Meskipun demikian, seiring dengan perkembangan industri media dan peran media digital, batas antara profesi jurnalis semakin kabur. Banyak jurnalis modern, terutama di media daring, memiliki peran yang mencakup berbagai aspek jurnalistik, mulai dari menulis berita, mengambil foto, hingga menyusun desain editorial. Oleh karena itu, pemahaman tentang istilah "jurnalis" kini lebih mencerminkan fleksibilitas dan diversifikasi peran dalam dunia media massa, walaupun dalam praktiknya istilah tersebut sering kali masih diasosiasikan dengan wartawan secara khusus.
Menurut Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), seorang wartawan memiliki peran khusus yang berkaitan erat dengan kegiatan tulis-menulis dalam dunia jurnalistik. Wartawan bertugas untuk mencari, mengumpulkan, dan memverifikasi data guna melengkapi laporan yang akan disampaikan kepada publik. Proses ini sering kali melibatkan riset mendalam, liputan langsung di lapangan, serta pengecekan fakta untuk memastikan akurasi dan kebenaran informasi. Dalam praktik ini, wartawan diwajibkan untuk mempertahankan sikap objektif, yaitu melaporkan peristiwa atau informasi secara netral tanpa memihak atau memasukkan pandangan pribadi.
Objektivitas menjadi prinsip dasar dalam kewartawanan, karena laporan yang mereka buat harus memberikan gambaran yang seimbang dan adil kepada masyarakat. Wartawan tidak boleh memasukkan opini pribadi atau preferensi ideologis dalam berita yang mereka tulis. Mereka berfungsi sebagai penyampai fakta, bukan sebagai pemberi komentar atau analisis subjektif. Ini bertujuan agar masyarakat bisa memahami suatu peristiwa dengan informasi yang netral dan dapat dipercaya, tanpa terpengaruh oleh pandangan pribadi si wartawan.
Sebaliknya, penulis kolom atau kolumnis memiliki kebebasan untuk mengemukakan subjektivitas dalam tulisannya. Kolumnis biasanya menulis opini, analisis, atau pandangan pribadi mereka mengenai suatu isu atau peristiwa. Meski kolumnis juga harus berbasis pada fakta dan informasi yang akurat, mereka diizinkan untuk menyampaikan perspektif atau interpretasi mereka sendiri. Subjektivitas dalam penulisan kolom justru menjadi daya tarik utama, karena pembaca ingin mengetahui sudut pandang atau analisis penulis terhadap suatu isu.
Perbedaan mendasar antara wartawan dan kolumnis terletak pada peran dan pendekatan mereka dalam menyajikan informasi. Wartawan bertugas untuk melaporkan apa yang terjadi secara faktual dan tidak memihak, sedangkan kolumnis diizinkan untuk memberikan pandangan atau interpretasi yang bersifat pribadi. Kedua profesi ini sama-sama penting dalam media massa, tetapi beroperasi dengan kode etik dan tujuan yang berbeda.
Asal dan Ruang Lingkup Istilah Jurnalis
Pada awal abad ke-19, istilah "jurnalis" memiliki makna yang lebih sempit dibandingkan dengan pengertiannya saat ini. Pada masa itu, jurnalis merujuk kepada seseorang yang menulis untuk jurnal, yaitu publikasi yang sering kali berbentuk tulisan-tulisan ilmiah, sastra, atau opini yang lebih terarah pada audiens khusus. Sebagai contoh, penulis terkenal seperti Charles Dickens, pada awal kariernya, menulis untuk berbagai jurnal dan majalah, dan dianggap sebagai seorang jurnalis dalam konteks tersebut.
Namun, seiring berjalannya waktu, terutama memasuki abad ke-20, makna "jurnalis" mulai berkembang dan meluas. Jurnalis tidak hanya terbatas pada mereka yang menulis untuk jurnal, tetapi juga mencakup penulis yang bekerja untuk koran dan majalah populer, yang fokus utamanya adalah berita dan informasi yang lebih mudah diakses oleh khalayak luas. Perkembangan ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya peran media cetak, seperti koran dan majalah, sebagai sumber informasi utama bagi masyarakat.
Pada abad terakhir, jurnalis menjadi sinonim dengan profesi yang berkaitan erat dengan penyampaian berita melalui berbagai platform, baik cetak maupun digital. Wartawan koran yang menulis laporan berita, kolumnis majalah yang menyampaikan opini, dan reporter yang melaporkan peristiwa aktual semuanya kini dianggap sebagai jurnalis. Ini memperlihatkan bagaimana perubahan media dan kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang lebih cepat dan beragam turut mengubah definisi jurnalis menjadi lebih inklusif.
Perluasan definisi ini juga mencerminkan transformasi dunia jurnalistik dari sekadar ruang bagi tulisan-tulisan akademis atau opini menjadi arena yang lebih luas, di mana informasi tentang peristiwa sehari-hari, politik, hiburan, dan isu-isu sosial lainnya disampaikan kepada publik. Media massa berkembang pesat pada abad ke-20 dan menciptakan permintaan yang lebih besar terhadap jurnalis yang mampu melaporkan secara akurat, cepat, dan menarik, baik melalui tulisan di koran dan majalah maupun, kini, melalui media daring.
Banyak orang sering kali mengira bahwa jurnalis dan reporter adalah hal yang sama, padahal keduanya memiliki perbedaan peran yang penting. Reporter memang merupakan bagian dari profesi jurnalis, tetapi hanya satu dari berbagai jenis jurnalis yang ada. Reporter adalah seseorang yang mengumpulkan informasi di lapangan, mewawancarai narasumber, dan meliput peristiwa secara langsung untuk kemudian menyusunnya menjadi laporan atau cerita berita yang dipublikasikan di media massa. Tugas utama mereka adalah mengumpulkan data, melaporkan fakta, dan menulis berita yang objektif. Namun, jurnalis mencakup lebih banyak tipe profesi yang tidak hanya sebatas peran reporter. Berikut adalah beberapa jenis jurnalis lain selain reporter: