmu pengetahuan yang menjadi pemenuhan kebutuhan lahiriah kita.

Sampai abad Melenial ini, kita telah mengalami dedagrasi pola fikir yang begitu mengkwatirkan. sehingga Kita tidak begitu peka terhadap permasalahan yang terjadi (baca; Jangan Biarkan Kami Terasing). 

Pola komsumsi yang berbading lurus dengan menurunnya kemauan masyarakat untuk mengefektifkan lahan kosong. membuat masyarakat semakin meminati sesuatu yang bersifat praktis. 

Sehingga Kebutuhan dapur sepertinya Minyak Kelapa Misalnya, Dulu itu di ola sendiri. Dan hal itu mempunyai Dampak yang begitu efesien. Tapi begitulah, kita lebih suka ke pasar dan menaruh uang sebagai solusi nya.

Nah, dalam situasi pendemic ini seakan-akan menebalkan sifat ikhtiar kita terhadap segala kebutuhan diri yang datang dari luar (pasar). Karena dilihat dari proses penyebaran covid19 yang cepat dan sangat agresif terhadap segala sesuatu. Sehingga meminimalisir sifat ketergantungan terhadap hal-hal yang instant menjadi kewajiban.

Seharusnya, dalam situasi pendemic seperti sekarang ini, kita harus kembali pada sifat atau cara lama yang lebih efesien dan mengurangi sedikit ketergantungan kita terhadap pasar. 

Dan cara-cara lama yang saya maksudkan adalah memasak sendiri dan mendapatkan kebutuhan dapur seperti cili, tomat, atau sesuatu yang bisa ditanam, dapat dimanfaatkan melalui pekarangan yang selama ini kita defenisikan sebagai tempat/taman bunga (baca: Jejak Pangan).

Sebab Ketahanan pangan suatu negeri tidaklah ditentukan dari melimpahnya ketersediaan pangan negeri tersebut, melainkan dari kemampuan masyarakatnya untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka, baik kualitas maupun kuantitas/keterjangkauan yang tinggi terhadap pangan.

Pada dasarnya kita (Negara maupun Masyarakat), memasuki masa pendemic ini, ada dalam ketegangan dan kepanikan yang benar-benar mengkawatirkan. 

Dan salah satu unsur kepanikan kita adalah ketidakpunyaan. Ketidakpunyaan atas apa ? Terhadap kebutuhan-kubutuhan hidup. Hal ini juga diakibatkan karena konsep yang dilahirkan atau besic kehidupan yang ditanamkan oleh pemerintah begitu memanjakan. Seperti di aspek pertanian misalnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun