Berdasarkan ayat tersebut, sijjin dipahami sebagai:Â
1. Kitab catatan amal perbuatan orang-orang durhaka berbeda dengan Illiyyin, kitab catatan amal orang-orang beriman, Sijjin mencatat segala dosa dan pelanggaran manusia. Dalam konteks ajaran Islam, terdapat dua kitab catatan amal yang disebutkan, yaitu Illiyyin dan Sijjin. Illiyyin adalah kitab catatan amal yang mencatat perbuatan baik dan kebajikan orang-orang yang beriman, sementara Sijjin adalah kitab catatan amal yang mencatat segala dosa dan pelanggaran yang dilakukan oleh manusia yang durhaka. Penyebutan kedua kitab catatan amal ini menegaskan konsep keadilan ilahi dalam Islam, di mana setiap perbuatan manusia, baik baik maupun buruk, akan dicatat dengan teliti dan akurat.
Illiyyin dan Sijjin merupakan simbol dari pemisahan antara orang-orang yang taat dan orang-orang yang durhaka di hadapan Allah. Orang-orang yang perbuatan baiknya dicatat di Illiyyin akan mendapatkan balasan yang layak, sementara orang-orang yang melakukan dosa dan pelanggaran akan menghadapi konsekuensi sesuai dengan catatan dosa mereka yang tercatat di Sijjin. Konsep ini menjadi pengingat bagi umat Islam akan pentingnya berpegang teguh pada ajaran agama dan menghindari perbuatan yang melanggar ketentuan Allah.
2. Tempat penyiksaan: Beberapa ulama memahami sijjin sebagai tempat di neraka di mana orang-orang yang durhaka akan menerima siksaan. Dalam konteks keyakinan Islam, sijjin diinterpretasikan sebagai salah satu bagian dari neraka yang diperuntukkan bagi mereka yang melakukan perbuatan buruk dan durhaka terhadap ajaran Allah. Para ulama yang memandang sijjin sebagai tempat penyiksaan meyakini bahwa di sana, orang-orang yang telah melakukan dosa dan pelanggaran akan menerima hukuman yang sesuai dengan perbuatan mereka.
 Konsep ini menegaskan pandangan tentang keadilan ilahi, di mana setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia akan diperhitungkan dan dihukum jika melanggar ketentuan agama. Penafsiran ini menjadi bagian dari ajaran agama yang mengingatkan umat Islam akan pentingnya menjauhi dosa dan menjalani kehidupan yang patuh terhadap ajaran Allah untuk menghindari siksaan di sijjin dan tempat-tempat penyiksaan lainnya di neraka.
Keberadaan Sijjin: Mitos atau Realitas?Â
Keberadaan sijjin sebagai tempat di neraka masih menjadi perdebatan di antara para ulama.Â
1. Pendapat yang meyakini sijjin sebagai tempatÂ
a. Al-Qur'an, dalam Surat Al-Muthaffifin ayat 7-9, menggambarkan sijjin sebagai tempat yang "tertulis" dan "Dan adapun orang-orang yang durhaka, maka catatannya (ada) di Sijjin. Dan tahukah kamu apakah Sijjin itu? (yaitu) sebuah kitab yang tertulis." Dalam ayat-ayat tersebut, Al-Qur'an menjelaskan bahwa orang-orang yang melakukan perbuatan buruk dan durhaka akan memiliki catatan dosa mereka yang tertera di Sijjin. Penyebutan Sijjin sebagai "sebuah kitab yang tertulis" menegaskan bahwa semua dosa dan pelanggaran yang dilakukan oleh manusia telah dicatat secara rinci dan teliti oleh Allah. Konsep ini menunjukkan bahwa tidak ada tindakan yang terlewatkan atau terlupakan di hadapan-Nya, dan setiap perbuatan akan dihitung dan dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, ayat-ayat ini memberikan gambaran tentang konsep Sijjin sebagai tempat penyimpanan catatan-catatan perbuatan buruk manusia, yang menunjukkan pentingnya kepatuhan terhadap ajaran Allah dan konsekuensi bagi mereka yang melakukan perbuatan buruk. Penekanan pada kitab yang tertulis juga menegaskan bahwa segala sesuatu telah diarsipkan dengan sempurna dan akan digunakan sebagai dasar untuk penghakiman di akhirat nanti. Dengan demikian, ayat-ayat ini menggambarkan konsep Sijjin sebagai bagian integral dari ajaran Islam tentang keadilan ilahi dan pentingnya amal perbuatan yang baik serta kepatuhan terhadap ajaran agama untuk menghindari hukuman di akhirat.