Kelihatannya mereka juga bergerak sambil bercakap-cakap menggerutu, menyusuri jalan yang sudah saya tunjukkan sebelumnya.
Jalan itu memang tercipta sepi di pagi, menunggu keramaian datang, memberikan rasa aman kembali.
Berani Mengambil Keputusan
Bagi saya, cerita ini mengajarkan sebuah pengalaman. Selama ini, perjumpaan saya dengan sahabat, teman, dan sesama secara umum selalu berbingkai akrab dan sopan.
Namun kali ini saya sungguh merasakan, rupa-rupanya tidak semua frame akrab dan sopan dimaksudkan untuk kebaikan. Sangat mungkin, frame tersebut disalahgunakan untuk membangun perangkap.
Dalam pemikiran saya sekarang, seandainya saya terlambat sadar saat itu, apa yang akan terjadi? Bagaimana jika saya tergoda untuk fokus pada money? Bisa dipastikan, hari itu saya akan berduka karena rekening ATM dikuras mereka.
Bisa jadi, karena telah hanyut dalam situasi yang diskenariokan, kita tidak berani mengambil keputusan walau tahu ada keganjilan.
Bahkan kerapian skenario sosial yang dimanfaatkan untuk tindak kejahatan, sering terdengar berhasil memerangkap objek sasarannya. Seseorang menjadi luluh, tidak mampu berakal sehat. Akibatnya ia, keluarga bahkan orang lain menjadi korban kejahatan.
Bergidik rasanya bila teringat sinyal ajakan Pak Y untuk mengantarnya membagi CSR bagi dua puluhan kelompok tani di salah satu kota bagian timur Jawa Barat.
Kejahatan memang terjadi bila ada kesempatan. Namun akan menjadi kronis di masyarakat bila kita tidak berjuang mengambil keputusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H