Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Vihara Budi Asih Purwakarta

19 Juli 2022   10:10 Diperbarui: 28 Juli 2022   19:51 3776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama Bapak Nata Prasaja di kiri dan Bapak Rahmat Senjaya di kanan. Foto: Ahmad Said Widodo

Sejarah Pertumbuhan, Perkembangan dan Dinamika Politik

Kehidupan masyarakat Tionghoa pada masa sesudah berdirinya vihara dapat dikatakan aman dan damai sampai dengan pasca meletusnya Pemberontakan Partai Komunis Indonesia pada tanggal 30 September 1965, yang biasa disebut sebagai Peristiwa G-30-S/PKI.

Dan dikarenakan adanya kecurigaan, yaitu adanya dugaan, bahwa peristiwa G-30-S/PKI ada hubungan erat dengan semakin mesranya hubungan antara Indonesia, khususnya Partai Komunis Indonesia dengan negara-negara blok Timur (Komunis), seperti Republik Sosialis Uni Sovyet, Republik Rakyat China, Republik Demokratik Vietnam Utara dan Republik Demokratik Korea Utara, terutama sekali hubungan erat antara Partai Komunis Indonesia dengan Partai Komunis China (Republik Rakyat China).

Yang kemudian terbukti ada bantuan berupa 100.000 pucuk senjata api laras panjang Chung Type56 dari Republik Rakyat China kepada Partai Komunis Indonesia, khususnya untuk pembentukan Angkatan Ke-5 (buruh dan tani yang dipersenjatai untuk dengan dalih membantu Operasi Dwikora, yaitu adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia).

Senjata Chung Type56 ini mengikuti desain aslinya Simonov SKS yang dirancang oleh Sergei Gavrilovich Simonov pada tahun 1943. Kemudian Uni Soviet sendiri mulai menggunakan Simonov SKS pada tahun 1945. Lantas China memproduksi SKS atas dasar lisensi serta asistensi langsung dari tim Soviet. Yang kemudian senapan ini diberi label Type56, menyiratkan produksi senapan mulai di produksi pada tahun 1956.

Pasca peristiwa G-30-S/PKI ini, maka terjadilah demonstrasi besar-besaran oleh massa rakyat, terutama dari kalangan mahasiswa, pelajar, pemuda, buruh,  sarjana, wanita, guru dan lain-lain, seperti para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Selanjutnya diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI) dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI) serta didukung penuh oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya TNI Angkatan Darat.

Oleh karena gerakan demonstrasi yang dilakukan secara sistematis, terstruktur dan masif, maka tak pelak apapun yang berbau komunis, Tiongkok atau China disikat habis, salah satu yang menjadi korbannya adalah Vihara Shen Tee Bio (sebelum berganti nama menjadi Vihara Budi Asih) yang sempat disegel untuk selama beberapa waktu dan senantiasa diawasi oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan itu terjadi pada tanggal 10 November 1965.

Salah satu pelaku sejarah penyegelan ini adalah Bapak A. Tajuddin, S.H., seorang pengacara yang pernah bergabung dengan Pusat Bantuan dan Pengabdian Hukum di Purwakarta, yang secara kebetulan pernah menjadi tetangga sebelah rumah orangtua Penulis di Jalan Kamboja Nomor 07 Purwakarta.

Setelah adanya Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), yaitu 3 tuntutan kepada pemerintah yang diserukan para mahasiswa, pelajar dan pemuda. Ketika gelombang demonstrasi menuntut pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) semakin keras, pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Keadaan negara Indonesia sudah sangat parah, baik dari segi sosial, ekonomi maupun politik. 

Harga barang naik sangat tinggi terutama bahan bakar minyak (BBM). Oleh karenanya, pada tanggal 12 Januari 1966, KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR menuntut Tritura.

Isi Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) itu adalah sebagai berikut:

  • Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya.
  • Perombakan kabinet Dwikora.
  • Turunkan harga pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun