Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyingkapi Misteri Sijjin: Antara Mitos dan Realitas

29 Februari 2024   17:14 Diperbarui: 29 Februari 2024   17:29 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
alonesia.com/(ALONESIA/Tangkapan Layar Youtube/Rapi Films) 

"Sijjin" adalah sebuah istilah yang sering dikaitkan dengan konsep neraka dalam ajaran Islam. Konsep ini telah memunculkan rasa penasaran dan pertanyaan di kalangan pemikir agama dan filosofis selama berabad-abad. Namun, penafsiran tentang apakah "sijjin" benar-benar ada atau hanya merupakan metafora untuk menggambarkan konsekuensi dosa bervariasi tergantung pada sudut pandang dan interpretasi individu. 

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, "sijjin" didefinisikan sebagai "tempat penyimpanan catatan-catatan perbuatan buruk". Istilah ini biasanya disebutkan dalam konteks kehidupan setelah mati dalam Islam, sebagai tempat di mana catatan atau rekaman perbuatan buruk seseorang disimpan sebelum Dia akan diperhitungkan di hadapan Allah pada hari kiamat.

Pendekatan terhadap konsep "sijjin" bervariasi di antara para cendekiawan Islam. Beberapa percaya bahwa sijjin adalah tempat fisik yang sebenarnya di alam akhirat, di mana orang-orang yang melakukan perbuatan buruk akan dihukum. Mereka mendasarkan keyakinan ini pada interpretasi teks-teks agama yang menyebutkan sijjin dalam konteks neraka. 

Di sisi lain, ada juga pandangan bahwa "sijjin" mungkin lebih merupakan metafora atau simbol dari keadaan spiritual yang menandakan konsekuensi dari dosa-dosa manusia. Dalam pandangan ini, sijjin mewakili kegelapan dan pemisahan dari Allah yang dialami oleh orang-orang yang melakukan perbuatan buruk, tanpa harus diartikan secara harfiah sebagai sebuah tempat nyata.

Namun demikian, untuk sebagian besar umat Islam, sijjin tetap dianggap sebagai salah satu bagian dari sistem hukuman Allah di alam akhirat. Kepercayaan akan keberadaan sijjin menegaskan pentingnya amal baik dan kepatuhan terhadap ajaran agama sebagai upaya untuk menghindari hukuman tersebut. 

Apakah sijjin benar-benar ada sebagai tempat fisik atau hanya sebuah metafora, merupakan perdebatan teologis yang terus berlanjut di antara para sarjana dan cendekiawan Islam. 

Bagi kebanyakan umat Islam, sijjin adalah bagian integral dari ajaran tentang kehidupan setelah mati, yang menggarisbawahi pentingnya kepatuhan terhadap ajaran agama dan kebaikan dalam kehidupan manusia.

Pemahaman tentang Sijjin 

madaninews.id
madaninews.id

Sijjin disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an, salah satunya surat Al-Muthaffifin ayat 7-9: 

كَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلْفُجَّارِ لَفِى سِجِّينٍ

kall inna kitbal-fujjri laf sijjn

Jangan sekali-kali begitu! Sejatinya catatan orang yang durhaka benar-benar (tersimpan) dalam Sijjn.

Allah menegur sekali lagi perilaku mereka, "Sekali-kali jangan begitu; jangan berbuat curang! Sejatinya mencatat perbuatan orang yang durhaka, berbuat jahat, melanggar aturan agama, dan merugikan orang lain dalam bentuk apa pun, benar-benar tersimpan dengan baik dalam sijjin."  

وَمَآ أَدْرَىٰكَ سِجِّينٌ

wa m adrka m sijjn

tahukah kamu apakah Sijjn itu?

Allah mengajukan pertanyaan untuk memberi kesan betapa besar dan serius persoalan ini, "Dan tahukah kamu apakah sijjin itu?"  

 كِتَٰبٌ مَّرْقُومٌ

kitbum marqum

(Ia adalah) kitab yang berisi catatan (amal).

Sijjin yaitu kitab yang berisi catatan perilaku orang yang melakukan kejahatan dan akan diperlihatkan kepada mereka pada hari berhenti nanti untuk menjadi bukti kejahatan mereka.  

