Hari berganti hari, Raka dan Maya terus mendalami kasus manipulasi real count. Mereka berhati-hati dalam setiap langkah, waspada terhadap bahaya yang mengintai. Ancaman misterius itu terus menghantui, membuat mereka ekstra waspada dalam berkomunikasi dan beraktivitas.
Suatu malam, Raka menerima pesan singkat tak terduga. Pesan tersebut berisi alamat sebuah kafe dan instruksi untuk datang sendirian. Tanpa sepengetahuan Maya, Raka memutuskan untuk menemui pengirim pesan tersebut.
Di kafe remang-remang, Raka menunggu dengan cemas. Tak lama kemudian, seorang pria berjubah hitam duduk di hadapannya. Pria itu tak berbicara sepatah kata pun, hanya menyerahkan sebuah amplop berisi dokumen dan kemudian menghilang.
Raka membuka amplop tersebut dengan tangan gemetar. Isinya berupa data internal KPU yang merincikan skema manipulasi real count. Data tersebut menyebutkan nama-nama oknum yang terlibat dan modus operandi yang mereka gunakan.
Kembali ke kantor redaksi, Raka langsung menemui Maya. "Mbak, saya dapat ini," ujarnya sambil menyerahkan dokumen tersebut.
Maya membaca dokumen itu dengan saksama, wajahnya semakin tegang seiring dengan terungkapnya fakta yang mengejutkan. "Ini bukti yang kita butuhkan, Raka. Tapi ini juga berarti kita dalam bahaya besar."
Mereka sadar bahwa oknum yang terlibat manipulasi tidak akan tinggal diam. Mereka harus berhati-hati dalam mempublikasikan temuan ini.
"Kita tidak bisa langsung mempublikasikannya di media mainstream," ujar Maya. "Mereka bisa membungkam kita. Kita perlu mencari cara lain."
Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk membocorkan dokumen tersebut kepada media internasional. Mereka berharap dengan tekanan internasional, kasus ini akan lebih sulit ditutup-tutupi.
Raka menghubungi seorang jurnalis investigasi kenamaan dari media internasional yang selama ini dikenal vokal menyuarakan kebenaran. Awalnya sang jurnalis ragu, namun setelah melihat bukti yang disodorkan Raka, dia akhirnya setuju untuk mempublikasikannya.
Berita manipulasi real count pun menjadi headline di media internasional. Publik Indonesia geger. Desakan untuk mengusut tuntas kasus tersebut semakin menguat.