Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kapitalisme Pendidikan: Antara Realitas dan Cita-Cita

11 Februari 2024   13:14 Diperbarui: 11 Februari 2024   13:19 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nalarpolitik.com/Aartreya 

Dalam konteks pernyataan tersebut, penting untuk diakui bahwa akses pendidikan tidak boleh dibatasi oleh faktor-faktor seperti status ekonomi, etnisitas, gender, atau geografis. Setiap individu memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, yang mampu mempersiapkan mereka untuk mencapai potensi maksimal mereka dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat secara keseluruhan. 

Peran pemerintah sangat penting dalam memastikan bahwa akses pendidikan diperluas dan disetarakan untuk semua individu. Ini dapat melibatkan kebijakan-kebijakan seperti penyediaan sekolah dan fasilitas pendidikan yang merata di seluruh wilayah, penyediaan beasiswa atau bantuan keuangan bagi individu yang kurang mampu, serta program-program untuk meningkatkan akses bagi kelompok-kelompok yang terpinggirkan.

Penting untuk memastikan bahwa upaya meningkatkan akses pendidikan tidak hanya sebatas pada aspek fisik atau geografis, tetapi juga melibatkan pemahaman dan pengatatan terhadap hambatan-hambatan lain seperti diskriminasi, stereotip, atau budaya yang dapat menghambat akses pendidikan bagi beberapa individu atau kelompok. 

Dengan memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama terhadap pendidikan yang berkualitas, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berdaya. Pendidikan yang merata dan setara memberikan kesempatan bagi semua individu untuk berkembang, berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, dan mencapai kesejahteraan pribadi dan kolektif.

2. Menerapkan kurikulum berorientasi siswa: Kurikulum seharusnya disusun untuk menggali potensi dan bakat individu, bukan hanya memenuhi kebutuhan standar dan penilaian. Kurikulum berorientasi siswa mengacu pada pendekatan dalam penyusunan rencana pembelajaran yang menempatkan kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa sebagai titik fokus utama. Dalam konteks ini, kurikulum dirancang untuk memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal, mengakomodasi keberagaman bakat, minat, dan gaya belajar mereka.

Pendekatan ini bertentangan dengan pendekatan kurikulum yang berpusat pada guru atau materi, di mana tujuan utamanya adalah untuk mencakup materi yang telah ditetapkan atau memenuhi standar tertentu yang mungkin tidak selalu sesuai dengan kebutuhan individu siswa. Sebaliknya, kurikulum berorientasi siswa menekankan pada fleksibilitas, diferensiasi, dan adaptasi terhadap kebutuhan dan minat siswa. 

Dalam kurikulum berorientasi siswa, guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang membantu siswa mengeksplorasi minat mereka, mengembangkan keterampilan mereka, dan mencapai potensi mereka yang penuh. Guru mengakui bahwa setiap siswa memiliki keunikan dan kekuatan mereka sendiri, dan mereka bekerja untuk memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa agar sesuai dengan kebutuhan individu.

Pendekatan ini juga menekankan pentingnya pengembangan karakter dan keterampilan abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kerjasama. Ini dianggap penting karena pendidikan tidak hanya tentang pemerolehan pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan individu yang mampu beradaptasi dan berhasil dalam dunia yang terus berubah. 

Dengan menerapkan kurikulum berorientasi siswa, harapannya adalah bahwa setiap siswa dapat merasa didukung, diakui, dan dihargai dalam proses pembelajaran mereka. Ini dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, memberdayakan, dan memotivasi siswa untuk mencapai yang terbaik dalam pendidikan mereka.

3. Membangun budaya pembelajaran yang positif: Pendidikan seharusnya mempromosikan rasa ingin tahu, kreativitas, dan kerjasama, bukan persaingan dan individualisme. Membangun budaya pembelajaran yang positif melibatkan pembentukan lingkungan belajar di mana siswa didorong untuk mengembangkan kualitas-kualitas positif seperti rasa ingin tahu, kreativitas, dan kemampuan untuk bekerja sama. Pendidikan yang berfokus pada membangun budaya pembelajaran yang positif menekankan pentingnya kolaborasi, refleksi, dan dukungan dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna dan memuaskan bagi semua siswa.

Pentingnya mempromosikan rasa ingin tahu, kreativitas, dan kolaborasi dalam pendidikan adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan dan sikap yang relevan untuk menghadapi tantangan kompleks dalam dunia yang terus berubah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun