Kepusan Pelanggan: Strategi Menciptakan Daya Saing dalam Menyongsong Era Bonus Demografi 2030
Oleh: Ahmad Rusdiana
Indonesia sedang bersiap memasuki era bonus demografi pada tahun 2030, di mana penduduk usia produktif akan mendominasi populasi. Momen ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing nasional dengan memanfaatkan potensi talenta muda. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip Total Quality Management (TQM).Â
Menurut Goetsch dan Davis (1994) dalam Rusdiana (2024), TQM mencakup empat prinsip utama, salah satunya adalah Kepuasan Pelanggan. Artikel ini akan membahas bagaimana prinsip-prinsip Kepuasan Pelanggan dapat meningkatkan keterlibatan dan pemberdayaan talenta muda, guna menyongsong era bonus demografi 2030. Mari kita breakdown satu persatu:
Pertama: Kepuasan Pelanggan sebagai Kunci Kinerja Talenta Muda; Kepuasan pelanggan tidak hanya berkaitan dengan produk dan layanan, tetapi juga dengan bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya. Talenta muda yang merasa dihargai dan dilibatkan dalam proses kerja cenderung memiliki kinerja yang lebih baik. Ketika perusahaan memastikan bahwa setiap individu merasa penting dan berkontribusi, maka semangat kerja dan loyalitas mereka meningkat.Â
Contoh konkret bisa dilihat pada perusahaan teknologi besar seperti Google dan Microsoft, di mana karyawan muda diberi ruang untuk berinovasi dan berkontribusi dalam proyek-proyek besar. Dengan model ini, perusahaan di Indonesia dapat mendorong talenta muda untuk berinovasi, yang pada gilirannya meningkatkan daya saing nasional.
Kedua: Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan; Melibatkan talenta muda dalam pengambilan keputusan penting dalam perusahaan dapat memastikan bahwa inovasi dan perbaikan yang dilakukan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan. Ketika karyawan muda dilibatkan dalam proses ini, mereka tidak hanya merasa lebih dihargai tetapi juga lebih bertanggung jawab atas hasil kerja mereka.Â
Ini bisa diterapkan dalam berbagai sektor industri di Indonesia. Misalnya, dalam industri manufaktur, tim-tim yang terdiri dari talenta muda dapat diberi wewenang untuk menyarankan perbaikan proses produksi. Ini akan meningkatkan efisiensi dan kualitas produk, serta memenuhi harapan pelanggan.
Ketiga: Pemberdayaan untuk Rasa Memiliki yang Kuat; Pemberdayaan talenta muda menciptakan rasa memiliki yang lebih kuat terhadap pekerjaan mereka. Ketika karyawan muda merasa memiliki peran penting dalam keberhasilan perusahaan, mereka akan lebih berkomitmen dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik.Â
Program-program pelatihan dan pengembangan yang fokus pada peningkatan keterampilan dan pengetahuan dapat membantu dalam pemberdayaan ini. Contoh nyata dari pemberdayaan ini dapat dilihat pada startup-startup di Indonesia, di mana para karyawan muda sering diberi tanggung jawab besar sejak awal karir mereka, yang membuat mereka merasa lebih terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.