Berdasarkan ayat tersebut, sijjin dipahami sebagai: 

1. Kitab catatan amal perbuatan orang-orang durhaka berbeda dengan Illiyyin, kitab catatan amal orang-orang beriman, Sijjin mencatat segala dosa dan pelanggaran manusia. Dalam konteks ajaran Islam, terdapat dua kitab catatan amal yang disebutkan, yaitu Illiyyin dan Sijjin. Illiyyin adalah kitab catatan amal yang mencatat perbuatan baik dan kebajikan orang-orang yang beriman, sementara Sijjin adalah kitab catatan amal yang mencatat segala dosa dan pelanggaran yang dilakukan oleh manusia yang durhaka. Penyebutan kedua kitab catatan amal ini menegaskan konsep keadilan ilahi dalam Islam, di mana setiap perbuatan manusia, baik baik maupun buruk, akan dicatat dengan teliti dan akurat.

Illiyyin dan Sijjin merupakan simbol dari pemisahan antara orang-orang yang taat dan orang-orang yang durhaka di hadapan Allah. Orang-orang yang perbuatan baiknya dicatat di Illiyyin akan mendapatkan balasan yang layak, sementara orang-orang yang melakukan dosa dan pelanggaran akan menghadapi konsekuensi sesuai dengan catatan dosa mereka yang tercatat di Sijjin. Konsep ini menjadi pengingat bagi umat Islam akan pentingnya berpegang teguh pada ajaran agama dan menghindari perbuatan yang melanggar ketentuan Allah.

2. Tempat penyiksaan: Beberapa ulama memahami sijjin sebagai tempat di neraka di mana orang-orang yang durhaka akan menerima siksaan. Dalam konteks keyakinan Islam, sijjin diinterpretasikan sebagai salah satu bagian dari neraka yang diperuntukkan bagi mereka yang melakukan perbuatan buruk dan durhaka terhadap ajaran Allah. Para ulama yang memandang sijjin sebagai tempat penyiksaan meyakini bahwa di sana, orang-orang yang telah melakukan dosa dan pelanggaran akan menerima hukuman yang sesuai dengan perbuatan mereka.

 Konsep ini menegaskan pandangan tentang keadilan ilahi, di mana setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia akan diperhitungkan dan dihukum jika melanggar ketentuan agama. Penafsiran ini menjadi bagian dari ajaran agama yang mengingatkan umat Islam akan pentingnya menjauhi dosa dan menjalani kehidupan yang patuh terhadap ajaran Allah untuk menghindari siksaan di sijjin dan tempat-tempat penyiksaan lainnya di neraka.

Keberadaan Sijjin: Mitos atau Realitas? 

viva.co.id/Ilustrasi Neraka Sumber: U-Report
viva.co.id/Ilustrasi Neraka Sumber: U-Report

Keberadaan sijjin sebagai tempat di neraka masih menjadi perdebatan di antara para ulama. 

1. Pendapat yang meyakini sijjin sebagai tempat 

a. Al-Qur'an, dalam Surat Al-Muthaffifin ayat 7-9, menggambarkan sijjin sebagai tempat yang "tertulis" dan "Dan adapun orang-orang yang durhaka, maka catatannya (ada) di Sijjin. Dan tahukah kamu apakah Sijjin itu? (yaitu) sebuah kitab yang tertulis." Dalam ayat-ayat tersebut, Al-Qur'an menjelaskan bahwa orang-orang yang melakukan perbuatan buruk dan durhaka akan memiliki catatan dosa mereka yang tertera di Sijjin. Penyebutan Sijjin sebagai "sebuah kitab yang tertulis" menegaskan bahwa semua dosa dan pelanggaran yang dilakukan oleh manusia telah dicatat secara rinci dan teliti oleh Allah. Konsep ini menunjukkan bahwa tidak ada tindakan yang terlewatkan atau terlupakan di hadapan-Nya, dan setiap perbuatan akan dihitung dan dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian, ayat-ayat ini memberikan gambaran tentang konsep Sijjin sebagai tempat penyimpanan catatan-catatan perbuatan buruk manusia, yang menunjukkan pentingnya kepatuhan terhadap ajaran Allah dan konsekuensi bagi mereka yang melakukan perbuatan buruk. Penekanan pada kitab yang tertulis juga menegaskan bahwa segala sesuatu telah diarsipkan dengan sempurna dan akan digunakan sebagai dasar untuk penghakiman di akhirat nanti. Dengan demikian, ayat-ayat ini menggambarkan konsep Sijjin sebagai bagian integral dari ajaran Islam tentang keadilan ilahi dan pentingnya amal perbuatan yang baik serta kepatuhan terhadap ajaran agama untuk menghindari hukuman di akhirat.

b. Beberapa hadis Nabi Muhammad SAW menyentuh tentang sijjin sebagai tempat penyiksaan di neraka. Dalam hadis-hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan atau peringatan mengenai Sijjin sebagai bagian dari ajaran tentang kehidupan setelah mati dalam Islam. Hadis-hadis ini menegaskan keyakinan umat Islam akan adanya tempat penyiksaan bagi orang-orang yang durhaka, di mana sijjin diidentifikasi sebagai salah satu dari tempat tersebut. 

Penyebutan Sijjin dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW memberikan pemahaman lebih lanjut tentang konsep neraka dalam ajaran Islam, menegaskan keberadaan tempat penyiksaan bagi orang-orang yang melakukan perbuatan buruk dan tidak taat terhadap ajaran Allah. Hadis-hadis ini menjadi bagian penting dalam pemahaman umat Islam tentang konsekuensi dari perbuatan buruk dan kepatuhan terhadap ajaran agama. Dengan demikian, hadis-hadis tentang Sijjin memperkuat keyakinan umat Islam akan pentingnya menjalani kehidupan yang taat dan berbuat baik serta menjauhi segala bentuk dosa untuk menghindari siksaan di akhirat.

2. Pendapat yang menafsirkan sijjin secara metaforis

a. Simbol: Sijjin diinterpretasikan sebagai simbol dari konsekuensi dosa, bukan sebagai tempat yang sebenarnya. Dalam pemahaman ini, Sijjin tidak dipandang secara harfiah sebagai sebuah tempat di neraka, tetapi sebagai lambang atau metafora untuk menggambarkan akibat atau hukuman dari perbuatan dosa. Pandangan ini menganggap Sijjin sebagai representasi dari kegelapan, pemisahan dari Allah, atau kondisi spiritual yang menandakan jauhnya seseorang dari jalan kebenaran dan kebaikan. Penafsiran ini didasarkan pada keyakinan bahwa ajaran agama sering menggunakan simbol dan metafora untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual dan moral kepada umat manusia. 

Dengan demikian, melihat Sijjin sebagai simbol membantu umat Islam untuk memahami makna lebih dalam tentang konsekuensi dosa dan pentingnya menjalani kehidupan yang taat terhadap ajaran agama. Meskipun demikian, pandangan ini masih menjadi subjek perdebatan di antara para cendekiawan dan ulama Islam, dengan beberapa menginterpretasikan Sijjin secara harfiah sebagai tempat penyiksaan di neraka. 

b. Penekanan: Fokus utama ayat terletak pada akibat dari perbuatan dosa, bukan pada deskripsi rinci tentang sijjin itu sendiri. Dalam konteks ini, ayat-ayat tersebut lebih menyoroti konsekuensi yang akan dialami oleh orang-orang yang melakukan dosa, daripada memberikan gambaran detail tentang apa dan bagaimana sijjin. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pesan utama yang disampaikan adalah tentang pentingnya menyadari dan mempertanggungjawabkan perbuatan dosa, serta kesadaran akan adanya konsekuensi yang akan diterima di akhirat.

 Meskipun sijjin disebutkan sebagai tempat di mana catatan dosa-dosa tersimpan, penyebutan tersebut lebih sebagai bagian dari gambaran keseluruhan tentang keadilan ilahi dan bukan fokus utama dari ayat-ayat tersebut. Dengan demikian, penekanan pada konsekuensi dosa dalam ayat-ayat tersebut memperkuat pesan moral dan peringatan tentang pentingnya menghindari perbuatan dosa dan berpegang teguh pada ajaran agama.

Kesimpulan 

Meskipun kontroversi masih mengelilingi keberadaan sijjin sebagai tempat di neraka dalam Islam, ajaran agama dengan tegas menegaskan adanya konsekuensi bagi orang-orang yang melakukan dosa. Pemahaman terhadap konsep sijjin, baik sebagai tempat yang sesungguhnya maupun sebagai metafora, mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran akan dosa dan konsekuensinya, serta urgensi untuk menjalani kehidupan yang taat kepada ajaran Allah. 

Penyelidikan lebih lanjut terhadap konsep sijjin juga dapat memperdalam pemahaman kita akan nilai-nilai moral dan spiritual dalam Islam, serta memberikan motivasi untuk melakukan introspeksi diri dan meningkatkan hubungan kita dengan Tuhan. Oleh karena itu, walaupun interpretasi tentang sijjin mungkin beragam, pengertian akan konsekuensi dosa yang diusung oleh ajaran Islam tetap menjadi pijakan penting dalam mengarahkan perilaku dan keyakinan umatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun