Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Rumah Sakit Bayu Asih Purwakarta

18 April 2019   17:05 Diperbarui: 30 Oktober 2022   17:33 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta awalnya didirikan pada tahun 1925 di Jalan Cipaisan Purwakarta (sekarang SMP Negeri 4 Jalan Jenderal Ahmad Yani Purwakarta). Yaitu pada akhir masa pemerintahan Bupati Karawang di Purwakarta, Raden Tumenggung Aria Gandanegara dan awal pemerintahan Bupati Karawang di Purwakarta, Raden Adipati Aria Soeriamihardja. 

Namun karena pada tahun 1927 terbakar, maka dipikirkanlah pembangunannya kembali dan pada tahun 1930 dengan dipindahkan lokasinya ke Jalan Raya Purwakarta Utara (di kemudian hari menjadi Jalan Raya Jenderal Sudirman Purwakarta dan sekarang menjadi Jalan Raya Veteran Purwakarta). Ada pun lokasi lama bekas rumah sakit itu sering disebut Rumah Sakit Heubeul (Lama) yang kemudian dijadikan lokasi rumah miskin, Sekolah Kejuruan Kepandaian Putri (SKKP) Negeri, Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA), Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK) dan akhirnya menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Purwakarta. 

Dan dari beberapa peta lama / kuno Purwakarta yang Penulis temukan di Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta ternyata di lokasi tersebut disebut sebagai "Hospitaal" atau "Ziekenhuis". Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta sebenarnya merupakan rumah sakit 'tua', dibangun atas prakarsa dan kebutuhan warga masyarakat Purwakarta, yang pada hari Sabtu tanggal 18 Oktober 1930 pukul 09.00 WIB, diresmikan oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr. Dr. Andries Cornelis Dirk van de Graeff yang didampingi oleh Residen Hr. A. Sangster, Bupati Karawang di Purwakarta Raden Adipati Aria Soeriamihardja, Hr. Slotemaker de Bruine, Pendeta O.E. van der Brug, dr. W.J.L. Bake, dr. Wimmel dan dr. F.J. Bosman (Zend.Arts) dan Suster Kepala Zr. H. Hazewindus. Acara pengguntingan pita dilakukan oleh isteri Gubernur Jenderal Ny. (Freule) Londa Andries Cornelis Dirk van de Graeff dengan disaksikan oleh Ny. Bremmer dan Ny. Van Wijk. 

Koleksi Pribadi Ahmad Said Widodo
Koleksi Pribadi Ahmad Said Widodo

Berdiri di atas tanah seluas 5 (lima) hektar dan luas bangunan 5.000 m, memiliki komponen pelayanan yang sangat mendasar, yaitu : rawat jalan, rawat inap yang terdiri dari 7 (tujuh) zaal / bangsal (belum terbagi menjadi spesialistik), bengkel, apotik, sekolah juru kesehatan dan asrama. Ketika diresmikan pertama kalinya dalam bahasa Belanda rumah sakit ini disebut "Zendingsziekenhuis Bayoe Asih te Poerwakarta".

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta (yang sekarang ini) dahulunya merupakan sebuah hospital yang sangat dibanggakan dan dibuat oleh Nederlandsche Zendings Vereeniging (Gevestigd te Rotterdam), Zendelingen Java te Poerwakarta) untuk Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, diberi nama "Bayoe Asih" yang berarti "Pemeliharaan di dalam kekuatan derma pengasihan". Ada pun biaya pembangunannya menghabiskan Nf 280.000 (dua ratus delapan puluh ribu Nederlands florijn=gulden atau rupiah) yang berasal dari sumbangan masyarakat, zending, Pamanoekan & Tjiasem Landen dan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. (Sayang Penulis belum mendapat data, fakta, bukti dan saksi yang kuat, apakah Bupati Karawang di Purwakarta, Raden Adipati Aria Soeriamihardja termasuk ke dalam kelompok para penyumbang (donatur) atau tidak, kalau ya, berapa jumlah yang beliau sumbangkan, baik sebagai pribadi maupun dalam kapasitasnya sebagai Bupati?).

Arsitek dan pembangunannya dikerjakan oleh Annemer Lie Djien Tiong dibantu oleh Rd. Moehammad Asik dan Ahmad Soeta sebagai para pelaksana lapangannya. Biaya yang sebesar ini lebih besar daripada pembayaran uang dana pensiun bagi bangsa keturunan Eropa di Bandung setiap bulan yang sebesar Nf 248.441,77 (dua ratus empat puluh delapan ribu empat ratus empat puluh satu dan tujuh puluh tujuh sen gulden). Hebat sekali!
Pada saat itu di Bayu Asih masih mempunyai sebuah Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang berada di bagian belakang rumah sakit yang dibuka sampai dengan tahun 1970-an. 

