Siapa yang akan menjual kesendirian?
Siapa pula yang akan membelinya?
|Tentang tangisan otak udang| dan pilu para rindu yang dungu kepada istana berisi permen berwarna-warni:
"Bukan!" Bukan!" Salju dingin!"
Di pasar:
Keramaian, membuat tak sendiri. Bahan pokok dasar dari kesadaran, yang berhargakah?
Segala buah?!
Padi-padi adalah sejenis protein kacang?
Klentit perempuan - di bawah jendela muram. Tanpa pelita jendela. Dan, Aku rasa tak ada perempuan atau
wanita, sebab,
Yang ada adalah, tubuh-tubuh daging manusia berjubal menjadi sesak. Berdesakan, menuju satu pintu: kepada suatu ruang, tempat setiap orang dari tubuh-tubuh itu, dapat terbaring lelap menghiasi kelam dunia.
Di sana ruang yang misteri:
Tempat, Romeo & Juliet, Sampek Engtay
Atau Qais dan Laila terbaring sebagai skrip huruf- huruf-huruf melata, merayap dalam gelap angan-angan romantisme abadi:
Swalayan tutup,
Market tiktok tutup,
Kau tak harus belanja jomblo dan kesendirian di sana di altar layar ponsel yang retak oleh segenap kenangan dengan sang kekasih yang adalah pacar dari orang dekatnya.
Dan, atau
Hikayat pasar malam, yang lunglai, di liuk sebuah rolerkoster, masih menuliskan tinta dari gincu bibirmu mengecup lukaku yang merah bernanah.
Mengerti saja,
Bahwa, Jomblo tak laku di jual di tiktok dan Alibaba atau Shopee.
A.W. AL-FAIZ
Ruang Halawi,
Bandar Lampung, 27 September 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H