Mohon tunggu...
Ahmad BayhaqiMugni
Ahmad BayhaqiMugni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Lambung Mangkurat

NIM : 2410416210002 Prodi : S1 Geografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menganalisis Pemanfaatan Lahan Basah di Beberapa Kelurahan Pada Kecamatan Banjarmasin Timur

12 September 2024   19:00 Diperbarui: 12 September 2024   19:16 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama : Ahmad Bayhaqi Mugni

Nim : 2410416210002

Kelas : A

Dosen Pengampu : Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si, M.Si.

Prodi : Geografi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lambung Mangkurat

1. Pengertian Lahan Basah

Lahan basah atau wetland adalah ekosistem yang berada di antara daratan dan perairan, dan memiliki kondisi tanah yang basah atau jenuh air dalam jangka waktu yang cukup lama. Lahan basah ini dapat berupa rawa, gambut, paya, atau danau dangkal, dan bisa ditemukan di berbagai jenis iklim dan wilayah di seluruh dunia.

Ciri-ciri utama lahan basah termasuk:

Kondisi Tanah: Tanah di lahan basah umumnya jenuh air, yang mengakibatkan tanahnya menjadi lembek atau berlumut.

Vegetasi: Lahan basah sering kali memiliki vegetasi khas yang dapat bertahan dalam kondisi basah, seperti rumput-rumputan, tanaman air, dan semak-semak.

Peran Ekologis: Lahan basah memainkan peran penting dalam ekosistem. Mereka dapat menyimpan air, mengontrol banjir, menyediakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, dan memfilter polutan dari air.

Perlindungan dan Konservasi: Banyak lahan basah dilindungi secara hukum karena perannya yang vital dalam ekosistem dan dampak mereka terhadap lingkungan dan keseimbangan ekosistem.

Contoh lahan basah termasuk Danau Tawar, Rawa-rawa Amazon, dan Mangrove di pesisir pantai.

2. Pengertian Geotagging

Geotagging adalah proses menambahkan informasi geografis ke media digital, seperti foto, video, atau data lain, yang menunjukkan lokasi tempat media tersebut diambil atau dibuat. Informasi geografis ini biasanya berupa koordinat GPS (latitude dan longitude) atau informasi lokasi lainnya.

Bagaimana Geotagging Bekerja:

Pengumpulan Data Lokasi: Ketika Anda menggunakan perangkat seperti smartphone, kamera, atau perangkat GPS, alat ini dapat merekam lokasi geografis di mana foto atau video diambil. Banyak perangkat modern dilengkapi dengan GPS yang memungkinkan mereka untuk secara otomatis menandai lokasi.

Penambahan Data ke Media: Informasi lokasi ini kemudian ditambahkan ke metadata file media tersebut. Metadata ini termasuk data tambahan yang disimpan bersama dengan file, seperti waktu, tanggal, dan informasi kamera.

Penggunaan: Dengan data geotagging, Anda bisa mengetahui lokasi spesifik dari media yang diambil, yang bisa berguna untuk berbagai aplikasi, seperti aplikasi peta, media sosial, atau sistem manajemen foto.

Contoh Penggunaan  Geotagging:

Media Sosial: Saat Anda mengunggah foto ke platform seperti Instagram atau Facebook, sering kali Anda dapat menambahkan lokasi yang akan menunjukkan di peta di mana foto tersebut diambil.

Aplikasi Peta dan Navigasi: Geotagging membantu dalam melacak dan menavigasi lokasi yang telah dikunjungi atau menemukan tempat-tempat menarik.

Pengelolaan Foto: Dengan geotagging, Anda dapat mengatur dan mencari foto berdasarkan lokasi tempat foto diambil, membuatnya lebih mudah untuk mengelola dan berbagi pengalaman perjalanan.

Geotagging dapat meningkatkan pengalaman pengguna dengan memberikan konteks tambahan pada media digital dan membantu dalam pencarian dan pengorganisasian informasi berdasarkan lokasi.

3. Jenis-Jenis Tanah Yang Ada Di Banjarmasin

Di Banjarmasin Timur, yang merupakan salah satu wilayah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, terdapat berbagai jenis tanah dengan karakteristik yang berbeda-beda. Jenis tanah ini umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi, topografi, dan aktivitas manusia. Berikut adalah beberapa jenis tanah yang umum ditemukan di wilayah Banjarmasin Timur:

  1. Tanah Aluvial:
    • Deskripsi: Tanah ini terbentuk dari endapan material yang dibawa oleh aliran sungai. Di Banjarmasin Timur, tanah aluvial sering ditemukan di sepanjang area yang dekat dengan sungai atau daerah dataran rendah.
    • Karakteristik: Biasanya tanah ini subur dan cocok untuk pertanian, tetapi juga bisa rawan terhadap banjir jika tidak dikelola dengan baik.
  2. Tanah Gambut:
    • Deskripsi: Tanah gambut terbentuk dari akumulasi bahan organik seperti daun dan sisa tanaman yang membusuk di lingkungan yang lembab dan kurang oksigen. Di Banjarmasin Timur, tanah gambut dapat ditemukan di daerah-daerah yang rendah dan lembab.
    • Karakteristik: Tanah gambut umumnya memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, namun memiliki daya dukung rendah dan dapat mudah terdegradasi jika tidak dikelola dengan baik.
  3. Tanah Laterit:
    • Deskripsi: Tanah laterit terbentuk dari proses pelapukan yang intensif dalam kondisi iklim tropis. Tanah ini biasanya kaya akan oksida besi dan aluminium.
    • Karakteristik: Tanah laterit memiliki warna merah hingga coklat dan cenderung kurang subur. Meskipun demikian, tanah ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk pembangunan infrastruktur.
  4. Tanah Pasir:
    • Deskripsi: Tanah pasir terdiri dari butiran-butiran pasir yang relatif besar dan tidak memiliki banyak bahan organik.
    • Karakteristik: Tanah ini memiliki drainase yang baik, tetapi kapasitas retensi airnya rendah. Tanah pasir mungkin kurang subur jika tidak ditambahkan bahan organik atau pemupukan.
  5. Tanah Lempung:
    • Deskripsi: Tanah lempung terdiri dari partikel-partikel yang sangat halus dan memiliki kapasitas retensi air yang baik.
    • Karakteristik: Tanah ini sering memiliki struktur yang padat dan dapat menjadi lengket ketika basah, serta keras ketika kering. Tanah lempung biasanya baik untuk pertanian jika dikelola dengan benar.

Kondisi tanah di Banjarmasin Timur dapat bervariasi tergantung pada lokasi spesifiknya, serta perubahan lingkungan dan aktivitas manusia di area tersebut. Penting untuk melakukan survei tanah yang lebih mendetail untuk menentukan jenis tanah yang tepat dan karakteristiknya di area tertentu.

Berikut adalah beberapa contoh pemanfaatan lahan basah di Banjarmasin Timur:

 

1. Kel. Pekapuran Raya

 - Peternakan 

Contoh pemanfaatan lahan basah
Contoh pemanfaatan lahan basah

Pada 2 gambar diatas terdapat peternakan yaitu hasil dari pemanfaatan lahan basah yang berada di Kel. Pekapuran Raya, Kec. Banjarmasin Timur.  

Peternakan adalah kegiatan atau usaha yang berkaitan dengan pembiakan dan pemeliharaan hewan ternak untuk tujuan produksi. Ini bisa melibatkan berbagai jenis hewan, contohnya sapi dan ayam seperti pada gambar di atas. Tujuan utama peternakan biasanya adalah untuk memperoleh produk seperti daging, susu, dan telur serta hasil sampingan seperti kulit dan kotoran untuk pupuk.

Peternakan juga mencakup aspek pengelolaan, kesehatan hewan, dan pemeliharaan lingkungan. Selain itu, peternakan dapat melibatkan berbagai metode, mulai dari sistem tradisional hingga sistem modern yang lebih terintegrasi dan teknologi tinggi.

2. Kel. Sungai Lulut

- Holtikultura Buah dan Holtikultura Sayur

Contoh pemanfaatan lahan basah 
Contoh pemanfaatan lahan basah 

Contoh pemanfaatan lahan basah 
Contoh pemanfaatan lahan basah 

Contoh pemanfaatan lahan basah 
Contoh pemanfaatan lahan basah 

Contoh pemanfaatan lahan basah 
Contoh pemanfaatan lahan basah 

Contoh pemanfaatan lahan basah 
Contoh pemanfaatan lahan basah 

Pada beberapa gambar diatas terdapat beberapa pemanfaatan lahan basah yaitu holtikultura buah (tanaman jeruk, tanaman jambu, tanaman pisang, dan tanaman pepaya) dan holtikultura sayur (daun singkong) yang terdapat pada Kel. Sungai Lulut, Kec. Banjarmasin Timur.

Hortikultura buah adalah cabang hortikultura yang fokus pada budidaya tanaman buah-buahan, seperti apel, jeruk, dan mangga. Ini mencakup penanaman, perawatan, dan panen buah untuk mencapai kualitas dan hasil yang optimal.

Sedangkan hortikultura sayur berfokus pada budidaya tanaman sayur-sayuran seperti tomat, wortel, dan brokoli. Tujuan utamanya adalah memproduksi sayuran segar dengan hasil yang baik dan berkualitas tinggi. Keduanya melibatkan teknik pengelolaan yang berbeda berdasarkan kebutuhan tanaman masing-masing.

3. Kel. Kebun Bunga

-Perikanan

Contoh pemanfaatan lahan basah 
Contoh pemanfaatan lahan basah 

Contoh pemanfaatan lahan basah 
Contoh pemanfaatan lahan basah 

Pada 2 gambar diatas termasuk pemanfaatan lahan basah di Kel. Kebun Bunga, Kec. Banjarmasin Timur.

Perikanan adalah sektor atau kegiatan yang berfokus pada penangkapan, budidaya, dan pengelolaan sumber daya ikan dan organisme akuatik lainnya. Ini mencakup berbagai aktivitas seperti menangkap ikan di laut atau perairan tawar, mengelola tambak, serta pemeliharaan ikan di akuarium atau fasilitas budidaya. Tujuannya adalah untuk menyediakan pangan, memperoleh hasil sampingan seperti minyak ikan, dan menjaga keberlanjutan sumber daya akuatik melalui praktik yang bertanggung jawab.

4. Kel. Karang Mekar

-Perikanan

Contoh pemanfaatan lahan basah 
Contoh pemanfaatan lahan basah 

Pada gambar diatas terdapat beberapa contoh pemanfaatan lahan basah di Kel. Karang Mekar, Kec. Banjarmasin Timur.

Tambak adalah sebuah area yang dibuat khusus untuk budidaya organisme akuatik, seperti ikan, udang, atau kerang, dalam lingkungan yang terkontrol. Biasanya terletak di dekat pantai atau perairan tawar. Tambak biasanya terdiri dari beberapa bagian, seperti kolam atau parit yang dipenuhi dengan air, serta sistem saluran untuk mengatur masuk dan keluarnya air.

Tambak dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti tambak garam (untuk budidaya udang dan ikan di lingkungan air payau) dan tambak air tawar (untuk budidaya ikan seperti lele atau nila). Pengelolaan tambak mencakup pemantauan kualitas air, pemberian pakan, pengendalian penyakit, dan pemanenan. Praktik ini bertujuan untuk meningkatkan produksi perikanan secara efisien sambil menjaga kesehatan lingkungan.

Kesimpulan

Lahan basah, atau wetlands, memainkan peran penting dalam ekosistem dengan mengatur aliran air, menyaring polutan, dan menyediakan habitat bagi berbagai spesies. Mereka juga mendukung kegiatan ekonomi lokal dan berkontribusi pada penyimpanan karbon, membantu mitigasi perubahan iklim. Namun, lahan basah menghadapi ancaman dari konversi lahan, pencemaran, dan perubahan iklim. Upaya pelestarian, termasuk pengelolaan berkelanjutan, kebijakan perlindungan, dan peningkatan kesadaran publik, sangat penting untuk menjaga fungsi ekologis dan manfaat sosial lahan basah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun