Oleh : Ahlan Mukhtari Soamole*
Perusahaan-perusahaan besar dunia saat ini tengah berada dalam revolusi kritis pembangunan, dengan kata lain fase peralihan paradigma pembangunan cenderung pada asas keberlanjutan diantaranya pada critical material, sustinible construction, sustinible industrial, mengacu terhadap pemanfaatan material kritis bahan mentah material, mineral baterai, mobil listrik, kemudian diatur sedemikian rupa untuk keselarasan ekologis, ekonomis.Â
Isu perubahan iklim dunia, kerusakan lingkungan serentak menghentak kesadaran, psikologis dunia industri untuk menitikberatkan kembali penggunaan energi, material berwawasan berkelanjutan. Seperti perusahaan besar Tesla mencoba menghasilkan produk tak hanya berstandar ISO (International organization for standarization) meliputi 8 prinsip itu, konsumen, kepemimpinan, pelanggan, implikasi karyawan, processing, sistem manajemen, perbaikan intensif, pengambilan keputusan, hubungan dengan pemasok. Jauh daripada itu untuk menciptakan standar baru meskipun secara intengeible menjadi cara utama menjaga keselarasan ekologis dari eksploitasi masif.Â
Dalam konstruksi produksi material besi kian habis, pemanfaatan besi cukup besar dalam proses pembuatan baja. Menurut Kementrian ESDM (2020) mngungkapkan cadangan logam besi 3 miliar ton dengan produksi bijih besi dan pasir besi 3, 9 juta ton pertahun, dan kosentrat besi 3,1 juta ton umur cadangan berdasarkan produksi bijih 769 tahun, estimasi masih kontradiktif, sebab genesa atau keberadaan besi terbatas sebab besis berbeda dengan mineral logam hanya terbentuk secara anorganik.Â
Besi merupakan mineral diproduksi secara ulang dengan keterbatasan maka kualitas besi diproduksi ulang, tentu berbeda kandungan besi terdapat di alam.Â
Dunia konstruksi tak hanya mempertimbangkan bangunan semata, tahan gempa, green construction. Namun, seiring itu berdasar pada mineral-mineral kritis sebagai alternatif bahan-bahan material baru diproduksi.Â
Sebagaimana bahan tambah, energi pembakaran dari beton-fly ash, batubara-biomassa, pyrohidrometalurgi-biohidrometalurgi diutamakan kombinasi material untuk suatu pembangunan berkelanjutan.Â
Menyadari kerusakan lingkungan tanpa membatasi berarti membiarkan peradaban, kekayaan natural resources, hilang akibat penambangan masif, resiko lingkungan hingga menimbulkan kemiskinan, ketimpangan.Â
Dunia kontsruksi bertalian erat produksi tambang besar pada ancaman jangka panjang sehingga upaya dilakukan adalah keberlanjutan pengolahan mineral-mineral kritis atau mencapai alternatif baru pemanfaatan bahan-bahan konstruksi berkelanjutan.
Engineer adalah seorang memiliki kemampuan merencanakan, mendesain suatu kegiatan berkaitan sains, teknik dll. Tindakan engineer berdasarkan etika engineering menjawab problematika secara multidimensional menjangkau keputusan-keputusan dalam batasan resiko tertentu.Â
Etika engineering menentukan sikap keberlanjutan pada aspek ekologis mampu menghasilkan produk bermutu, berwawasan lingkungan.Â
Ketika menghadapi 2 pilihan antara memperoleh keuntungan (laba) besar dengan pilihan resiko krisis lingkungan besar pula maka pilihan utama adalah antisipasi krisis lingkungan meski kerugian besar. Sebab, perusahaan bertumpu pada kebijakan-kebijakan trust, kepedulian bertujuan memulihkan lingkungan.Â
Dan ekonomi. Etika engineer menyelaraskan antara kepentingan bisnis dan kepentingan ekologis, standar mutu trust merupakan suatu harapan baru sedang dibangun oleh negara adidaya untuk keberhasilan pembangunan ekonomi, pemulihan itu juga dapat menentramkan dunia dari benturan di antara peradaban-peradaban mulai krisis sumber daya mineral.
*Ditulis oleh Ahlan Mukhtari Soamole (Penulis adalah mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia/ Pegiat Belajar Filsafat dan Politik).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H