Bab 2: Sinar Harapan di Balik Kabut
Reno tersadar. Kepalanya berdenyut, pandangannya kabur. Ia terbaring di ranjang asing, tangannya terinfus. Di sampingnya, Wulan, adik sepupunya, tertidur pulas. Wajahnya pucat, air mata mengering di pipinya.
"Wulan?" panggil Reno pelan.
Wulan tersentak, matanya langsung berkaca-kaca. "Reno! Kamu bangun!"
Wulan memeluk Reno erat. "Bang Burhan di mana?"
Reno menggeleng lemah. "Aku tidak tahu. Mereka... mereka..." suaranya tersendak, teringat kejadian di kantor LSM.
Wulan mengusap air matanya. "Tadi malam kamu dibawa ke rumah sakit. Bang Burhan... polisi belum menemukannya."
Kemarahan dan kekhawatiran bercampur aduk dalam diri Reno. Ia tak bisa tinggal diam. Bang Burhan dan bukti kecurangan harus ditemukan.
"Wulan, aku harus ke kantor LSM. Kita cari Bang Burhan dan bukti itu!" desak Reno, berusaha bangkit.
"Tidak! Kamu belum pulih!" Wulan menahannya.
"Tapi... Bang Burhan..."