Bang Roni, dengan argumen yang kuat dan bukti-bukti yang ia kumpulkan, berusaha membela Reno dan Bang Burhan. Ia mempertanyakan penangkapan mereka yang sewenang-wenang dan tidak sesuai prosedur hukum.
Namun, pembelaan Bang Roni kerap dipotong oleh jaksa penuntut. Suasana sidang semakin gaduh. Hakim beberapa kali menegur kedua belah pihak.
Di tengah persidangan, seorang jurnalis senior yang dikenal berani dan vokal, mengajukan diri sebagai saksi. Ia memberikan kesaksian tentang adanya kejanggalan dalam proses pemilu dan intimidasi terhadap saksi.
Kesaksian tersebut sontak mengejutkan semua yang hadir. Para pendukung di luar gedung bersorak sorai. Harapan untuk keadilan mulai tumbuh.
Namun, di detik-detik akhir persidangan, hakim ketua justru mengambil keputusan yang kontroversial. Ia menyatakan Reno dan Bang Burhan bersalah atas tuduhan yang dilayangkan jaksa penuntut. Hukuman yang dijatuhkan pun terbilang berat.
Keputusan tersebut sontak memicu kekecewaan dan kemarahan. Para pendukung berteriak histeris, meneriakkan kecaman terhadap putusan tersebut.
"Ini tidak adil!" teriak Wulan, berurai air mata.
Bang Roni berusaha menenangkan Wulan dan para pendukung lainnya. "Kita belum kalah. Kita akan banding!"
Reno dan Bang Burhan digiring keluar ruang sidang. Di tengah sorakan dan teriakan massa, mereka berdua saling menatap. Tatapan mereka penuh kekecewaan, namun tak menyerah. Mereka tahu, perjuangan mereka masih panjang.
Di luar gedung, kerusuhan pecah. Massa yang tak terima dengan putusan hakim bentrok dengan aparat keamanan. Situasi semakin tak terkendali.
Bab 4 berakhir dengan kekecewaan dan kemarahan. Keadilan dibungkam, namun perjuangan belum usai. Akankah banding yang diajukan Bang Roni berhasil? Akankah kebenaran tentang kecurangan pemilu terungkap? Pertanyaan tersebut membuat pembaca penasaran dan ingin mengetahui kelanjutan kisahnya.