Setiap orang yang datang beribadah sembahyang diwajibkan berdoa dengan menggunakan 3 (tiga) batang dupa wangi atau hio yang terbuat dari bahan baku utama serbuk halus kayu panglong ditambah dengan berbagai ramuan rempah-rempah yang beraroma harum, seperti cendana (Santalum album), gaharu (Aquilaria malaccensis), kayu manis (Cinnamomum burmannii), kamper/kapur barus (Dryobalanops aromatica), kemenyan (Styrax sp.) dan lain-lain serta dibubuhi aromaterapi.
"Ada sedikit perbedaan jelas antara obat-obatan, rempah-rempah, parfum dan dupa, yakni, di antara zat-zat yang menyehatkan tubuh dan yang menyehatkan jiwa, yang menarik kekasih dan yang menarik perhatian seorang dewata." The Golden Peaches of Samarkand, a Study of T'ang Exotics, Edward H. Schafer (Sinolog dan Sejarawan).
Persembahyangan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Tian atau Shang Ti)
Tuhan Yang Maha Esa (Tian atau Shang Ti) tentu saja tidak boleh digambarkan dengan cara, media atau bentuk apapun juga. Hampir sama dengan ajaran agama Islam, Allah Subhanahu Wa Taala; dengan agama Kristen Katholik dan Protestan, Allah Bapa; dengan ajaran agama Hindu Dharma, Sang Hyang Widhi Wasa dan dengan ajaran agama Buddha Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang atau juga Sang Hyang Adi Buddha. Oleh karena itu persembahyangan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah dengan cara menempatkan tubuh dan wajah pemeluknya menghadap ke arah sebelah Barat dan dengan berdoa serta mengangkat 3 batang hio yang telah dibakar.
Persembahyangan kepada Dewa Kwan Kong (Kuan Kung)
Guan Yu  (Guan Yunchang, Kwan Yintiang, Kwan Kong, Guan Gong atau Kwan Ie) (160/164-219/220) adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Ia dilahirkan di kabupaten Jie, wilayah Hedong (sekarang kota Yuncheng, provinsi Shanxi). Guan Yu merupakan jenderal utama Negara Shu Han, ia bersumpah setia mengangkat saudara dengan Liu Bei (kakak tertua) dan Zhang Fei (adik terkecil). Dalam konteks populer, Guan Yu sering digambarkan sebagai tokoh yang berwajah merah. Guan Yu ini adalah salah seorang yang berkepribadian amat luhur, ramah, sopan, jujur, adil dan bertanggungjawab sehingga menjadi suri tauladan bagi generasi berikutnya dan ia disamakan dengan seorang dewa. Ia juga menjadi rupang utama Vihara Budi Asih.
Persembahyangan kepada Buddha
Tiga batang hio itu bagi umat Buddha adalah sebagai simbol dari Tiga Mestika atau Tiga Permata berasal dari bahasa Pali Tiratana (Ti: tiga dan Ratana: mestika atau permata) dan bahasa Sanskerta Tri Ratna (dengan arti yang sama dengan Tiratana dalam bahasa Pali). Tiga Mestika mempunya makna yang sangat berarti bagi umat Buddha.
Tiga Mestika yang dimaksud dalam agama Buddha itu adalah sebagai berikut:
- Buddha, yang juga dapat diartikan sebagai Buddha Gautama sebagai guru dan juga dapat diartikan sebagai sifat kebuddhaan yang dimiliki oleh setiap manusia.
- Dhamma, yang merupakan ajaran Buddha, yang merupakan kebenaran mutlak.
- Sangha, yang sering kali dikaitkan sebagai pengawal dan pelindung Dhamma. Sangha juga adalah suatu persaudaraan suci orang-orang yang telah mencapai tingkatan kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Arahat).