Bahkan Bayu Asih sudah mempunyai sekolah ini sejak masih jaman penjajahan kolonial Hindia Belanda, saat diresmikan oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr. Andries Cornelis Dirk van de Graeff pada tanggal 18 Oktober 1930. Salah seorang lulusannya adalah Mayor Tjilik Riwut (1918-1987) yang kemudian menjadi Laksamana (Marsekal) Pertama Titulair, yang kemudian hari ditetapkan oleh Pemerintah RI menjadi Pahlawan Nasional. Mantan Direktur Rumah Sakit Bayu Asihm, H. Sigit Saroso pernah berjumpa dua kali dengannya ketika pak Tjilik Riwut menjabat sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya (1957-1966) dan setelah beliau tidak lagi menjabat. Beliau juga pernah menjadi Wedana Sampit dan Bupati Kotawaringin.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta, dulu pernah dipimpin oleh dr. Johannes Leimena, seorang dokter lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) / Sekolah Pendidikan Dokter-dokter Bumiputera atau Sekolah Dokter Jawa, Jakarta tahun 1930 - tahun yang sama dengan diresmikannya rumah sakit ini - mulai bulan Desember 1941, yang ketika itu masih merupakan rumah sakit milik zending. Beliau dilahirkan di Amboina pada tanggal 06 Maret 1905. Menyelesaikan pendidikannya pada Christelijk Europeesche Lagere School (ELS), Jakarta tahun 1919; Christelijk Meer Uitgebrreid Lager Onderwijs (MULO), Jakarta tahun 1922 dan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) / Sekolah Pendidikan Dokter-dokter Bumiputera atau Sekolah Dokter Jawa, Jakarta tahun 1930 serta gelar Doctor in de Geneeskunde, Jakarta tahun 1939.

Ada pun School tot Opleiding van Inlandsche Artsen yang dibentuk pada tahun 1902 ini kemudian diganti namanya menjadi School tot Opleiding van Indische Artsen semenjak tahun 1913 dan masih menggunakan nama singkatan STOVIA juga yang kemudian pada tanggal 16 Agustus 1927 dibuka Geneeskundige Hogeschool (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran. Namun sebelum itu STOVIA sering kali ditafsirkan sebagai Stuwkracht tot Ontwikkeling van de Indische Archipel (Kekuatan pendorong untuk mengembangkan Kepulauan Hindia atau daya pendorong perkembangan Nusantara). Mengapa sampai disebut demikian namanya? Hal ini karena dari semenjak awal didirikannya pendidikan kedokteran di Jawa, para siswa atau mahasiswanya telah mulai terlibat dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan. Banyak sekali nama yang dapat disebut dalam hal ini.

Pekerjaan yang pernah dijalani dr. Johannes Leimena adalah sebagai Dokter Bumiputera Pemerintah (Gouvernment Inladshe Artsen) pada Bagian Penyakit Dalam (Interna) Rumah Sakit Umum Pusat (Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting atau CBZ, yang sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta di bawah Prof. Dr. de Langen (Desember 1930 - Juni 1931); kemudian diperbantukan pada Rumah Sakit Zending di Bandung (Juni 1931 - Desember 1941) serta menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Zending "Bayu Asih" di Purwakarta (sejak Desember 1941). Karya tulis yang dihasilkannya antara lain : Disertai yang berjudul "Leverfunctie Proefen Bij Inheemschen"; "Een Geval Van Pseudopancreascyste Na Trauma"; "Enkele Resultaten Van Het Klinisch Onderzoek Bij Primair Levercarcinoom"; "Over Leucasmelten Bij Kinderen."

Beliau beristerikan Rd. Wijarsih Prawiradilaga yang dilahirkan di Garut pada tanggal 19 April 1908 serta dikaruniai 5 orang anak; 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Catatan lainnya adalah, bahwa gaji yang diterimanya sebelum tanggal 01 Maret 1942 sebesar Nf 478 dan setelah 01 Maret 1942 sebesar Nf 314. Beliau memimpin rumah sakit ini hampir bersamaan waktunya dengan penyerangan Jepang atas Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941. 

Dan selama pendudukan bala tentara Jepang di Indonesia beliau banyak berjasa bagi masyarakat Purwakarta. Bahkan beliau pernah sangat akrab bergaul dengan seseorang pasiennya yang pernah menolongnya untuk mendapatkan barang milik pribadi beliau yang telah dirampas oleh bala tentara pendudukan Jepang. Orang itu tak lain adalah Rd. Pardjan Partodihardjo Singoyudho bin Rd. Singoprawiro, seorang tokoh pejuang sipil dalam masa kemerdekaan di Purwakarta, yang melalui jasa baik seseorang lainnya yang bernama Gatot - yang diyakini cukup lancar berbahasa Jepang - mampu meminta kembali barang pribadi milik dr. Johannes Leimena-san.

Kelak di kemudian hari beliau (dr. Johannes Leimena) kita kenal sebagai salah seorang tokoh nasional yang cukup penting, antara lain pernah menjabat sebagai seorang menteri, yaitu Menteri Kesehatan (membawahi Kementerian / Departemen Kesehatan), yaitu antara lain dalam : Kabinet Mr. Amir Sjarifuddin I (03-07-1947 sd 11-11-1947); Kabinet Mr. Amir Sjarifuddin II (11-11-1947 sd 29-01-1948); Kabinet Drs. Mohammad Hatta I (29-01-1948 sd 04-08-1949); Kabinet Republik Indonesia Serikat (20-12-1949 sd 06-09-1950); Kabinet Mohammad Natsir (06-09-1950 sd 27-04-1951); Kabinet Dr. Soekiman Wirjosandjojo - Soewirjo (27-04-1951 sd 03-04-1952); Kabinet Mr. Wilopo (03-04-1952 sd 30-07-1953); Kabinet Mr. Ali Sastroamidjojo I (30-07-1953 sd 12-08-1955). Dan beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Sosial (yang membawahi Kementerian / Departemen Sosial) dalam Kabinet Karya (09-04-1957 sd 10-07-1959). Dan juga kemudian Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II di jaman Presiden RI I Ir. Soekarno, bersama-sama dengan dr. Soebandrio sebagai Waperdam I dan dr. Chaerul Saleh sebagai Waperdam III.

Sosok Leimena, yang akrab dipanggil Oom Jo, yang lahir di Desa Emma, Kecamatan Leitimur Selatan (Leitisel), Kota Ambon, pada 6 Maret 1905 dan meninggal dunia dalam usia 72 tahun di Jakarta pada 29 Maret 1977.

Ia adalah salah satu tokoh politik yang paling sering menjabat sebagai menteri kabinet Indonesia dan satu-satunya orang yang menjabat menteri selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus dalam 18 kabinet berbeda.

Semasa hidupnya, Oom Jo yang menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL ini dikenal sebagai tokoh yang ikut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia II, tanggal 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Ia juga aktif pada gerakan Oikumene dan dikenal sebagai salah satu pendiri GMKI, serta turut berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, kini PGI) pada 1950. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai ketua umum Partai Kristen Indonesia (Parkindo) mulai tahun 1950 hingga 1957.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, Oom Jo mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri, tetapi ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) hingga 1973.

Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada tokoh asal Maluku, Dr Johannes Leimena, pada peringatan Hari Pahlawan, di Jakarta.

Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Leimena tidak terlepas dari usulan yang dicetuskan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) yang didukung oleh Walikota Ambon, Drs. M.J. Papilaja, MS dan anggota DPRD Kota Ambon, sejak bulan April 2010 lalu.

Pada jaman pendudukan balatentara Jepang, selain Johannes Leimena, Kepala RS Zending "Bayu Asih", Purwakarta; menurut catatan yang Penulis temukan di Arsip Nasional RI dalam Arsip Daftar Nama Orang Indonesia Jang Terkemoeka Di Poelaoe Djawa, yang menjadi dokter dan bertugas di kabupaten Karawang yang beribukota di Purwakarta antara lain : Moetiono, dr. Dokter Kabupaten Karawang di Subang; Sadikoen Kepala Jawatan Kesehatan Kabupaten Karawang di Purwakarta; Soegeng Wirjodipoero, R. Wakil Penjabatan Kesehatan Rakyat Daerah Karawang di Purwakarta; Soeratman Sastrowardojo, drh. R. Dokter Hewan, Purwakarta. Sampai terjadinya perang kemerdekaan pertama (21 Juli 1947) yang sering kita sebut sebagai Agresi Militer Belanda I atau yang oleh kalangan militer Belanda disebut sebagai "Politionele Actie I (Eerste)", di rumah sakit ini tidak terjadi kesibukan-kesibukan yang luar biasa.

