Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Matahari Tutup Pukul Sebelas Malam

27 September 2023   04:17 Diperbarui: 27 September 2023   04:19 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayah, sembahyang, ibu memasak malam itu untuk esok.

"Aku berkhayal, mati muda dan masuk surga, tanpa hisab."

Dunia, yang durjana yang merenggut- 

Merenggut hari-hari yang sempurna bagi kami di tepi sawah.

 

aku melihat ribuan katak yang tengah berdendang di pematang, sawah, rawa, yang dihabisi oleh ayah.

Membuat jiwa terbuang di puncang bangunan pencakar langit kota yang kurus bak tulang belulang manusia terkubur di dalam waktu dalam peristiwa sejarah.

Menjadi berbeda bagi hal yang sama-

Tak samanya, pikiran dan realitas di mata, dan setiap mata kakimu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun