Mohon tunggu...
Ahmad Yani
Ahmad Yani Mohon Tunggu... Guru - guru

Menulis Apa Saja

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Dari Ngeblog, Terbitlah Buku

21 Januari 2024   17:00 Diperbarui: 21 Januari 2024   17:02 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak menjadi guru, saya berniat menerbitkan buku solo. Namun bagaimana saya bisa menerbitkan buku jika saya tak pandai menulis? Ya, salah satu caranya adalah harus belajar. 

Pada saat itu sedang terjadi pandemi Virus Covid-19 atau kurun waktu tahun 2020 sampai dengan 2021. Lembaga pendidikan tutup, sekolah tutup. Guru dan siswa belajar Dalam Jaringan (Daring). 

Virus corona-19 memberikan saya kesempatan belajar menulis, apalagi saat itu aplikasi webbinar seperti ZOOM, google mett, menjadi sarana belajar guru dan siswa termasuk seminar, diklat dan rapat

 Saya mengikuti webinar pelatihan menulis dari link yang diberikan melalui group whatshapp PGRI saat itu. Ketika itu, saya melihat ada webinar menulis secara gratis. Saya tertarik dan  langsung ikut mendaftar.

Selama berlangsungnya pelatihan, peserta diminta  menulis setiap hari. Ya, dalam satu hari harus ada satu tulisan yang bisa kita tulis.  Saya pun lulus pelatihan dan mendapatkan sertifikat  menulis dari PGRI saat itu.

Tidak hanya mendapatkan ilmu menulis, tapi kita diberikan petunjuk bagaimana cara menerbitkan buku. Hasil tulisan yang kita tulis setiap hari itu bisa kita jadikan sebuah buku. 

Berawal dari pelatihan menulis itu saya pun belajar membuat blog sendiri di blogger.com. Saya belajar otodidak  melalui toturial di Youtube. Niat saya membuat blog agar saya bisa menulis setiap hari setelah mendapatkan pelatihan, tulisan bisa kita posting di blog.  

Saya tak ingin berhenti begitu saja setelah selesai pelatihan, hanya mengejar untuk mendapatkan sertifikat. Tapi bagaimana agar konsisten, ya salah satunya harus memiliki blog. 

Ya, memang tidak mudah untuk menjadi konsisten. Sempat juga kecapean dan lelah, jenuh dan bosan. Itu mungkin manusiawi, ketika berada pada titik kejenuhan. 

Karena sebagai manusia  biasa perjalanan hidup kita ini  fluktuafi. Naik dan turun. Ketika lagi semangatnya datang, pasti  ide  mengalir begitu saja, tanpa hambatan. Namun ketika datang penyakit jenuh, maka semuanya terasa hampa dan buntu. Seperti drainase yang banyak sampah. Tersumbat dan air pun mengendap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun