Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan, 20 September 2023

20 September 2023   15:28 Diperbarui: 20 September 2023   16:00 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Catatan, 20 September 2023.

              Menulis menjembatani realitas dan angan dalam benak. Menulis artinya mencatat,  menggambarkan suatu pencitraan kesadaran terhadap ruang pembacaan terhadap suatu objek yang hadir sebagai presefsi-asumsi, yang menjembatani objek realitas.

20 September 2023.

             Secangkir kopi, dan dua bungkus Indomie.  Aku masih belum bisa pergi dari keinginan energi yang melintas di sekitar diri dan tubuhku.  Mengulangi catatan yang sempat tertulis pada draf lain dari bagian waktu,  rasanya seperti membayar dengan kehidupan nyawamu yang singkat.  Hanya, tampak judul yang megah dan meriah,  di balik kesuraman yang terjadi dalam emosi fan konflik batin.  

          Seperti layaknya,  sebuah panggung,  pertunjukan drama. Dalam pertarungan dan pertaruhan konsepsi east tentang semua hal, dan diantaranya, adalah seorang aktor pikun yang lupa akan dialognya,  karena gerogi dan nerveous. 

          Mimpi dan dramtologi kehidupan yang disalin dalam naskah skenario penyutradaraan, seorang anak desa - - yang berakhit pilitan, oleh politensi politik kebudayaan dan trend industri mode pashion, sebagai preseden yang mewah. Yang mensejajarkan dirinya dengan kwalitas prinsip kehidupan,  yang bukanlah soal berpoya-poya, tanpa terminologi suatu upaya jalan menuju kembali kepada tuhan. 


Hari,  ini,  20 September 2023 ... .. 

dan dari sepertiga sisi naratif yang bertolak darimu.... 

           "Aku ingin, dan engkau sembunyi, engkau sembunyi, dan aku ingin !" aku sembunyi dan engkau ada," apakah, ada makna kata yang harus kita pahami lagi, dari rasa dan perasaan itu?! "

"Bahwa, cinta,  memang cinta, memang bukanlah, suatu yang menjadi angan dan harapan selama ini!"

        Salju turun (kah?)  engkau. Dingin,  di dalam pelukan bibir dari bilah mata pedang kematian, yang perlahan medekat. Dingin, yang membuat beku dalam gigil yang sangat.

"Angin! Serta badai debu, di jalanan yang kemarau, seperti dingin salju, lembah gunung,  di gunung Fujiama. Seperti, nyanyi dari dingin udara, hawa lembah hati yang menusuk di Pesagi"

"siapa, siapa yang telah datang dalam kelam kalam, mengutuk mimpi?"

          Di permukaan di atas dataran hamparan tanah tempat subur, dimana engkau bicara. Hari ini,  yang mempertemukan diriku dan masa lalu, termasuk juga di dalamnya kegagalan yang berantai.  Tentang, kisah-kisah gadis yang berkilau oleh pinangan dan penolakan para anjing-anjing penjaga mereka, ataukah mungkin sebagai dedikasi dan nuansa ruang yang datang seperti triwulan dalam masa preriode peristiwa-peristiwa sakral keagamaan.

"Jangan! " halangi aku... !" 

Memintal tubuhmu menjadi karung  beras! " semata-mata, lapar dan dahaga waktu berlalu, .... " 

"Jangan! "

 Jangan, bandingkan aku dengan suatu peluang dan kesempatan apa pun dalam dimensi cinta yang menilai untuk memberi arah pemahaman bagi tafsir-tafsir keuntungan takdir dan nasib,  seorang anak manusia di muka bumi ini. 

Sebab,  bagiku dalam sabda batinku, cinta tetaplah suatu misteri yang tak dapat di uraikan, atau terpecahkan oleh suatu perkara jawaban apa pun itu, terkecuali, kita telah sampai pada batas ilahi, yang ilahiah, yang hanya kita angan-angankan dalam benak, tanpa dapat ikut di dalam realitas yang sebenarnya, oleh sebab bias mendera pastu. Dan, kita hanya sebatas menjalani suatu peran di dunia,  sebagai tradisi yang terwarisi, oleh sejarah. Sejarah dari perjalanan anak manusia seperti juga nabi Adam, As, dan juga, Siti Hawa, As.

Tentu, saja,
Engkau adalah, milik dari tuhanmu,  dan begitu pula aku dan hidupku adalah juga milik tuhanku. Meski, seandainya,  dan sepertinya tuhan di mata kesadaran kita satu sama lain, tampak, berbeda, sebab, kesadaran kita tak sepenuhnya benar-benar mengetahui, lebih dalam dan jauh. Terkecuali,  kita ingin menyamarkan, mana tuhan mana dirimu, mana alam raya, dan seisinya,  juga serta hukum alam (sunatullah) yang ada di dalamnya.

Menjembatani, ruang kehidupan,  dan perbedaan serta, hati, dalam suatu kesatuan jarak ruang, dalam kesadaran realitas kenyataan, meski keinginan dan tujuan, dari fajar yang terbit di hati berbeda, meski, dongeng yang engkau pilih, menjadi jembatan realitas kesadaran imajinatif, pilihanmu berbeda dengan setiap orang lain. Dan aku berharap kita tak pernah mengerti, atau mencoba mengerti satu sama lainnya, akan hasrat dan keinginan terkecuali memberi suatu ruang gambaran presefsi yang berkemungkinan sama. 

Sebagai suatu pijakan yang dapat bertumpu, jika kita memang seharusnya, terpisah dari dalam ruang,  dari, setiap ihwal persoalan bersama kehidupan dan sudut, awal matamu memandangku, saat tiba di dalam benak dan angan-anganmu,  yang berbeda dari yang pernah aku tahu.

-----------

 "Terimakasih Indomie ! ". |°

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun