Sejak menjadi guru, saya berniat menerbitkan buku solo. Namun bagaimana saya bisa menerbitkan buku jika saya tak pandai menulis? Ya, salah satu caranya adalah harus belajar.Â
Pada saat itu sedang terjadi pandemi Virus Covid-19 atau kurun waktu tahun 2020 sampai dengan 2021. Lembaga pendidikan tutup, sekolah tutup. Guru dan siswa belajar Dalam Jaringan (Daring).Â
Virus corona-19 memberikan saya kesempatan belajar menulis, apalagi saat itu aplikasi webbinar seperti ZOOM, google mett, menjadi sarana belajar guru dan siswa termasuk seminar, diklat dan rapat
 Saya mengikuti webinar pelatihan menulis dari link yang diberikan melalui group whatshapp PGRI saat itu. Ketika itu, saya melihat ada webinar menulis secara gratis. Saya tertarik dan  langsung ikut mendaftar.
Selama berlangsungnya pelatihan, peserta diminta  menulis setiap hari. Ya, dalam satu hari harus ada satu tulisan yang bisa kita tulis.  Saya pun lulus pelatihan dan mendapatkan sertifikat  menulis dari PGRI saat itu.
Tidak hanya mendapatkan ilmu menulis, tapi kita diberikan petunjuk bagaimana cara menerbitkan buku. Hasil tulisan yang kita tulis setiap hari itu bisa kita jadikan sebuah buku.Â
Berawal dari pelatihan menulis itu saya pun belajar membuat blog sendiri di blogger.com. Saya belajar otodidak  melalui toturial di Youtube. Niat saya membuat blog agar saya bisa menulis setiap hari setelah mendapatkan pelatihan, tulisan bisa kita posting di blog. Â
Saya tak ingin berhenti begitu saja setelah selesai pelatihan, hanya mengejar untuk mendapatkan sertifikat. Tapi bagaimana agar konsisten, ya salah satunya harus memiliki blog.Â
Ya, memang tidak mudah untuk menjadi konsisten. Sempat juga kecapean dan lelah, jenuh dan bosan. Itu mungkin manusiawi, ketika berada pada titik kejenuhan.Â
Karena sebagai manusia  biasa perjalanan hidup kita ini  fluktuafi. Naik dan turun. Ketika lagi semangatnya datang, pasti  ide  mengalir begitu saja, tanpa hambatan. Namun ketika datang penyakit jenuh, maka semuanya terasa hampa dan buntu. Seperti drainase yang banyak sampah. Tersumbat dan air pun mengendap.Â
Dari pelatihan itu saya pun mulai menerbitkkan buku sola. Diera ini menerbitkan buku sangat mudah. Apalagi lembaga penerbitan buku  saat ini banyak sekali bisa kita temukan. Jika tulisan kita bagus kita tidak perlu membayar lagi kepada penerbit tetapi kita yang akan dibayar. Tetapi ketika tulisan kita belum tembus ke penerbit yang terkemuka, seperti gramedia. Kita bisa menerbitkan sendiri.Â
Ya, sebagai penulis biasa, saya cukup senang  jika hasil tulis menulis itu dibukukan. Ya, minmal untuk koleksi pribadi dan dibaca rekan-rekan kerja kita di kantor.Â
Sudah ada 2 buku solo dan 2 buku yang ditulis bersama-sama rekan guru yang sudah saya terbitkan. Buku tersebut hasil saya ngeblog beberapa tahun ini. Saya pun berpikir agar tulisan saya yang ada di blog harus saya jadikan sebuah buku. Dan alhamdulillah, niat itu pun terwujud.Â
Dua buku sola itu  salah satunya berjudul "AKU ANAK PULAU CINTA SEKOLAH"  Buku ini ditulis berkisah tentang anak-anak pulau di Kabupaten Lingga. Mereka semuanya siswa saya pertama menjadi waki kelas dan sejak saya menjadi guru. Maka saya terinspirasi ingin menulis kisah-kisah mereka. Ada sekitar 29 siswa yang saya tulis di buku ini.
Dan  buku kedua berjudul "CATATAN BELAJAR MENULIS". Diterbitkanya buku ini berdasarkan hasil saya belajar menulis dari PGRI. Selama proses belajar itu, saya mencatat dan saya jadikan sebuah buku.Â
Sementara ada dua buku antologi ditulis bersama-sama reka guru, berjudul "RAIH PRESTASI DAN TEBAR INSPIRASI" dan "ANTOLOGI OKTOBER BERMAKNA".Â
Untuk menerbitkan buku sendiri, kita harus berani membayar kepada penerbit. Dan penerbit akan memberikan kita  lisensi ISBN (International Standard Book Number). Jadi tak perlu khawatir tentang ISBN.Â
SEKIAN TERIMAKASIH.......
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H