Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ketika Suara Rakyat Tak Lagi Berarti: Demokrasi Tercoreng (BAB 1)

3 Maret 2024   19:16 Diperbarui: 3 Maret 2024   19:28 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat mereka berdiskusi, pintu didobrak paksa. Empat orang berbadan tegap masuk, wajah mereka tersembunyi di balik masker. "Mana buktinya?" bentak salah satu dari mereka, menunjuk ke formulir di atas meja.

Reno dan Bang Burhan saling pandang, kengerian menjalar di nadi mereka. "Ini bukti kecurangan kalian!" balas Bang Burhan dengan suara gemetar namun tegas.

Lelaki berbadan tegap itu tertawa sinis. "Kecurangan? Tidak ada apa-apa di sini. Hanya omong kosong!"

Tangannya terayun ke arah formulir, berniat merampasnya. Bang Burhan sigap menghalangi. Dorongan dan perlawanan tak terhindarkan. Reno yang terpojok terjatuh, kepalanya terbentur meja. Dunia seketika gelap.

Di tengah kesunyian yang mencekam, suara Bang Burhan bergema, "Sekalipun kalian bungkam kami, kebenaran tak akan bisa lenyap selamanya!"

Bab 1 berakhir dengan penuh ketegangan, meninggalkan pertanyaan tentang nasib Reno dan Bang Burhan, serta bukti-bukti kecurangan yang ada di tangan mereka. Ini baru permulaan, kotak Pandora telah terbuka, dan rakyat menunggu untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun