Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

"Kesunyian Kita Meledak" : Membedah Dimensi Eksistensial Dalam Puisi Ahmad Yulden Erwin "Dari 9 Tembikar Asimetri Peter Voulkos".

9 Januari 2025   16:01 Diperbarui: 9 Januari 2025   15:11 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahmad Yulden Erwin (Sumber Gambar. Tokoh Lampung & Inilampung.com)

"Kesunyian kita meledak
Dalam pertanyaan, sebelum
Kekosongan mengunci permainan" (Puisi Ahmad Yulden Erwin, DARI 9 TEMBIKAR ASIMETRI PETER VOULKOS).


1. Teori Fenomenologi dan Eksistensialisme

Analisis puisi "Dari 9 Tembikar Asimetri Peter Voulkos" dapat dipahami melalui kerangka fenomenologi Edmund Husserl dan Martin Heidegger. Konsep "being-in-the-world" (Dasein) Heidegger sangat relevan dalam memahami bagaimana Yulden mengeksplorasi keberadaan manusia dalam ruang dan waktu. Terutama dalam baris "Kesunyian kita meledak Dalam pertanyaan", mencerminkan apa yang Heidegger sebut sebagai "throwness" - kondisi manusia yang terlempar ke dalam eksistensi.

2. Teori Dekonstruksi Derrida

Pendekatan Jacques Derrida tentang "diffrance" dan dekonstruksi dapat digunakan untuk memahami permainan makna dalam puisi ini. Penggunaan angka 0-8 dan struktur asimetris mencerminkan konsep "trace" Derrida, di mana makna selalu dalam kondisi penundaan dan pergeseran. Ini terlihat jelas dalam baris "Waktu adalah Soal bagaimana kau meletakkan Tiga setelah empat" yang mendekonstruksi pemahaman linear tentang waktu.

3. Teori Ruang dan Waktu Gaston Bachelard

"The Poetics of Space" karya Gaston Bachelard menjadi landasan penting dalam memahami metafora ruang dalam puisi ini. Konsep Bachelard tentang "topoanalisis" - studi tentang ruang personal dan intim - sangat relevan dalam menganalisis baris seperti "Ruang tak mengajarkan Apa pun, kecuali bagaimana Kau meletakkan mimpimu di luar pintu."

4. Teori Memori Kolektif Maurice Halbwachs

Konsep memori kolektif dari Maurice Halbwachs dapat digunakan untuk menganalisis aspek kenangan dalam puisi ini. Baris "Kadang kita merasa Tak siap menyimpan kenangan, Kecuali saat kita menatap cermin" mencerminkan bagaimana memori personal terkait dengan konteks sosial yang lebih luas.

5. Estetika Asimetri dalam Seni Rupa

Referensi pada Peter Voulkos membawa kita pada teori estetika asimetri dalam seni modern. Teori "wabi-sabi" Jepang tentang keindahan ketidaksempurnaan juga relevan di sini. Voulkos sendiri dikenal dengan pendekatan abstrak ekspresionismenya dalam keramik, yang menentang konvensi tradisional - paralel dengan cara Yulden memperlakukan struktur puisinya.

6. Teori Semiotika Roland Barthes

Pendekatan semiotika Barthes, terutama konsepnya tentang "mitologi" dan "studium/punctum", dapat digunakan untuk menganalisis lapisan-lapisan makna dalam puisi ini. Penggunaan simbol-simbol seperti pintu, cermin, dan lumpur dapat dibaca sebagai sistem tanda yang kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun