Namun, ada juga kasus di mana peralihan diksional terjadi tanpa perubahan struktur yang signifikan, atau sebaliknya. Penyair modern seperti e.e. cummings sering bermain-main dengan struktur tanpa selalu mengubah gaya diksional mereka. Di sisi lain, penyair seperti Walt Whitman bisa menggunakan berbagai gaya diksional dalam struktur yang relatif konsisten.
## Kesepadanan Makna: Sebuah Kompleksitas.
Apakah peralihan diksional dan perubahan konteks struktur selalu memiliki kesepadanan makna? Jawabannya adalah: tidak selalu. Terkadang, penyair sengaja menciptakan ketegangan antara diksi dan struktur untuk efek tertentu. Misalnya, menggunakan diksi yang ringan dan ceria dalam struktur yang biasanya digunakan untuk tema-tema berat, atau sebaliknya.
Kesepadanan makna antara diksi dan struktur bukanlah sesuatu yang mutlak, melainkan sebuah spektrum. Di satu ujung spektrum, kita memiliki puisi di mana diksi dan struktur bekerja dalam harmoni sempurna. Di ujung lain, kita memiliki puisi di mana ketidaksesuaian antara diksi dan struktur justru menjadi sumber makna dan keindahan.
Alih-alih adalah,
peralihan diksional dan konteks struktur dalam puisi memiliki hubungan yang kompleks dan dinamis. Keduanya tidak selalu memiliki kesepadanan makna, dan justru dalam ketidaksepadanan itulah sering kali muncul keunikan dan kekuatan sebuah puisi. Pemahaman akan kompleksitas ini penting bagi para kritikus sastra, penyair, dan penikmat puisi untuk dapat mengapresiasi secara lebih mendalam kekayaan makna yang terkandung dalam sebuah karya puisi.
## Referensi
https://www.poetryinternational.com/en/poets-poems/poems/poem/103-23704_PAMAN-DOBLANG
1. Eagleton, T. (2007). *How to Read a Poem*. Blackwell Publishing.
2. Leech, G. N. (2014). *A Linguistic Guide to English Poetry*. Routledge.
3. Perloff, M. (1991). *Radical Artifice: Writing Poetry in the Age of Media*. University of Chicago Press.
4. Preminger, A., & Brogan, T. V. F. (Eds.). (1993). *The New Princeton Encyclopedia of Poetry and Poetics*. Princeton University Press.