Penderita sakit dan para korban perang termasuk para pemuda pejuang yang terluka di front-front sekitar Purwakarta yang keadaannya agak berat diteruskan ke rumah sakit di Subang (pimpinan dr. Soekono) atau ke Rumah Sakit Bayu Asih di Purwakarta. Rumah Sakit Bayu Asih di Purwakarta yang sudah disebut di atas, pada saat itu merupakan "basic hospital" bagi front Jakarta Timur. Rumah sakit yang cukup besar dan mempunyai fasilitas dan perlengkapan yang lumayan itu, dipimpin oleh dr. Soehardi Hardjoloekito. Pula dr. Soegiri (Ahli Kesehatan Anak) dan dr. Poedjono merupakan tenaga tetap, sedang dr. Admiral di situ sebagai dokter pengungsi dari Bandung. Fungsi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta dijabat oleh dr. Soegeng. Selama beliau mendapat cuti sakit, pekerjaan dilaksanakan oleh dr. Admiral. Dokter lain yang berada di Purwakarta tetapi meninggalkan profesinya dan memilih bidang kelaskaran dalam menunjang perjuangan, ialah dr. Sadikoen, yang bermarkas di Gunung Putri, tidak jauh dari batas kota Purwakarta.

Kemudian oleh Palang Merah Indonesia (PMI) di Jakarta dibentuk suatu Team Chirurgi yang tidak kepalang besarnya, ialah lebih dari dua puluh orang. Sebagai pemimpin ditunjuk dr. Oetama, disertai dr. Djamaloedin, dr. Soenario dan dr. Ramli. Ikut serta sejumlah mahasiswa kedokteran yang sudah duduk dalam tingkat tinggi, diantaranya ialah : Sadono, Haroen Soerono, Soekaman, Tjoet Rachman Moehardono, Ngurah dan lain-lain. Maksud pembentukan team ini ialah untuk meningkatkan pertolongan medik yang telah ada di daerah luar ibukota. Setelah segala sesuatu dipersiapkan dengan baik, team menuju lebih dahulu ke Cirebon, ialah untuk orientasi dan untuk mengumpulkan informasi. Kemudian diputuskan Rumah Sakit Bayu Asih di Purwakarta menjadi pangkalan. Dari pangkalan ini dikirim subteam-subteam ke tempat-tempat yang diperlukan.

Menurut catatan sejarah, Ridwan (drs. med., doctorandus medicus, seorang calon dokter muda) dalam menunaikan tugas sebagai Perwira Kesehatan gugur tahun 1948 di Buahbatu (daerah Bogor), namun ada juga yang mengatakan gugur di daerah Karawang. Penulis sampai saat ini belum memperoleh data, fakta, bukti dan saksi yang memuaskan, yang dapat membenarkan serta menguatkan akan hal ini.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta pada awalnya dikelola oleh Yayasan Gereja Kristen Pasundan (GKP) dan pada tahun 1965 mulai dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta. Tahun 1965 -1978, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta dipimpin oleh dr. H. Sigit Soeroso, yang pernah juga bertugas sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, sebagai Dokter Kabupaten (Dokabu) dan kemudian juga menjadi salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purwakarta.

Tahun 1978 - 1994, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta dipimpin oleh dr. Hj. Kustinah Djajawinata Effendi. Pada tanggal 16 Mei 1983 dibentuk Tim Penyelesaian Status Hukum Kepemilikan RSUD Bayu Asih Purwakarta dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Purwakarta No. 81.HK.021.1/V/SK/83. Pada tanggal 11 Juni 1983 RSUD Bayu Asih Purwakarta ditetapkan sebagai RSUD Kelas C dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 233/Menkes/SK/1983. Dilanjutkan dengan ditetapkannya Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C dengan dasar Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 134/1978, yaitu terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta No. 8/PD/1984 tentang Susunan dan Tata Kerja Rumah Sakit Kelas C Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta.

Tahun 1991 dibentuk suatu Panitia dari Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta untuk menyelesaikan serah terima fisik / bangunan. Tahun 1994 dapat diselesaikan penyerahan fisik dan bangunan, dengan penyerahan sertifikat tanah asli RSUD Bayu Asih Purwakarta dari Panitia Tingkat Propinsi kepada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta dengan luas tanah yang tertera pada sertifikat Hak Guna Bangunan Np. 46 Surat Ukur No. 242 Tahun 1933 seluas 49.330 m, sedangkan luas seluruhnya (fisik dan bangunan) adalah 58.846,20 m.

Tahun 1994 - 2001, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta dipimpin oleh dr. Hj. Yuke Pudiastuti Guffron S, MHA. Pada tanggal 25 Januari 1996 diusulkan permohonan penetapan hak dan pengukuran ulang RSUD Bayu Asih Purwakarta kepada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Purwakarta dengan surat No. 393/102/P1.K yang ditandatangani oleh Asisten Administrasi Umum atas nama Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II Purwakarta. Pada tanggal 3 Juli 1996 dilakukan pengukuran ulang oleh pihak Kantor BPN Purwakarta.

Pada tanggal 4 Desember 1996 terbit Surat Keputusan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Jawa Barat No. 490/HP/KWBPN/1996 tentang hak pakai atas tanah negara seluas 49.300 m dipergunakan untuk RSUD Bayu Asih Purwakarta. Pada tanggal 12 Mei 1997 terbit sertifikat tanda bukti hak No. 35 Tahun 1997 status tanah hak pakai dengan pemegang hak Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta dan gambar situasi tanggal 5 Juli 1995 No. 1167/1995, luas 49.300 m. 

Dengan demikian masih terdapat selisih luas tanah RSUD Bayu Asih Purwakarta 9.546,20 m yang harus dapat penetapan hak dari Kantor BPN Purwakarta. Pada tanggal 30 Juli 1999 terbit sertifikat tanda bukti No.10070605400041 dan No. 10070605400042 Tahun 1999 status tanah hak pakai dengan pemegang hak Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta dan gambar situasi tanggal 1 Juli 1999 No. 00049/Nagrikaler luas 590 m dan 1 Juli 1999 No. 00050/Nagrikaler/99 luas 4.590 m serta sisa 4.366,20 m. Dengan masih terdapat selisih luas tanah RSUD Bayu Asih Purwakarta 4.366,20 m.

Tahun 2001 (Juni) - 2002 (Februari), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta dipimpin oleh Drs. H. Lili Hambali Hasan, M.Si. yang dalam hal ini merangkap jabatannya sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Purwakarta dalam masa pemerintahan Bupati Purwakarta, Drs. H. Bunyamin Dudih, S.H.

Kemudian dalam masa pemerintahan Drs. H. Lili Hambali Hasan, M.Si. sampai masa pemerintahan H. Dedi Mulyadi, S.H., berturut-turut sebagai berikut :

Tahun 2002 (Februari) - 2005 (Januari), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta dipimpin oleh dr. Gatami A, Sp.A. Tahun 2005 (Januari) - Tahun 2007 (Maret) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta dipimpin oleh Ir. Sufiat Sulaeman, M.M.
Tahun 2007 (April) - Tahun 2009 (Maret) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta dipimpin oleh dr. Anne Hediana Kusuma, M.M. Tahun 2009 (Maret) - sekarang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta dipimpin oleh Drs. Syarifuddin Yunus. Kemudian masih ada beberapa orang Direktur sesudahnya.

Pada waktu yang telah lalu, semenjak tanggal 11 Juni 1983 RSUD Bayu Asih Purwakarta ditetapkan sebagai RSUD Kelas C dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 233/Menkes/SK/1983 yang jenis-jenis pelayanan medisnya pun masih sangat terbatas, seperti antara lain layanan para dokter : Dokter Umum; Dokter Gigi Umum; Dokter Spesialis Anak (Paediatric); Dokter Spesialis Bedah (Chirrurgie); Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan (Obstetri & Gynaecology) dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Interne).

Maka diharapkan jenis-jenis layanan medisnya pun akan lebih ditingkatkan lagi, seperti yang sudah dilaksanakan beberapa waktu terakhir ini. Jenis-jenis layanan medis yang nampaknya sangat dibutuhkan masyarakat Purwakarta pada masa kini sudah lebih kompleks, sehingga hampir menyamai jenis-jenis layanan medis di Rumah-rumah Sakit Umum yang berkelas B dan A.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta berlokasi di tengah kota Purwakarta, sehingga mempunyai aksesbilitas dan mudah dijangkau dari segala arah. Pada masa sekarang jarak RSUD Bayu Asih Purwakarta dengan rumah sakit lain adalah sebagai berikut : RSU Karya Husada Cikampek 19 km, RSU Subang 48 km, RSU-RSU di Karawang 42 km dan RSU-RSU di Cimahi 55 km serta RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dan RSU-RSU lainnya di kota Bandung 65-70 km.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun