Mohon tunggu...
El Sabath
El Sabath Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

"Akar sosial adalah masyarakat dan kajemukan, dan "Fenomena Sosial Di dasarkan pada gambaran nilai normatif Individu, terhadap ruang interaktif relasi sosial, hal yang mendasar adalah sosial sebagai fenomena individu yang tidak terlepas dari sumberdaya, yang relatif dan filosofis, dan apakah ranah sosial adalah sesuatu yang sesuai makna filosofis, atau justru gambaran dari kehampaan semata, yang tidak dapat di ukur sikap atau ruang lingkup sosialkah, yang berarti suatu ilutrasi pamplet kekacauan revolusi massa, atau komunisme historis dalam sejarah pergerakan politik?"

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan, 20 September 2023

20 September 2023   15:28 Diperbarui: 20 September 2023   16:00 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

        Salju turun (kah?)  engkau. Dingin,  di dalam pelukan bibir dari bilah mata pedang kematian, yang perlahan medekat. Dingin, yang membuat beku dalam gigil yang sangat.

"Angin! Serta badai debu, di jalanan yang kemarau, seperti dingin salju, lembah gunung,  di gunung Fujiama. Seperti, nyanyi dari dingin udara, hawa lembah hati yang menusuk di Pesagi"

"siapa, siapa yang telah datang dalam kelam kalam, mengutuk mimpi?"

          Di permukaan di atas dataran hamparan tanah tempat subur, dimana engkau bicara. Hari ini,  yang mempertemukan diriku dan masa lalu, termasuk juga di dalamnya kegagalan yang berantai.  Tentang, kisah-kisah gadis yang berkilau oleh pinangan dan penolakan para anjing-anjing penjaga mereka, ataukah mungkin sebagai dedikasi dan nuansa ruang yang datang seperti triwulan dalam masa preriode peristiwa-peristiwa sakral keagamaan.

"Jangan! " halangi aku... !" 

Memintal tubuhmu menjadi karung  beras! " semata-mata, lapar dan dahaga waktu berlalu, .... " 

"Jangan! "

 Jangan, bandingkan aku dengan suatu peluang dan kesempatan apa pun dalam dimensi cinta yang menilai untuk memberi arah pemahaman bagi tafsir-tafsir keuntungan takdir dan nasib,  seorang anak manusia di muka bumi ini. 

Sebab,  bagiku dalam sabda batinku, cinta tetaplah suatu misteri yang tak dapat di uraikan, atau terpecahkan oleh suatu perkara jawaban apa pun itu, terkecuali, kita telah sampai pada batas ilahi, yang ilahiah, yang hanya kita angan-angankan dalam benak, tanpa dapat ikut di dalam realitas yang sebenarnya, oleh sebab bias mendera pastu. Dan, kita hanya sebatas menjalani suatu peran di dunia,  sebagai tradisi yang terwarisi, oleh sejarah. Sejarah dari perjalanan anak manusia seperti juga nabi Adam, As, dan juga, Siti Hawa, As.

Tentu, saja,
Engkau adalah, milik dari tuhanmu,  dan begitu pula aku dan hidupku adalah juga milik tuhanku. Meski, seandainya,  dan sepertinya tuhan di mata kesadaran kita satu sama lain, tampak, berbeda, sebab, kesadaran kita tak sepenuhnya benar-benar mengetahui, lebih dalam dan jauh. Terkecuali,  kita ingin menyamarkan, mana tuhan mana dirimu, mana alam raya, dan seisinya,  juga serta hukum alam (sunatullah) yang ada di dalamnya.

Menjembatani, ruang kehidupan,  dan perbedaan serta, hati, dalam suatu kesatuan jarak ruang, dalam kesadaran realitas kenyataan, meski keinginan dan tujuan, dari fajar yang terbit di hati berbeda, meski, dongeng yang engkau pilih, menjadi jembatan realitas kesadaran imajinatif, pilihanmu berbeda dengan setiap orang lain. Dan aku berharap kita tak pernah mengerti, atau mencoba mengerti satu sama lainnya, akan hasrat dan keinginan terkecuali memberi suatu ruang gambaran presefsi yang berkemungkinan sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun