Ketika pendidikan terlalu terpaku pada pencapaian standar atau persiapan ujian, kemungkinan besar itu akan memicu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan tertentu. Hal ini sering kali mengarah pada kurikulum yang terlalu terstruktur dan pengajaran yang terlalu terarah, yang dapat membatasi kemungkinan bagi siswa untuk bereksperimen, mengeksplorasi, dan mengembangkan kreativitas mereka.Â
Selain itu, fokus yang berlebihan pada ujian dan standar juga dapat mengabaikan pentingnya pembelajaran yang mendalam dan pemikiran kritis. Siswa mungkin terbiasa dengan pengujiannya pada informasi dan fakta-fakta yang harus diingat untuk menghadapi ujian, daripada mendorong mereka untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis, evaluatif, atau sintetis yang penting dalam menghadapi tantangan di dunia nyata.
Dampak dari penurunan mutu pendidikan dapat sangat luas, karena pendidikan yang berkualitas merupakan fondasi dari pembangunan individu dan masyarakat. Penurunan mutu pendidikan tidak hanya memengaruhi kemampuan siswa untuk meraih potensi mereka sepenuhnya, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kemajuan sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa.Â
Oleh karena itu, penting untuk mencari keseimbangan yang tepat antara mempersiapkan siswa untuk menghadapi standar dan ujian yang diharapkan, sambil juga memberikan mereka ruang untuk mengembangkan kreativitas mereka dan kemampuan berpikir kritis. Ini dapat dicapai melalui pendekatan pendidikan yang lebih holistik, yang mengintegrasikan pembelajaran akademis dengan pengembangan keterampilan praktis, pemecahan masalah, dan pemberdayaan siswa untuk menjadi pembelajar seumur hidup.
Membangun Pendidikan yang BerkeadilanÂ
Kapitalisme dalam bidang pendidikan bukanlah suatu keharusan yang tidak bisa dihindari. Pernyataan ini menegaskan bahwa pengaruh kapitalisme dalam sistem pendidikan tidaklah sesuatu yang tidak dapat diubah atau dihindari. Kapitalisme dalam pendidikan merujuk pada praktik-praktik yang menerapkan prinsip-prinsip pasar dalam penyelenggaraan pendidikan, di mana nilai-nilai ekonomi seringkali mendominasi aspek-aspek lain seperti aksesibilitas, kualitas, dan tujuan pendidikan.Â
Dalam konteks ini, pernyataan tersebut menegaskan bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengubah atau mengatasi pengaruh kapitalisme dalam pendidikan, jika kita memilih untuk melakukannya. Hal ini mungkin melibatkan adopsi kebijakan-kebijakan yang lebih seimbang antara aspek ekonomi dan nilai-nilai inti pendidikan, seperti kesetaraan akses, keadilan, dan pengembangan karakter. Penting untuk diingat bahwa kapitalisme dalam pendidikan memiliki pro dan kontra, dan tidak selalu secara otomatis buruk atau baik. Sementara kapitalisme pendidikan dapat mendorong inovasi dan efisiensi, juga dapat mengancam nilai-nilai inti pendidikan seperti kesetaraan, keadilan, dan pembangunan karakter.
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan secara kritis dampak dari kapitalisme dalam pendidikan dan menjaga keseimbangan yang tepat antara aspek ekonomi dan nilai-nilai pendidikan yang mendasar. Ini dapat membantu memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi sarana untuk pemberdayaan individu dan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya sebagai alat untuk memperoleh keuntungan finansial semata.
 Kita dapat membangun sistem pendidikan yang lebih berkeadilan dan manusiawi dengan:Â
1. Meningkatkan akses pendidikan: Pemerintah diharapkan memastikan bahwa seluruh warga dapat mengakses pendidikan yang bermutu, tanpa adanya pengecualian. Peningkatan akses pendidikan merujuk pada upaya untuk memastikan bahwa semua individu, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau kulturalnya, memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan yang berkualitas. Ini mencakup akses ke pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, serta berbagai jenis pendidikan formal dan non-formal.