Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jejak Sejarah Wartawan: Dari Pengabdi Informasi Hingga Pionir Perubahan

17 Oktober 2024   11:48 Diperbarui: 17 Oktober 2024   12:20 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/pngtree 

Jurnalis memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan informasi yang benar dan akurat. Mereka diharapkan untuk melakukan riset yang mendalam, memverifikasi sumber, dan menyajikan fakta yang dapat dipercaya. Kebenaran menjadi landasan bagi kredibilitas seorang jurnalis, karena masyarakat bergantung pada informasi yang mereka sampaikan untuk membuat keputusan dan memahami isu-isu yang terjadi di dunia.

2. Etika Jurnalistik

Selain menyampaikan kebenaran, jurnalis juga harus mematuhi kode etik jurnalistik yang mengatur cara mereka bekerja. Kode etik ini mencakup berbagai prinsip, seperti:

  • Objektivitas: Jurnalis harus menyajikan berita secara seimbang, tanpa bias atau pandangan pribadi. Mereka harus melaporkan fakta apa adanya dan memberikan pandangan dari berbagai sudut, agar audiens dapat menilai sendiri peristiwa yang dilaporkan.
  • Keadilan: Jurnalis harus bersikap adil terhadap semua pihak yang terlibat dalam berita, memberikan kesempatan bagi setiap pihak untuk memberikan klarifikasi atau pandangan mereka.
  • Kerja dengan integritas: Jurnalis harus menjaga integritas dalam pekerjaan mereka, tidak menerima suap atau melakukan manipulasi informasi demi keuntungan pribadi atau pihak tertentu.
  • Perlindungan privasi: Dalam beberapa kasus, jurnalis harus berhati-hati dalam menyajikan informasi yang melibatkan privasi individu, terutama ketika laporan tersebut dapat merusak reputasi seseorang atau menyebabkan dampak negatif.

Profesionalitas ini penting tanpa memandang jenis media di mana jurnalis bekerja, baik koran, televisi, radio, majalah, atau platform daring seperti situs web berita atau media sosial. Setiap platform memiliki karakteristik tersendiri dalam cara menyampaikan informasi, tetapi harapan bahwa jurnalis harus bekerja dengan prinsip kebenaran dan etika tetap berlaku universal. Publik mempercayai jurnalis untuk memberikan informasi yang objektif dan dapat dipercaya, dan inilah yang menjadi dasar dari profesi jurnalis yang kredibel.

Wartawan Kampus dan Pers Kampus

Wartawan kampus adalah wartawan amatir yang berstatus sebagai mahasiswa dan tergabung dalam organisasi pers mahasiswa. Mereka mengelola media kampus, seperti surat kabar, majalah, atau situs berita, yang biasanya diterbitkan secara independen oleh mahasiswa tanpa campur tangan langsung dari pihak kampus. Wartawan kampus berperan penting dalam menyuarakan isu-isu yang relevan bagi komunitas akademik dan sering kali mengangkat topik-topik yang mungkin tidak diulas oleh media arus utama.

Pada masa Orde Baru di Indonesia, ketika kebebasan pers sangat dibatasi oleh pemerintah, pers umum sering kali enggan memberitakan kebenaran atau mengkritik kebijakan pemerintah. Dalam situasi ini, pers mahasiswa mengambil peran penting sebagai media alternatif yang berani menyuarakan kritik, memperjuangkan kebenaran, dan melaporkan isu-isu yang tidak terangkat di media mainstream. Media kampus menjadi ruang bebas bagi mahasiswa untuk menyampaikan opini, kritik politik, dan pandangan mereka terhadap berbagai isu sosial, budaya, dan ekonomi. Pers mahasiswa pada saat itu sering kali dianggap sebagai wadah perlawanan intelektual terhadap otoritarianisme.

Meskipun pers mahasiswa saat ini tidak seberani dulu dalam hal melawan kekuasaan, independensi mereka sebagai media alternatif tetap diakui. Mahasiswa yang tergabung dalam pers kampus masih diberi kebebasan untuk mengelola media mereka sendiri, memilih topik yang ingin diulas, dan menyajikan berita yang berkaitan dengan kehidupan kampus dan isu-isu sosial yang lebih luas. Mereka sering kali mengulas berbagai topik mulai dari kebijakan kampus, isu lingkungan, pendidikan, hingga hak asasi manusia.

Selain itu, pers kampus juga berfungsi sebagai ajang pembelajaran bagi calon wartawan. Di sinilah mahasiswa yang tertarik pada dunia jurnalistik dapat mempelajari dasar-dasar jurnalistik, seperti cara mengumpulkan informasi, menulis berita, melakukan wawancara, serta mematuhi kode etik jurnalistik. Melalui pengalaman di pers mahasiswa, calon wartawan kampus dapat mengasah kemampuan jurnalistik mereka sebelum memasuki dunia kerja profesional. Pers kampus menjadi laboratorium praktik jurnalistik di mana mahasiswa dapat belajar secara langsung bagaimana proses peliputan berita dan penyusunan laporan dilakukan, dengan tetap memegang prinsip independensi dan kebenaran.

Secara keseluruhan, meskipun peran kritis pers mahasiswa mungkin telah berubah seiring perkembangan zaman, media kampus tetap menjadi ruang penting untuk kebebasan berekspresi, pembelajaran jurnalistik, dan penyampaian isu-isu yang relevan bagi mahasiswa dan masyarakat akademik.

Pewarta Foto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun