a. Pertumbuhan Jumlah Lulusan
Banyak perguruan tinggi yang membuka program studi baru dan meningkatkan kapasitas penerimaan mahasiswa. Meskipun pendidikan tinggi penting untuk pengembangan keterampilan, jumlah lulusan yang melimpah tanpa adanya pertumbuhan lapangan kerja yang sebanding menimbulkan oversupply di pasar tenaga kerja.
b. Keterbatasan Lapangan Kerja
Sektor-sektor tertentu, seperti teknologi, kesehatan, dan industri kreatif, memang menunjukkan pertumbuhan, namun secara keseluruhan, penciptaan lapangan kerja sering kali tidak cukup cepat untuk mengakomodasi semua lulusan. Banyak industri yang masih menghadapi tantangan dalam mempertahankan karyawan, dan perusahaan sering kali lebih memilih untuk merekrut calon dengan pengalaman kerja yang lebih banyak, meninggalkan lulusan baru dalam posisi sulit.
c. Keterampilan yang Tidak Sesuai
Seringkali, lulusan tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Kurikulum pendidikan di perguruan tinggi terkadang tidak dapat mengikuti perkembangan cepat di dunia kerja, sehingga lulusan merasa kurang siap untuk memenuhi tuntutan dan ekspektasi perusahaan.
d. Pergeseran Ekonomi
Perubahan dalam struktur ekonomi, seperti pergeseran menuju otomatisasi dan digitalisasi, juga berpengaruh. Banyak pekerjaan tradisional yang hilang, sementara pekerjaan baru yang muncul memerlukan keterampilan yang berbeda, menciptakan kesenjangan antara apa yang ditawarkan oleh lulusan dan apa yang dibutuhkan oleh pasar.
Akibat dari semua faktor ini adalah meningkatnya angka pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi, yang mendorong munculnya rasa putus asa di kalangan generasi muda.Â
Mereka yang berusaha keras untuk mendapatkan pendidikan tinggi merasa frustrasi ketika tidak dapat menemukan pekerjaan yang layak, sehingga menciptakan siklus negatif yang sulit dipecahkan.Â
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kolaborasi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah untuk menciptakan program pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.