Mohon tunggu...
Ahmad Fatikhin
Ahmad Fatikhin Mohon Tunggu... Buruh - analisator

mulailah dari kata 'saya' untuk melihat dunia

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19

20 Januari 2021   09:05 Diperbarui: 28 Maret 2021   00:06 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Virus Corona atau lebih sering disebut Covid-19 pertama kali menyerang Negara China terletak di Kota Wuhan. Kemudian virus Corona menyebar ke seluruh dunia dengan sangat cepat melalui kontak fisik (berjabat tangan/hubungan intim, dan lain-lain), cairan batuk atau flu dari penderita positif Corona, bahkan sekarang bisa menyebar lewat udara. 

Covid-19 diketahui masuk ke Indonesia setelah Presiden Joko Widodo menyatakan pada tanggal 2 Maret 2020 ada warga Indonesia yang positif terpapar virus Corona dan sampai saat ini warga yang positif terpapar virus corona semakin bertambah. Hal ini membuat masyarakat Indonesia menjadi sedikit tidak terkendali atau terlalu panik dalam menanggapi virus Corona dan ada pula yang masih tenang-tenang saja saat Indonesia sudah ada yang positif terpapar virus Corona dan malah membuat lelucon mengenai Covid-19.

Covid-19 mengakibatkan seluruh aspek kehidupan dunia menjadi terganggu dan menjadi masalah publiK. Misalkan dalam bidang sosial, bidang ekonomi, bidang politik, dan bidang lainnya. Dalam bidang sosial tentunya semua orang menjadi individual karena takut terinfeksi virus Corona, tidak ada lagi kerumunan orang di tempat umum. Dalam bidang ekonomi, terjadinya penurunan pendapatan sehingga masyarakat lebih berhemat. Ini juga berdampak pada proses produksi dan distribusi barang.

Negara Indonesia mengalami berbagai persoalan ekonomi di berbagai sektor di mana, sektor-sektor yang ikut terkena dampak dari wabah virus ini adalah sektor lembaga keuangan di Indonesia seperti perbankan hingga konsumsi rumah tangga yang menurun. Di sektor konsumsi rumah tangga terjadi ancaman kehilangan pendapatan masyarakat karena tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terutama rumah tangga miskin dan rentan serta sektor informal. Kemudian, penurunan lainnya juga terjadi pada UMKM. Pelaku usaha ini tidak dapat melakukan kegiatan usahanya sehingga terganggu kemampuan memenuhi kewajiban kredit.

Dengan penyebaran virus Corona yang begitu cepat, sehingga pemerintah membuat kebijakan untuk menghambat penyebaran virus Corona, dan upaya menekan penyebarannya, pemerintah Indonesia memberlakukan social distancing atau menjaga jarak dalam melakukan aktivitas sosial. Dari beberapa sumber referensi, Social Distancing adalah mengurangi berinteraksi secara langsung antar individu, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan menghindari berjabat tangan, pelukan, dan lainnya yang melibatkan kontak fisik.

Social distancing dijadikan sebuah solusi agar masyarakat melakukan aktivitas di dalam rumah, istilah ini dikenal juga Work from Home. Pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk menghindari pertemuan massal, menjaga jarak person to person, belajar serta beribadah di rumah. Social distancing tetap diterapkan meskipun ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. 

Masyarakat golongan menengah ke bawah terutama para pekerja informal menjadi salah satu pihak yang menolak adanya social distancing. Sikap tersebut muncul karena pendapatan mereka setiap harinya akan berkurang secara drastis. Meskipun terdapat tekanan sosial dari kalangan masyarakat tertentu, kebijakan tersebut tetap di implementasikan, namun konsekuensi atau dampak yang ditimbulkan dari daya tawar atau kekuatan politik yang ditimbulkan lebih kecil daripada kebijakan Lockdown.

Jika fenomena di atas dianalisis menggunakan pendekatan neo-klasik dapat diketahui bahwa kebijakan social distancing yang diterapkan pemerintah akan berdampak besar bagi perekonomian. Turunnya produktivitas dan berhenti produksi beberapa pabrik yang mengakibatkan kenaikan harga yang cukup signifikan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh oknum atau pengusaha yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan memanfaatkan situasi panic buying yang dialami oleh masyarakat. 

Seiring dengan meningkatnya permintaan alat kesehatan, oknum-oknum ini memanfaatkan situasi untuk menjadi supplier dalam memasok masker, hand sanitizer, dan Alat Pelindung Diri sehingga harga yang ditawarkan cukup tinggi. Pemerintah belum bisa mengendalikan atau mengatasi permasalahan tersebut, sehingga masyarakat atau pengusaha memanfaatkan situasi dengan menaikkan harga seiring dengan meningkatnya permintaan barang.

Hal ini mengakibatkan masyarakat golongan menengah ke bawah tidak mampu membeli perlengkapan kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19. Terdapat kegagalan pasar yang disebabkan karena pemerintah tidak mampu mengintervensi dan mengendalikan harga alat kesehatan yang berhubungan dengan Covid-19, padahal fungsi adanya negara adalah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

Pandemi Covid-19 Tak Pengaruhi Sektor Perikanan di Kabupaten Lamongan

Pandemi Covid-19 memang berimbas pada sendi-sendi kehidupan sosial utamanya perekonomian rakyat. Namun di Kabupaten Lamongan pada tahun pandemi ini masih tergolong selamat dari ancaman anjloknya salah satu perekonomian yakni di sektor perikanan.

Secara umum sektor perikanan di Kabupaten Lamongan selama pandemi Covid-19 ini tidak berpengaruh signifikan. Akan tetapi perubahan iklimlah yang justru mempengaruhi, sehingga membuat suplai atau pasokan ikan berkurang. Karena suplai berkurang, harga ikan akhirnya naik. 

Memasuki musim hujan menjadikan para petani lebih semangat karena harga ikan naik, sehingga para petani termotivasi untuk meningkatkan produktivitas perikanannya untuk memenuhi kebutuhan pasokan ikan. Tahun pandemi ini justru pengaruh yang paling dirasakan para petani soal musim kemarau dan hujan. Semasa musim kemarau kemarin sejak bulan Maret Tahun 2020 ini berimbas pada pasokan ikan atau suplai ikan yang berkurang.

Sejauh ini pasokan yang diterima Pasar Ikan Lamongan rata-rata dipasok oleh para petani di desa sekitar kota Lamongan dan kota tetangga, Tuban dan Gresik. Rata-rata pasokan ikan tawarnya lebih besar, sementara pasokan ikan air laut prosentasenya lebih kecil karena tidak sampai 5 %. Kestabilan sektor perikanan ini juga justru malah menguntungkan para petani tambak, karena dengan stabilnya pasokan, maka harga ikan ikut terangkat. Kalau masalah harga jual ikan sekarang sudah naik, karena pasokan kurang dan itu sesuai hukum ekonomi.

Dari data yang didapat menyebutkan rincian harga ikan tawar di bulan November antara lain Ikan Bandeng per kilogramnya Rp 12.000 hingga Rp 20.00 di tingkatan pengepul. Sementara di tingkatan eceran Rp 15.000 sampai Rp 24.000 di pengecer. Untuk ikan Mujair, Tombro, Udang, Bader dan Lele harga variasinya mulai Rp 22.000 sampai 55.000 ditingkat pengecer dan pengepul. Sementara untuk harga Ikan Air Laut Tongkol, cumi-cumi, Kuniran, Bawal harga variasinya mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 33.000 di tingkatan pengecer dan pengepul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun