MEMAHAMI KEMATIAN
Oleh: Ahkam Jayadi
Kematian, bagi sebagian orang, masih merupakan misteri yang sulit dicerna oleh akal sehat. Perdebatan mengenai apakah kematian adalah akhir dari kehidupan atau pintu menuju fase kehidupan selanjutnya terus berlanjut. Perasaan takut dan ketidak-pastian ini membuat banyak orang sulit menerima fakta bahwa kematian adalah kepastian yang akan dialami oleh semua makhluk hidup. Bahkan, meskipun kita menyadari kepastian kematian, banyak dari kita yang belum siap menghadapinya.
Pandangan tentang kematian dapat didekati melalui berbagai perspektif, terutama dari dua pendekatan utama, yakni pendekatan ilmu pengetahuan (ilmu kedokteran) dan pendekatan agama. Pendekatan ini menghadirkan perspektif yang berbeda, namun keduanya memberikan kontribusi signifikan dalam upaya manusia memahami fenomena kematian.
Paradigma dan Teori Tentang Kematian
1. Paradigma Ilmiah
Paradigma ilmiah memandang kematian sebagai suatu proses biologis yang dapat dijelaskan secara empiris. Teori "Death as a Biological Process" (Kematian sebagai Proses Biologis) menjelaskan bahwa kematian terjadi akibat kegagalan fungsi organ-organ vital tubuh, seperti jantung, paru-paru, dan otak. Salah satu konsep yang banyak dibahas adalah "brain death" (kematian otak) yang dijadikan standar kedokteran modern dalam menentukan kematian. Menurut Bernat et al. (1981) dalam artikelnya "A Conceptual Justification for Brain Death" di The Hastings Center Report, kematian otak terjadi ketika semua fungsi otak, termasuk batang otak, berhenti secara permanen.
Berdasarkan sudut pandang ini, kematian dipahami sebagai berhentinya seluruh aktivitas biologis dalam tubuh. Para dokter dan ahli biologi menjelaskan bahwa kematian terjadi secara bertahap melalui tiga fase: kematian klinis, kematian biologis, dan kematian seluler. Masing-masing fase memiliki ciri-ciri tertentu. Kematian klinis terjadi saat jantung berhenti berdetak dan pernapasan terhenti, sedangkan kematian biologis ditandai dengan kerusakan organ-organ vital, dan kematian seluler terjadi ketika sel-sel tubuh mati secara bertahap.
2. Paradigma Religius
Berbeda dari paradigma ilmiah, pandangan religius memandang kematian sebagai proses transendental. Dalam Islam (QS. Al-Ankabut: 57), kematian dimaknai sebagai proses berpisahnya ruh dari jasad, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan".
Konsep ini juga ditemukan dalam agama-agama lain. Dalam tradisi Kristiani, kematian dipandang sebagai "perjalanan pulang ke rumah Bapa", sedangkan dalam Buddhisme, kematian adalah bagian dari siklus kelahiran dan reinkarnasi (samsara) di mana roh akan terlahir kembali dalam kehidupan baru sesuai dengan hukum karma.