Masyarakat jahiliyah dengan karakter susunan fisiologisnya tidak akan dapat menerima elemen muslim yang melakukan aktivitas dari dalam, kecuali jika aktivitas, energi dan kemampuan muslim tersebut sesuai dengan kepentingan masyarakat jahiliyah, serta mengokohkan kejahiyahannya. Mereka yang mengimajinasikan dirinya mampu melakukan aktivitas untuk kepentingan agamanya dengan cara terlibat dalam masyarakat jahiliyah dan beradabtasi dengan struktur dan perangkatnya (sistem pemerintahan) adalah orang-orang yang tidak mengenal karakter fisiologis masyarakat. Karakter ini yang memaksa setiap orang yang berada dalam masyarakat untuk beraktivitas sesuai dengan kepentingan, manhaj dan pemahaman masyarakat. Oleh karena itu, para Rasul yang mulia menolak untuk kembali kepada agama kaumnya, setelah menerka diselamatkan oleh Allah dari sana (Tafsir Fi Dhilal al Qur'an, juz IV hlm. 2092)
Karena itu dakwah dalam konsep Islam adalah mengajak manusia untuk memeluk Islam dengan cara melakukan pemahaman dan kesadaran melalui proses berfikir berlandaskan aqidah Islam. Sebab ketidakpahaman tentang Islam dan dominasi perasaan emosilah yang menjadi faktor utama timbulnya gangguan kejiwaan berupa Islamophobia. Melalui pendekatan dakwah aqidah fikriyah, Rasulullah telah mengantarkan masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang beriman dan berakal sekaligus. Dari transformasi masyarakat inilah kelak melahirkan peradaban Islam yang agung sepanjang masa sejak zaman Madinah hingga masa khilafah di Turki, hingga tahun 1924 H.
Sejalan dengan ungkapan Sayyid Qutb bahwa dakwah Islam memerlukan keimanan dan pemahaman tentang realitas sebagai hakekat keimanan dan wilayahnya dalam sistem kehidupan. Keimanan dan tataran inilah yang akan menjadikan kebergantungan secara total kepada Allah, serta keyakinan bulat akan pertolonganNya kepada kebaikan serta perhitungan akan pahala di sisiNya, sekalipun jalannya sangat jauh. Orang yang bangkit untuk memikul tanggungjawab ini tidak akan menunggu imbalan di dunia, atau penilaian dari masyarakat yang tersesat dan pertolongan dari orang-orang jahiliyah dimana saja" (Perubahan Mendasar Pemikiran Sayyid Qutub, 2001 : 21)
Para Rasul yang mulia tidak pernah menerima tawaran untuk berbaur dalam masyarakat jahiliyah. Mereka tidak pernah mengatakan sebagaimana statemen mereka yang tidak memahami hakekat Islam dan struktur fisiologis masyarakat tersebut : baik, kita akan berbaur dengan agama mereka, supaya kita mengaplikasikan dakwah kita dan membantu aqidah kita melalui celah-celah mereka. (Tafsir Fi Dhilal al Qur'an, juz IV hlm. 2101).
Akhirnya, mesti menjadi renungan seluruh kaum muslimin bahwa Islamophobia yang melanda orang-orang Barat sesungguhnya merupakan gangguan kejiwaan yang bisa disembuhkan melalui dakwah pemikiran yang konsisten dan mendalam hingga menghilangkan dominasi perasaan menjadi manusia rasional dan ideologis. Berapa banyak orang Barat yang rasional dan jujur melihat Islam justru mereka merbondong-bondong masuk Islam.
Dakwah adalah cinta. Dakwah berarti mencintai orang-orang yang sedang mengalami gangguan kejiwaan untuk ditolong agar sembuh dari penyakitnya. Sebab orang-orang Barat mungkin belum banyak tersentuh oleh dakwah Islam kaffah ini. Karena itu teruslah berjuang wahai para pengemban dakwah, cintai orang-orang yang memusuhi kaliah hingga mereka menyadari kekeliruan mereka. Semoga dengan dakwah, masyarakat Barat segera sembuh dari gangguan kejiawaan mereka dan menjadi masyarakat rasional dan masuk ke dalam Islam untuk ikut menjadi pejuang agama Allah ini.
(AhmadSastra,KotaHujan,19/04/22 : 11.35 WIB)