Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jejak Sejarah Wartawan: Dari Pengabdi Informasi Hingga Pionir Perubahan

17 Oktober 2024   11:48 Diperbarui: 17 Oktober 2024   12:20 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/pngtree 

Dalam proses penulisan, wartawan bekerja sama dengan penyunting (editor), yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan tersebut memenuhi standar jurnalistik. Penyunting memastikan laporan yang ditulis oleh wartawan memiliki akurasi, kesesuaian, dan yang paling penting, objektivitas. Objektivitas adalah prinsip penting dalam dunia jurnalistik, di mana laporan berita harus disampaikan secara seimbang, tidak berpihak pada sudut pandang tertentu, dan bebas dari opini pribadi wartawan.

Tujuan utama dari kegiatan kewartawanan adalah untuk melayani masyarakat dengan menyampaikan informasi yang benar, relevan, dan dapat dipercaya. Melalui liputan yang objektif, masyarakat bisa mendapatkan pandangan yang menyeluruh mengenai suatu peristiwa atau isu tanpa distorsi atau bias. Wartawan berperan sebagai penyampai informasi yang menjaga fungsi kontrol sosial, menjadi penyalur kebenaran, serta menciptakan ruang diskusi yang sehat bagi masyarakat untuk membuat keputusan yang berdasarkan fakta.

Selain itu, di era modern, platform publikasi semakin luas, termasuk media digital seperti situs web berita dan media sosial, yang memungkinkan berita menyebar dengan cepat dan menjangkau audiens global. Namun, prinsip-prinsip dasar jurnalistik, seperti akurasi, objektivitas, dan tanggung jawab tetap menjadi landasan penting bagi wartawan di mana pun mereka berkarya.

Istilah Jurnalis dan Wartawan di Indonesia

Istilah "jurnalis" mulai dikenal di Indonesia setelah masuknya pengaruh ilmu komunikasi, khususnya dari Amerika Serikat. Pengaruh ini membawa perubahan tidak hanya dalam cara kerja media dan kewartawanan, tetapi juga dalam istilah-istilah yang digunakan di bidang tersebut. Di Amerika Serikat, profesi terkait media dan berita menggunakan istilah "journalist" untuk menggambarkan orang yang melaporkan, menulis, atau membuat berita. Ketika ilmu komunikasi mulai berkembang di Indonesia, istilah "jurnalis" pun diadopsi sebagai padanan untuk istilah yang sebelumnya dikenal sebagai "wartawan."

Perubahan ini tidak hanya terbatas pada kata "jurnalis" tetapi juga mempengaruhi berbagai posisi atau jabatan dalam dunia kewartawanan. Misalnya, posisi "redaktur," yang secara tradisional merujuk pada seseorang yang bertanggung jawab mengedit dan menyusun berita di media cetak, berganti menjadi "editor." "Editor" diadopsi dari bahasa Inggris dan menjadi lebih umum digunakan, karena lebih selaras dengan standar internasional yang banyak dipengaruhi oleh Amerika Serikat.

Transformasi bahasa ini menunjukkan bagaimana globalisasi dan pertukaran pengetahuan lintas negara dapat mempengaruhi terminologi dan cara berpikir dalam industri komunikasi. Istilah "jurnalis" dan "editor" tidak hanya menggantikan istilah lokal yang sudah ada, tetapi juga membawa pendekatan yang berbeda dalam mendefinisikan peran dan tanggung jawab di dunia media. Sebagai contoh, istilah "editor" mencakup tanggung jawab yang lebih luas dibandingkan "redaktur," termasuk proses kurasi konten, pengawasan kualitas, dan keputusan editorial yang lebih strategis dalam konteks media modern.

Penggunaan istilah-istilah baru ini juga memperlihatkan adanya perubahan dalam cara kerja kewartawanan, yang kini lebih berorientasi pada standar global. Penerapan prinsip-prinsip jurnalistik internasional, seperti akurasi, objektivitas, dan tanggung jawab, semakin ditekankan dalam berbagai media di Indonesia. Sementara istilah lama seperti "redaktur" masih digunakan di beberapa media tradisional, perubahan ke arah penggunaan istilah baru mencerminkan dinamika industri yang semakin terintegrasi dengan tren komunikasi global.

Ketika Aliansi Jurnalis Independen (AJI) didirikan, terjadi perubahan penting dalam cara masyarakat memahami istilah "jurnalis." AJI memperkenalkan kesadaran bahwa "jurnalis" adalah sebuah profesi yang tidak hanya terbatas pada wartawan, tetapi mencakup berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan isi media massa. Menurut AJI, jurnalis mencakup beragam profesi, seperti kolumnis, penulis lepas, fotografer, hingga desainer grafis editorial. Semua profesi ini berperan dalam proses penyusunan konten untuk media massa, baik cetak maupun digital. 

Dalam pengertian yang lebih luas, istilah "jurnalis" meliputi orang-orang yang terlibat dalam produksi berita dan komunikasi informasi publik melalui media. Namun, dalam praktik sehari-hari, penggunaan istilah "jurnalis" sering kali lebih merujuk kepada peran wartawan---seseorang yang mencari, menulis, dan melaporkan berita. Meski profesi seperti fotografer atau penulis lepas juga dapat dianggap sebagai jurnalis, masyarakat umum dan media seringkali menggunakan istilah ini dengan fokus pada wartawan yang secara langsung berhubungan dengan peliputan berita. 

Perbedaan ini menunjukkan bagaimana istilah "jurnalis" dan "wartawan" sering kali dipertukarkan, meski secara teknis "jurnalis" memiliki cakupan yang lebih luas. Wartawan biasanya adalah seseorang yang bekerja di garis depan pengumpulan berita, sedangkan profesi lain yang termasuk dalam kategori jurnalis lebih berperan di belakang layar atau dalam spesialisasi tertentu. Misalnya, seorang fotografer jurnalistik bertugas untuk mendokumentasikan peristiwa secara visual, sementara seorang kolumnis menulis opini atau analisis berdasarkan informasi yang dikumpulkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun