Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Berubah

25 Desember 2018   17:31 Diperbarui: 25 Desember 2018   17:58 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tahun demi tahun berganti masa dan rupa 

Tak buatmu beda warna jiwa

Tak merubahmu memoles rasa indah 

Semua tak bergeming dari start awal kehidupan

Kacamatamu tetap bekas kuda yang tak beda sudut pandang

Lurus dan tak mengerti arti perbedaan

Sejurus memandang hanya itu yang kau anggap benar

Adakah kau tahu itu  buatku jengah

Maka yang tampak di matamu adalah kebenaran semu

Semua warna jadi putih dan abu-abu

Kau tak kenal hakekat cinta dalam nuansa senja

Bagimu kelengkapan itu tak tersedia

Saat buliran air mata menumpah dalam 9 mangkok beragam rupa

Mengais rasa kasihan , kehormatan dan cinta

Menuding  jingga  dan ungu menjadi hanya abu-abu dan hitam kelam

Menepisakan sosok yang beringsut mencari makna

Kamu tegak berdiri, menantang angin

Kau biarkan mentari tak berikan vitamin

Kau telantarkan angin berikan oksigen

Kau hinakan hujan sia-siakan romantisme alam

Mungkin sudah saatnya aku harus bicara

Agar kau tak telan semua badai dan rupa kecewa

Agar tak selalu kau anggap jalan itu satu arah saja

Supaya engkau sadar, hujan bisa jadi air untuk kita minum

Ada saatnya debu tak sisakan kotoran

Ada masanya tayammum butuh tempat berlindung

Dari najis dan semua noktah tak berupa dan bentuk

Dari belenggu prasangka yang tak pernah kau lepas

Mestinya seiring waktu kau berubah

Ganti bajumu dan juga poles bibirmu

Basuh mukamu dan lap jiwamu

Agar segar saat kau menghadapNya

Lengkapi pula lubang yang sempat sobek oleh tanganmu

Dengan benang yang sudah kupersiapkan dari dulu

Walau kau tak pernah lirik bahwa aku bisa menambalnya

Membuatnya lebih indah dari sekedar tambalan usang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun