Mohon tunggu...
A Syaifudin S
A Syaifudin S Mohon Tunggu... Buruh - Tukang kelontong dari sorga, hidup di dunia hanya numpang ketawa :D

Buku : Susah Tidur (Sekumpulan Bunga yang Gugur ) Suka telanjang saat mandi, dan tidur pada tempatnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puing-puing | Aku Bukan Bajing

4 Januari 2019   17:32 Diperbarui: 5 Januari 2019   19:36 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AKU BUKAN BAJING

"Dengarkan nasehatku" Kata Buana

Banyak hal yang kita tahu di planet Bumi tentang manusia. Banyak juga sebenarnya hal yang tidak kita ketahui tapi sok tahu tentang hak setiap manusia, yang kadang tidak se frekuensi terhadap pemikiran satu dengan lainnya. Salah satunya ketika kita memandang manusia saja bisa menimbulkan banyak persepsi yang sudah nyeleneh -- nyeleneh tidak sesuai dengan pemikiran yang sudah kita pandang.

Pernahkah kita memandang orang yang berpakaian jas rapi dengan dasinya? Bersepatu pantofel, berambut klimis, santun dalam berbicara? Betapa luluhnya hati ini dekat orang seperti mereka yang kebijaksanaanya nampak di muka. Dan pernahkah kita melihat orang yang pakai baju compang - camping? Rambut berantakan? Muka ancur? badannya kotor? Betapa kerasnya hati ini dekat dengan orang seperti mereka yang sudah di anggap rendah oleh kita? Tapi bukankah nilai besarnya di antara keduanya siapa yang tidak membuat orang lain terluka?.

Coba amati ! betapa beruntungknya seekor tikus yang hidupnya jorok di selokan di tumpuk- tumpukan sampah yang sekarang sudah berdasi hidupnya di perkotaan dengan pejabat -- pejabat negara. Itulah semua hanya terbungkus oleh perilaku yang keji.

Sungguh memang majikan memiliki hak paling atas di bandingkan rakyat jelata. Makanan daging dan tulangnya ikut tertelan oleh nafsu yang di ada -- ada. Bukankah anjing selalu menuruti perintah majikannya? Menemani majikannya? Mengamankan majikannya? Tapi betapa mirisnya mereka jika hanya mendapatkan sisa tulang bekas makanan majikannya? Sungguh rakyat jelata. Langlang, Bara, Gundawa mereka bertiga merasa kantuk mendengarkan nasehat Buana kakak tertuanya.

"Boro -- boro mikirin hidup orang lain, hidup kita saja susah serba tiada" tindas ucapan Langlang

"Entah dimana Bapak kita? Dan ibupun sekarang hanya bisa kita bayangkan"  Bara mencoba merindukan Ibunya yang sudah pergi.

Empat pemuda jalanan ini hanya bisa memahami isi dari pelajaran yang mereka ambil. Ibunya meninggal  saat melahirkan empat saudara kembar sekaligus, banyak tetangga -- tengganya menganggap hal yang konyol dan tidak mungkin. Apa yang tidak mungkin? apa yang tidak masuk akal di dunia ini?  Jalan bisa di makan oleh manusia, dana Negara bisa berjalan sendiri belok -- belok seperti motor GP.

Empat saudara kembar ini lahir tanpa seorang ayah, banyak masyarakat menduga ibunya mengandung hasil keroyokan lelaki yang bertubuh binatang separuh manusia. Apa yang tidak mungkin di dunia? Yang pada dasarnya manusia memiliki sifat paling sempurna.

Untung Langlah, Bara, Gundawa di asuh oleh kakak tertuanya Buana. Meskipun kakinya pincang tinggi sebelah, Kapasitas pemikirannya bisa lari lebih cepat dari pada kakinya. Pemuda yang hidup dijalan ini melanglang buana ke berbagai pelosok perdesaan dan perkotaan, ibarat sensus kehidupan manusia yang ada di dunia. Betapa beratnya Buana mengasuh ketiga adiknya yang cacat semua. Langlang yang buta, Bara yang suka berbicara sendiri dan Gundawa bisu dan tuli, sungguh rakyat jelata.

Kehidupan empat saudara tersebut bagaikan anjing -- anjing jalanan yang tidak punya tempat tinggal, makananya sisa -- sisa dari seorang pejabat, minumannya air kencing dari seorang pengusaha. Bagaimana tidak sungai yang dulu saat kecil di jadikan tempat untuk minum sekarang sebagai aliran limbah dari pabrik -- pabrik yang tidak tahu diri, sunggu rakyat jelata Langlang bersedih melihat lelucon yang ada.

"andaikan ibu melihat ini, apa ya yang akan ibu lakukan?" Tanya Buana kepada adek -- adeknya

"Mungkin ibu akan demo?" saut Langlang

"Atau ibu akan bergabung dengan  partai - partai ikut peran mengatur Negara?" saut lagi Bara. Melihat percakapan tersebut Gundawa hanya geleng -- geleng sambil ngelus dada. Gundawa hanya bisa pakai bahasa  insyarat yang hanya bisa di pahami oleh Buana.

"Yang kalian katakan itu bukan sifat seorang ibu, saya yakin ibu kita sabar, ibu kita pasrah, meski yang lain pada menari -- nari di atas penderitaan rakyat seperti kita salah satu jalan keluarnya hanyalahTuhan. Bukan ini itu apa lagi sampai keluar umpatan kebencian yang membuat dendam" Gundawa mengangguk -- ngangguk mendengar perkataannya yang di sangka sepemikiran.

Kehidupan yang penuh persaingan ini kadang juga mencekik leher pemuda jalanan seperti mereka. Terlantar, di anggap bodoh, tidak punya masa depan, bahkan sudah di anggap angin yang lewat tidak pernah ada perhatian. Padahalnya mereka hidup bagaikan anjing -- anjing jalanan karena tidak punya keluaga, bukan factor kemiskinan, bukan faktor pendidikan yang padahal cita- cita masih bisa kita nikmati yang kadang itu juga selalu terhambat. Seperti halnya Gundawa memiliki cita -- cita sebagai polisi, tapi sayang telinganya tuli, mulutnya bisu siapa yang mau membiayainya? Kok yang cacat orang sehat saja kadang nggak di terima karena kalah dengan orang yang punya dana. Sungguh rakyat jelat

Tapi bagi mereka anjing sebutan paling cocok buatnya, meski banyak orang yang menganggap najis, jijik, tidak tahu diri tapi sebenarnya anjing tidak mau melukai manusia tanpa perintah dan didikan majikannya.

Beda sama bajing meskipun dia pintar loncat sana sini memilah milah makanan mana yang enak dan tidak, sekali mengambil tanpa bilang siapapun itu juga tetap maling. Begitulah perjalanan anak jalanan yang sangat butuh perhatian.

---------------------------

Bacar cerita selanjutnya : https://www.kompasiana.com/ahmad11/5c30293312ae941399398243/puing-puing-debat-anti-cenil-vs-anti-getuk?page=2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun