Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asura: Makhluk Sakti Penuh Kontradiksi dalam Mitologi Hindu dan Buddha

15 Juni 2024   11:37 Diperbarui: 15 Juni 2024   12:01 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/jae703927 

Dalam penafsiran Hindu setelah Periode Weda, terdapat pembagian antara Asura yang "baik" dan "jahat". Asura yang baik sering disebut Aditya, yang merupakan keturunan Aditi, dan dipimpin oleh Baruna. Mereka sering kali dilihat sebagai makhluk yang memiliki sifat-sifat positif dan kadang-kadang membantu para Dewa dalam melawan musuh-musuh lainnya. Di sisi lain, Asura yang jahat sering disebut Danawa, keturunan Danu, dan dipimpin oleh Wretra. Mereka sering kali merupakan musuh utama para Dewa dan diidentifikasi dengan sifat-sifat negatif seperti keangkuhan, kedengkian, dan ketamakan.

Secara keseluruhan, Asura dalam mitologi Hindu mencerminkan dualitas dalam karakter dan sifat manusia, serta kompleksitas dalam dinamika antara kekuatan kosmis yang berbeda. Konsep ini menunjukkan bahwa dalam perjalanan spiritual, penting untuk mengenali dan mengatasi sifat-sifat yang menghalangi pencapaian kesempurnaan dan kedamaian dalam pikiran dan tindakan.

 Asura dalam Mitos Buddha 

Dalam mitologi Buddha, Asura merupakan salah satu dari enam alam dalam siklus reinkarnasi yang disebut Samsara. Mereka adalah makhluk gaib yang mendiami alam yang berada di bawah gunung Sumeru, pusat alam semesta dalam kosmologi Buddha. Asura sering kali digambarkan sebagai makhluk yang kuat dan memiliki kekuatan magis, namun juga terikat pada kenikmatan duniawi dan cenderung iri hati terhadap para dewa.

Asura dalam agama Buddha tidak dianggap sebagai hantu, tetapi sebagai makhluk gaib yang memiliki kehidupan yang panjang dan beragam. Mereka dikatakan memiliki sifat-sifat seperti kemarahan, kesombongan, dan ketamakan, yang sering kali menjadi penyebab ketidakbahagiaan dan konflik dalam kehidupan mereka. Mereka cenderung berseteru dengan para dewa karena iri terhadap kebahagiaan dan keberlimpahan yang mereka nikmati.

Menurut ajaran Buddha, kehidupan sebagai Asura atau dalam alam apa pun di Samsara dipengaruhi oleh karma yang mereka hasilkan dari tindakan mereka di kehidupan sebelumnya. Karma ini menentukan kondisi dan lingkungan di mana mereka akan terlahir kembali, baik sebagai manusia, dewa, atau makhluk lainnya. Asura yang terperangkap dalam siklus ini diharapkan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang penderitaan dan cara mengatasi sifat-sifat negatif mereka untuk mencapai pencerahan.

Dalam konteks perjalanan agama Buddha ke Asia Timur, konsep Asura mengalami pengembangan lebih lanjut dan sering kali disesuaikan dengan kepercayaan setempat. Mereka kadang-kadang diidentifikasi dengan dewa-dewi lokal atau makhluk gaib lainnya yang ada sebelum kedatangan Buddhisme, dan dimasukkan ke dalam panteon Buddhis di wilayah tersebut.

Secara keseluruhan, konsep Asura dalam mitologi Buddha memberikan gambaran tentang kompleksitas alam semesta dan peran karma dalam menentukan nasib makhluk-makhluk ini. Mereka mengilustrasikan bagaimana sifat-sifat negatif seperti iri hati dan ketamakan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang di berbagai alam kehidupan, menekankan pentingnya mengembangkan kebijaksanaan dan keseimbangan dalam perjalanan spiritual menuju pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian (Samsara).

Kesimpulan 

Asura dalam mitologi Hindu dan Buddha memainkan peran yang kompleks dan beragam, mencerminkan berbagai sifat manusia dari kekuatan dan kebijaksanaan hingga nafsu dan keserakahan. Dalam mitologi Hindu, mereka sering digambarkan sebagai musuh para Dewa, mewakili tantangan terhadap kebaikan dan harmoni kosmos. Namun, tidak semua Asura dianggap jahat; beberapa memiliki kebijaksanaan yang tinggi dan bahkan menjadi pemuja setia para Dewa.

Dalam mitologi Buddha, Asura mendiami alam bawah Sumeru dan terikat pada kenikmatan duniawi, sering kali iri hati dengan para dewa. Mereka mencerminkan konflik internal manusia antara nafsu dan pencarian spiritual, mengajarkan pentingnya mengendalikan emosi dan menjauhi godaan materi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun