Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pragmatisme Politik: Akar Kekacauan Indonesia

8 Maret 2024   20:07 Diperbarui: 8 Maret 2024   20:07 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: sindonews.com/news.unair.ac.id

Indonesia, negara yang kaya akan potensi luar biasa, telah terhambat dalam kemajuannya oleh pragmatisme politik yang merajalela. Pragmatisme ini, di mana partai politik lebih mementingkan kekuasaan dan keuntungan pribadi daripada mengutamakan ideologi dan kesejahteraan rakyat, telah menyebabkan timbulnya berbagai kekacauan. 

Dalam konteks ini, pragmatisme politik merujuk pada orientasi para pemimpin politik untuk mengambil tindakan yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau partai, bahkan jika itu bertentangan dengan prinsip-prinsip atau tujuan yang seharusnya mereka perjuangkan. 

Fenomena pragmatisme politik ini merupakan hasil dari dinamika politik yang kompleks di Indonesia. Negara ini memiliki sejarah panjang perjuangan politik dalam mencapai kemerdekaan dan kemudian membangun bangsa. Namun, dalam perjalanan sejarahnya, praktik politik pragmatis telah menjadi semakin menonjol, mempengaruhi kebijakan publik, proses demokrasi, dan stabilitas politik secara keseluruhan.

Salah satu dampak dari pragmatisme politik ini adalah terjadinya polarisasi politik yang mendalam di kalangan masyarakat. Ketika partai politik lebih mementingkan kepentingan sempit kelompoknya sendiri, hal ini cenderung memperkuat kesenjangan antara elit politik dan rakyat. 

Akibatnya, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga politik dan pemerintah menurun, yang pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas politik dan pembangunan nasional. Selain itu, pragmatisme politik juga berpotensi menghambat pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia. Ketika kebijakan-kebijakan publik dibentuk berdasarkan pertimbangan politik yang sempit, hal ini dapat menghambat upaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. 

Selain itu, penyalahgunaan kekuasaan demi keuntungan pribadi juga dapat menghambat upaya pemberantasan korupsi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk menangani pragmatisme politik ini secara serius. 

Hal ini memerlukan komitmen yang kuat dari para pemimpin politik untuk mengutamakan kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat di atas kepentingan pribadi atau partai. Selain itu, perlu juga pembangunan budaya politik yang lebih transparan, akuntabel, dan berintegritas, sehingga proses politik dapat menjadi sarana yang efektif dalam mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Korupsi Merajalela 

Pragmatisme politik membuka celah bagi praktik korupsi. Demi memperoleh dan mempertahankan posisi politik, partai politik sering kali melakukan tindakan suap, manipulasi, dan penyalahgunaan dana secara tidak sungguh-sungguh. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2023 mencatatkan skor sebesar 34, yang masih jauh dari kondisi yang diharapkan. 

Korupsi telah merusak keuangan negara, menghalangi proses pembangunan, serta merusak rasa keadilan di kalangan masyarakat. Praktik korupsi yang terjadi dalam konteks pragmatisme politik menunjukkan adanya penyalahgunaan kekuasaan dan sumber daya untuk kepentingan pribadi atau kelompok, tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya bagi masyarakat secara luas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun