Menurut Djoenaedi Abdoelkadir Soemantapoera, bahwa R.A.A. Soeriawinata pada tahun 1830 memindahkan ibukota Kabupaten Karawang dari Wanayasa ke Sindangkasih. Sebagai seseorang yang taat kepada agama Islam dan masih patuh pada cara perhitungan buhun untuk pindah itu beliau memakai perhitungan Pranatamangsa. Yang dipakainya adalah mangsa Desta, antara 19 April 1830-12 Mei 1830. Mangsa Desta, yaitu waktu yang baik untuk hal-hal yang baik seperti pindah tempat, pindah rumah, menikahkan, membuat rumah, memberi nama dan lain-lain. Pranatamangsa adalah penanggalan rakyat yang sungguh hidup dalam masyarakat dari dahulu sampai sekarang.Â
Untuk mengetahui pergantian musim, baik musim kemarau maupun musim hujan dengan mengadakan perhitungan bulan dan tahun menurut jalannya matahari. Pengetahuan itu dimiliki secara turun temurun dan digunakan dalam bidang pertanian, terutama dalam hal bertanam padi di sawah. Pengetahuan orang Sunda itu menunjukkan persamaannya dengan pengetahuan orang Jawa. Orang Sunda mengetahui juga peredaran bintang di langit. Pada bulan November (Mangsa Kanem), Bintang Wuluku (Orion), pada waktu subuh kelihatan di ufuk Timur, dianggap oleh petani untuk mulai mengerjakan sawah.
Kira-kira bulan April (Mangsa Desta), Bintang Wuluku itu pada permulaan malam tampak terbalik. Hal ini pertanda untuk menyimpan bajak, sudah selesai menuai padi. Orang-orang beristirahat, waktu itu adalah waktu yang baik untuk mengerjakan hal-hal yang baik.Â
Pada mangsa Desta itulah yang dipakai oleh bupati R.A.A. Soeriawinata untuk memindahkan ibukota Kabupaten Karawang di Wanayasa ke Sindangkasih dan bersama-sama dengan Purbasari memberi nama Purwakarta. (Nama Purbasari ini sementara masih sangat misterius karena siapakah ia, darimana asalnya dan apa saja kiprahnya belum ada data yang dapat dipertanggungjawabkan, kecuali manuskrip Babad Wanayasa karya Moehammad Moekri, belum ada manuskrip tradisional maupun sumber arsip kolonial).
Beliau selalu membaca shalawat dimana saja dan kapan saja tak ada waktu yang terlewat oleh karena itulah maka beliau mendapat sebutan Dalem Shalawat. Beliau pindah ke kabupaten di sebelah barat Situ Buleud, setelah mendapat ilafat yang diterimanya setelah shalat istikharah, antara tidur dan tidak tidur beliau mendengar suara, bahwa ibukota Kabupaten Karawang harus dipindahkan dari Wanayasa ke sebelah Utara dimana terdapat sebuah kolam (situ) dan di sanalah harus didirikan kabupaten. Kabupaten itu sendiri dibuat pada tahun 1829 sebelum pindah dari Wanayasa ke Purwakarta. R.A.A. Soeriawinata pindah dari Wanayasa ke Sindangkasih pada hari Minggu tanggal 02 Mei 1830, pukul 10.00 pagi, diikuti oleh seluruh keluarga dan pegawai kabupaten, demikian juga rakyat banyak yang mengantarkannya.
Kapankah mulai ada nama Purwakarta? Jawabannya adalah setelah 5 (lima) hari bupati R.A.A. Soeriawinata memindahkan ibukota Kabupaten Karawang di Wanayasa ke Sindangkasih dan pemberian nama itu disetujui oleh bupati R.A.A. Soeriawinata, yaitu pada hari Jumat Legi tanggal 07 Mei 1830 sekitar pukul 09.00 pagi atau bertepatan dengan tanggal 16 Hapit 1245 Hijriyah di Kabupaten Karawang yang berkedudukan di Purwakarta yang letaknya di sebelah barat Situ Buleud -- pada saat diadakan syukuran kepindahan.
Beberapa kalangan menanggapi pendapat atau versi Djoenaedi Abdoelkadir Soemantapoera dalam Seminar Sejarah Purwakarta pada tanggal 31 Juli 1986. Pada garis besarnya mereka semua sama-sama memuji pendapat tersebut dan menerima tanpa reserve. Terdapat beberapa nama pejabat dan tokoh masyarakat yang ikut hadir dalam seminar sejarah tersebut. Selain seminar sejarah tersebut, menurut Djoenaedi Abdoelkadir Soemantapoera di Purwakarta paling tidak sudah 3 (tiga) kali diselenggarakan acara seminar yang sama (termasuk yang diselenggaraka pada tanggal 31 Juli 1986), kemudian pada tanggal 18 November 2000 dan terakhir pada tanggal 20 Juli 2004 yang lalu.
Menurut pendapat beberapa kalangan, menanggapi versi Djoenaedi Abdoelkadir Soemantapoera, bahwa tanggal ini dianggap sebagai hari jadi Purwakarta berdasarkan analogi pada tradisi, yaitu kepercayaan tradisional masyarakat Jawa dalam mencari hari, tanggal dan bulan baik tiap tahun berdasarkan penanggalan Pranatamangsa, untuk melakukan kegiatan penting, seperti bertani, pindah tempat tinggal dan pemberian nama.
Menurut perhitungan Pranatamangsa, hari dan tanggal baik tahun 1830 berada dalam Mangsa Desta yang mencakup tanggal 19 April sampai dengan 12 Mei. Dalam Mangsa Desta tanggal 02 Mei 1830 dianggap tanggal yang baik untuk pindah tempat, maka tanggal itulah 'diduga' bupati Karawang R.A.A. Soeriawinata pindah dari Wanayasa ke Sindangkasih. Pergantian nama Sindangkasih menjadi Purwakarta 'diduga' terjadi pada tanggal 07 Mei 1830, karena pada Mangsa Desta, tanggal itu dianggap sebagai tanggal yang baik untuk memberi nama.
Menurut Ahmad Said Widodo, versi ini mengandung kelemahan, karena beranalogi pada tradisi. Memang, kepercayaan akan Pranatamangsa sangat kuat dalam kehidupan masyarakat tradisional Jawa, termasuk masyarakat tradisional Sunda. Tahun 1830 diduga sebagai tahun perpindahan bupati, masih dapat diterima, karena tahun itu berada dalam periode pemerintahan bupati R.A.A. Soeriawinata (1829-1849). Akan tetapi, dugaan tanggal 02 Mei 1830 sebagai tanggal pindahnya bupati Karawang R.A.A. Soeriawinata dari Wanayasa ke Sindangkasih adalah dugaan yang lemah karena tidak ditunjang oleh data lain.
Demikian pula, dugaan pemberian nama Purwakarta terjadi tanggal 07 Mei 1830, sulit untuk dapat diterima karena tidak ditunjang oleh data lain yang memperkuat dugaan itu. Dugaan itu mengandung arti, bahwa nama Sindangkasih diganti menjadi Purwakarta setelah bupati R.A.A. Soeriawinata tinggal di daerah Sindangkasih selama 5 (lima) hari.