Ku ketok pintu perpustakaan, tempat termewah kedua yang aku temui setelah lobby.
Senyuman manis dan sapa suara sejuk di telinga dan damai di hati.
Kusambut dengan sumringah, walau tak sempat mengelus tangan, tanda persahabatan- ini masa covid, teman.
Ah, perempuan itu masih dengan tugasnya, menempel buku dengan katalognya.
Kulempar pandangan ke tempat penuh warna ini.
Kudapati tiga orang asyik melihat gadget sambil sesekali tertawa tertahan.
Di sudut ruangan seorang guru perempuan tengah mempersiapkan bahan ajar.
Di samping tiga orang tadi, pak guru tengah terkantuk-kantuk menahan matanya yang berat, terantuk.
Dia pernah mengajar lebih dari sekedar rata-rata
Dia juga pernah menjadi pelatih para pesepak bola
Bahkan antrian juri sering menjadi tugas pokoknya
Ah, kenapa sekarang melesu, tak ada niat membalas kejayaan masa lalu?
Pak Guru beranjak ke dekatku, menyapa basa-basi , sedikit lelah terpancar di matanya
Badannya menipis tak sesegar dahulu.
Suaranya menjadi pelan, tak segarang di masa lalu
Tapi dia masih bertahan untuk mengajar dengan segala kemampuan yang tersisa, salutku untuknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H