Mohon tunggu...
ahkam jayadi
ahkam jayadi Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Masalah Hukum dan Kemasyarakatan Tinggal di Makassar

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Baru

27 Mei 2022   05:34 Diperbarui: 27 Mei 2022   05:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Ahkam Jayadi

Kita kini berada di penghujung Bulan Syawal, se bulan sudah kita tinggalkan Bulan Ramadhan, pertanyaannya apa yang sudah kita dapatkan di bulan ramadhan? 

Semoga kita menjadi manusia baru. Manusia baru adalah manusia-manusia yang lahir dari proses latihan dan ujian selama se bulan di bulan ramadhan 1443 Hijriah bertepatan dengan tahun 2022 Masehi dari tanggal 2 April sampai dengan 1 Mei 2022. 

Manusia-manusia baru yang telah berhasil melewati atau berhasil lulus untuk dapat menahan dan mengendalikan godaan hawa nafsu dunia setan yang selama ini senantiasa menyesatkan. Hawa nafsu dunia setan yang senantiasa memperbudak manusia sehingga tidak bisa mengendalikan dirinya untuk berbuat berbagai bentuk pelanggaran hukum. 

Harapan kita semua tentu saja kita semua sukses di dalam melewati ujian dan tantangan yang ada selama sebulan puasa. Hanya saja sebagai bulan pelatihan menahan diri dari segala yang di larang oleh Tuhan Yang Maha Esa tentu saja hal yang wajar bila ada yang berhasil lolos dan ada yang tidak berhasil lolos. 

Mereka-mereka yang tidak lolos itu lah yang masih kita saksikan bahwa dalam bulan puasa pun mereka tetap melakukan berbagai bentuk perbuatan melanggar hukum.

Hal yang sangat memilukan adalah apa yang terjadi di Lamongan Jawa Timur menjelang berakhirnya bulan ramadhan justru seorang mahasiswa melakukan tindakan bunuh diri dengan cara gantung diri. Mahasiswa tersebut gantung diri di pohon mangga. 

Bulan puasa ternyata tidak mampu dia manfaatkan untuk membentuk dirinya sebagai orang yang bertaqwa.

Orang-orang yang berhasil lolos itulah orang-orang yang mendapatkan predikat, "taqwa" sebagaimana di janjikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. 

Orang-orang yang sukses inilah yang penulis maksudkan dengan, "manusia baru". Manusia baru yang justru akan menghadapi tantangan yang lebih berat di luar bulan ramadhan dengan segala problematika kehidupan yang ada. Problematika kehidupan yang tidak sekedar dalam wujud individual akan tetapi dalam skala bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Manusia baru yang diharapkan dapat menjadi contoh dan pendorong terwujudnya kultur bangsa secara umum dan kultur hukum masyarakat secara khusus. Manusia baru yang senantiasa akan menjadi role model dalam menekan atau mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran hukum perundang-undangan. 

Bukan sebaliknya setelah berhasil melewati ujian selama bulan ramadhan justru mereka merasa merdeka dari berbagai kekangan sehingga mereka justru melampiaskan segala larangan yang ada sehingga kembali menjadi pelaku berbagai kejahatan.

Tentu saja kita sangat berharap agar perjalanan bangsa dan negara kita (Negara Hukum Republik Indonesia) ke depan semakin mewujudkan bangsa dan negara yang, "baldatun thoyyib batun warobbun gaffur". Masyarakat yang saling mencintai, saling menyayangi dan saling menghormati satu sama lain sebagai sesama anak bangsa.

Pemerintah kita sebagai wali amanat daulat rakyat juga menjadi pemerintahan yang mampu membawa bangsa dan negara ini ke tujuan sebagaimana dicita-citakan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur (Pembukaan UUD 1945). Pemerintah yang menjalankan amanah rakyat dan sebaliknya rakyat senantiasa mendukung pemerintah.

Manusia-manusia baru yang senantiasa mampu mengoreksi dan men-evaluasi diri sebelum berkata, bersikap dan berbuat, apakah yang akan kita lakukan itu baik untuk diri kita, masyarakat, bangsa dan negara ini. 

Dalam bahasa Agama Islam bahwa, apa pun yang akan kita lakukan itu agar senantiasa di lakukan dengan prinsip dasar, "niat dan tertib". 

Perbuatan yang di landasi oleh niat yang baik untuk kemaslahatan. Kemaslahatan personal dan komunal. Tertib dalam makna perbuatan yang tidak melanggar berbagai peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai moralitas yang ada di tengah masyarakat.

Tentu saja kita sangat sayangkan bila pasca bulan puasa (bulan ramadhan) tidak ada perubahan yang signifikan dalam kehidupan bemasyarakat, bangsa dan negara ini. 

Bebagai hal yang tidak baik, tidak pantas dan tidak selayaknya masih terjadi di masyarakat. Berbagai konflik (vertikal dan horisontal) masih senantiasa terjadi. 

Saling hina menghinakan antar sesama anak bangsa juga masih terjadi. Berbagai bentuk pelanggaran hukum masih saja terjadi. Demikian halnya musuh bebuyutan bangsa dan negara ini, "korupsi" senantiasa masih marak terjadi.

Terlebih lagi tensi politik di tengah masyarakat yang semakin panas dengan persaingan dan konflik kepentingan menjelan suksesi presiden dan anggota legisdlatif. Bahkan tidak jarang muncul berbagai bentuk kampanye hitam. Kampanye yang  muatannya saling menghinakan satu sama lain. Saling menyebarkan permusuhan di tengah masyarakat.  

Bukankah sesuatu yang sangat memprihatinkan di akhir bulan puasa (bulan ramadhan) ini Bupati Bogor (AY) tertangkap oleh KPK karena korupsi. Korupsi turunan, oleh karena Bupati Bogor (RY) sebelumnya yang juga kakak kandung dari AY tertangkap juga oleh KPK karena kasus korupsi. Astagfirullah ya Allah Ya Rabbi, entah apa lagi yang harus kita katakan, terkunci sudah bibir ini.

Tentu hal yang sangat kita sayangkan bila misalnya sudah 30 tahun (tiga puluh kali) kita melaksanakan puasa bulan ramadhan akan tetapi tidak ada perubahan yang signifikan dalam diri kita. Bulan puasa yang hanya kita tempatlan sebagai rutinitas ibadah yang fungsi dan mafaatnya hanya ada pada saat bulan ramadhan. Nilai-nilainya tidak pernah mampu kita manfaatkan dalam membentuk diri kita menjadi manusia baru pada setiap tahunnya.

Demikian untuk sementara semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kita menemukan kebenaran sesungguhnya, amin.

Ahkam Jayadi,

Akademisi UIN Alauddin Makassar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun