1. Beban Utang Jangka Panjang
Pinjaman mahasiswa pada dasarnya adalah utang yang harus dilunasi dengan bunga, sehingga dapat membebani keuangan di masa depan. Hal ini bisa menjadi hambatan untuk menabung, membeli rumah, atau memulai usaha. Pinjaman mahasiswa, meskipun memberikan akses ke pendidikan tinggi, juga membawa konsekuensi finansial jangka panjang.Â
Salah satu dampak utama dari pinjaman ini adalah kewajiban untuk membayar kembali utang beserta bunganya. Utang tersebut harus dilunasi oleh lulusan setelah mereka memasuki dunia kerja, yang seringkali memerlukan waktu bertahun-tahun.
Beban utang jangka panjang ini dapat berdampak signifikan pada keuangan pribadi. Misalnya, lulusan yang memiliki utang mahasiswa besar mungkin menghadapi kesulitan dalam menabung untuk masa depan. Dana yang seharusnya bisa dialokasikan untuk tabungan atau investasi seringkali harus digunakan untuk membayar cicilan pinjaman.Â
Hal ini mengurangi kemampuan mereka untuk membangun cadangan keuangan yang dapat digunakan dalam keadaan darurat atau untuk tujuan jangka panjang lainnya. Selain itu, memiliki beban utang yang besar juga bisa menjadi kendala dalam membeli rumah. Pembelian rumah biasanya memerlukan uang muka yang cukup besar dan stabilitas keuangan yang baik.Â
Lulusan yang masih memiliki kewajiban membayar pinjaman mahasiswa mungkin kesulitan untuk mengumpulkan uang muka yang cukup atau mendapatkan persetujuan dari lembaga keuangan untuk kredit rumah. Ini mengakibatkan tertundanya impian untuk memiliki rumah sendiri.
Beban utang juga dapat menghambat lulusan yang ingin memulai usaha. Memulai usaha baru biasanya memerlukan modal awal yang cukup besar. Namun, dengan adanya kewajiban membayar pinjaman mahasiswa, lulusan mungkin kesulitan untuk mengumpulkan modal yang diperlukan.Â
Selain itu, utang yang ada bisa membuat lembaga keuangan ragu untuk memberikan pinjaman usaha, karena mereka mempertimbangkan kemampuan lulusan untuk melunasi utang yang ada. Secara keseluruhan, pinjaman mahasiswa memang membuka peluang untuk mendapatkan pendidikan tinggi, namun juga membawa konsekuensi berupa beban utang jangka panjang.
 Beban ini dapat membatasi kemampuan lulusan dalam menabung, membeli rumah, atau memulai usaha, sehingga mereka perlu merencanakan keuangan mereka dengan sangat hati-hati. Oleh karena itu, penting bagi calon mahasiswa untuk mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil pinjaman mahasiswa dan mencari alternatif pembiayaan yang mungkin lebih ringan.
2. Risiko Gagal Bayar
Bagi mahasiswa yang menghadapi kesulitan dalam memperoleh pekerjaan atau memiliki penghasilan rendah, risiko gagal bayar pinjaman mahasiswa cukup tinggi. Hal ini dapat berdampak pada kerusakan riwayat kredit dan kesulitan finansial di masa depan. Pinjaman mahasiswa, meskipun memberikan akses ke pendidikan tinggi, juga memiliki potensi risiko yang signifikan, terutama bagi mereka yang kesulitan mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Mahasiswa yang tidak berhasil mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang memadai akan menghadapi tantangan besar dalam membayar kembali pinjaman mereka. Ketidakmampuan untuk melunasi pinjaman ini dikenal sebagai risiko gagal bayar.