Mohon tunggu...
Bunyi Sunyi
Bunyi Sunyi Mohon Tunggu... Penulis - IQRA

Bacalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi, Dunia Tanpa Dapur

13 Oktober 2020   08:47 Diperbarui: 13 Oktober 2020   08:50 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hal ingin bersamaan dengan cara Masyarakat modern memaknai dapur. Setelah terjadi peran dunia II atau manusia mulai masuk dalam dunia industri. Mulailah di kenal Jasa pembantu rumah tangga, hal ini bersamaan dengan cara proses hidup manusianya. Yang hampir sebagian besar mereka habiskan diluar rumah.

Bergeser sedikit lebih jauh tentang bagaimana posisi atau seberapa besar peran dapur dalam wacana sekarang ini. Kita akan menemukan berbagai perilaku yang sebenarnya mengkesampingkan peran dapur. 

Kiblat makan manusia kontemporer lebih di dominasi di luar rumah. Sehingga secara bersamaan menumbuhkan selera kaum kapital untuk membangkitkan rumah-rumah makan raksasa. 

Yang pada perannya menyediakan hampir sebagian besar kemauan manusia sekarang yang lebih efesien, praktis, serta ekonomis. Ditambah lagi dengan kejanggihan teknologi yang mampu mengantarkan makanan cepat saji kerumah tampa harus menyalakan kompor.

Apalagi sekarang ini manusia modern mengatur  pola komsumsinya bukan lagi tentang kemanfaatannya namun semua itu berasaskan pada gaya hidup, demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh iklan dan mode lewat televisi, tanyangan sinetron, acara infotainment, ajeg kompetisi para calon bintang, gaya hidup selebriti, dan sebagainya. 

Yang ditawarkan iklan bukanlah nilai guna suatu barang itu berguna atau tidak, diperlukan konsumen atau tidak. Karena itu yang komsumsi adalah makna yang dilekatkan pada barang itu, sehingga kita tidak mampu memenuhi kebutuhan kita. 

Kita tidak pernah terpuaskan, kita lalu menjadi pemboros agung mengonsumsi tanpa henti, rakus dan serakah. Komsumsi yang kita lakukan justru menghasilkan ketidakpuasan kita menjadi teralienasi karena perilaku komsumsi kita. 

Pada gilirannya ini menghasilkan kesadaran palsu, seakan-akan terpuaskan padahal kekurangan, seakan-akan makmur padahal miskin.

Ruang fikir kita sengaja di bentuk sedemikian rupa, sehingga aspek manfaat tidak di pandang lagi. Jadi jangan heran jika hari ini ada yang bertamu ke KFC, dsb. Lebih banyak mengaktifkan kamera ponselnya ketimbang makan. 

Nilai guna akan kalah oleh simbol dan lebel. Sehingga dapur sebagai wadah dimana kita lebih tahu apa yang dimasak dan bagaimana nilai kegunaaan secara kesehatan maupun ekonomi, tidak lagi termanfaatkan.

DIlematis: Dapur Tanpa Tungku di Tengah Covid-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun