Mohon tunggu...
El Sabath
El Sabath Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

"Akar sosial adalah masyarakat dan kajemukan, dan "Fenomena Sosial Di dasarkan pada gambaran nilai normatif Individu, terhadap ruang interaktif relasi sosial, hal yang mendasar adalah sosial sebagai fenomena individu yang tidak terlepas dari sumberdaya, yang relatif dan filosofis, dan apakah ranah sosial adalah sesuatu yang sesuai makna filosofis, atau justru gambaran dari kehampaan semata, yang tidak dapat di ukur sikap atau ruang lingkup sosialkah, yang berarti suatu ilutrasi pamplet kekacauan revolusi massa, atau komunisme historis dalam sejarah pergerakan politik?"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rebab Minang: Koskata Kisah dalam Tradisi Semiotis Kultural Minang-kabau

15 Oktober 2024   14:24 Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:36 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dalam lanskap budaya Minangkabau, rebab memiliki posisi yang unik sebagai instrumen musik dan sebagai pembawa makna kultural. Rebab "Kerinduan", sebuah variasi khusus dari rebab Minang, menjadi fokus menarik dalam studi semiotika kultural. Esai ini akan mengeksplorasi bagaimana rebab "Kerinduan" berfungsi sebagai penanda peristiwa dalam konteks budaya Minangkabau, dan bagaimana hal ini dapat diinterpretasikan melalui lensa semiotika kultural.

## Rebab "Kerinduan" dalam Konteks Budaya Minangkabau

Rebab "Kerinduan" adalah varian dari rebab Minang yang secara khusus terkait dengan ekspresi emosional kerinduan atau nostalgia. Menurut Andar Indra Sastra (2018), rebab ini sering digunakan dalam pertunjukan yang bertemakan perpisahan, perantauan, atau kenangan akan kampung halaman[^1]. Suaranya yang melankolis dianggap mampu mewakili perasaan rindu yang mendalam, sebuah emosi yang sangat penting dalam budaya Minangkabau yang memiliki tradisi merantau.


## Semiotika Kultural dan Penandaan Peristiwa.

Dalam konteks semiotika kultural, rebab "Kerinduan" dapat dilihat sebagai sebuah tanda yang kompleks. Mengacu pada teori semiotika Charles Sanders Peirce, kita dapat menganalisis rebab ini sebagai berikut:

1. **Ikon**: Suara rebab "Kerinduan" menjadi ikon dari perasaan rindu itu sendiri. 2. **Indeks**: Kehadiran rebab "Kerinduan" dalam sebuah pertunjukan menjadi indeks bahwa tema kerinduan atau nostalgia akan diangkat. 3. **Simbol**: Dalam budaya Minangkabau, rebab "Kerinduan" telah menjadi simbol dari ikatan emosional dengan tanah kelahiran dan pengalaman merantau.

Hajizar (2019) menjelaskan bahwa dalam pertunjukan tradisional Minangkabau, pemilihan instrumen musik sering menjadi penanda awal bagi audiens tentang jenis cerita atau emosi yang akan disampaikan[^2]. Dengan demikian, rebab "Kerinduan" berfungsi sebagai penanda peristiwa, memberikan konteks emosional dan naratif bahkan sebelum pertunjukan dimulai.

## Penandaan Peristiwa dalam Pertunjukan.

Dalam pertunjukan yang melibatkan rebab "Kerinduan", beberapa elemen menjadi penanda peristiwa yang signifikan:
1. **Introduksi Musikal**: Melodi pembuka yang dimainkan oleh rebab "Kerinduan" menjadi penanda dimulainya narasi tentang kerinduan atau perpisahan. 2. **Perubahan Nada**: Perubahan dalam nada atau intensitas permainan rebab sering menandai perubahan dalam alur cerita atau intensitas emosi yang disampaikan. 3. **Interaksi dengan Vokal**: Saat rebab "Kerinduan" berinteraksi dengan elemen vokal (seperti dalam dendang), ini sering menandai momen-momen penting dalam narasi. 4. **Kesenyapan**: Momen-momen ketika rebab berhenti bermain juga menjadi penanda, sering menandai transisi atau momen refleksi dalam cerita.

## Interpretasi Kultural.

Ediwar (2021) berpendapat bahwa penggunaan rebab "Kerinduan" dalam pertunjukan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk meneguhkan identitas kultural Minangkabau[^3]. Melalui penggunaan instrumen ini, masyarakat Minangkabau mengekspresikan dan menegosiasikan konsep-konsep penting dalam budaya mereka seperti merantau, hubungan dengan tanah leluhur, dan dinamika antara tradisi dan modernitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun