Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ketika Suara Rakyat Tak Lagi Berarti: Demokrasi Tercoreng (BAB 2)

3 Maret 2024   20:29 Diperbarui: 3 Maret 2024   20:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
epaper.mediaindonesia.com

Bab 2: Sinar Harapan di Balik Kabut

Reno tersadar. Kepalanya berdenyut, pandangannya kabur. Ia terbaring di ranjang asing, tangannya terinfus. Di sampingnya, Wulan, adik sepupunya, tertidur pulas. Wajahnya pucat, air mata mengering di pipinya.

"Wulan?" panggil Reno pelan.

Wulan tersentak, matanya langsung berkaca-kaca. "Reno! Kamu bangun!"

Wulan memeluk Reno erat. "Bang Burhan di mana?"

Reno menggeleng lemah. "Aku tidak tahu. Mereka... mereka..." suaranya tersendak, teringat kejadian di kantor LSM.

Wulan mengusap air matanya. "Tadi malam kamu dibawa ke rumah sakit. Bang Burhan... polisi belum menemukannya."

Kemarahan dan kekhawatiran bercampur aduk dalam diri Reno. Ia tak bisa tinggal diam. Bang Burhan dan bukti kecurangan harus ditemukan.

"Wulan, aku harus ke kantor LSM. Kita cari Bang Burhan dan bukti itu!" desak Reno, berusaha bangkit.

"Tidak! Kamu belum pulih!" Wulan menahannya.

"Tapi... Bang Burhan..."

"Aku sudah menghubungi Bang Roni dari LBH Rakyat. Dia akan mengurus semuanya," hibur Wulan. "Sekarang, kamu harus istirahat."

Reno terpaksa menurut. Ia lemas tak berdaya. Di benaknya, gambaran Bang Burhan dan formulir-formulir hitung manual terus berputar. Ia berdoa agar Bang Burhan selamat dan bukti kecurangan itu terlindungi.

Di kantor LSM, suasana hening mencekam. Laci-laci tercongkel, kertas berserakan di lantai. Komputer utama rusak, jejak manipulasi data seakan sengaja dihapus.

Bang Roni, pengacara dari LBH Rakyat, memeriksa keadaan dengan tatapan serius. "Reno, kamu tenang dulu. Kita akan lapor ke polisi dan Bawaslu. Kita harus buat laporan resmi tentang hilangnya Bang Burhan dan dugaan kecurangan pemilu."

Reno mengangguk teguh. Ia tak ingin menyerah. Ketidakadilan yang ia saksikan harus diungkap.

Sementara itu, berita hilangnya Bang Burhan dan dugaan perusakan kantor LSM beredar luas. Publik gempar. Media massa dan warganet ramai-ramai memberitakannya.

Di sela kepanikan dan kegelapan, secercah harapan muncul. Seorang warga yang pernah bertugas di TPS tempat Reno bertugas, menghubungi LSM. Ia mengaku memiliki salinan hasil hitung manual yang ia simpan secara diam-diam.

Kabar ini bagai oase di tengah gurun pasir. Bukti itu bisa menjadi senjata untuk melawan manipulasi.

Reno dan Bang Roni sepakat untuk merahasiakan salinan tersebut. Mereka harus bergerak hati-hati, waspada terhadap pihak yang berniat menghalangi perjuangan mereka.

Bab 2 berakhir dengan secercah harapan. Bukti baru muncul, namun bahaya masih mengintai. Berhasilkah Reno dan Bang Roni membebaskan Bang Burhan dan mengungkap kecurangan pemilu? Pertanyaan tersebut menggantung, menanti jawaban di bab selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun