Pesan Natal
Setelah tahapan liturgi dilalui, sampailah pada homili Natal yang mengambil tema besar Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan.
Sebagai orang muda, pastor cukup lugas dalam menegaskan bahwa persaudaraan yang dibangun hendaklah berasal dari kerendahan hati, tidak membeda-bedakan suku bangsa dan keyakinan.
Dalam konteks tersebut, pastor menegaskan agar persaudaraan yang dibangun (di tingkat rukun tetangga, dengan komunitas, dan dalam masyarakat) jangan sampai kebablasan menjerumuskan teman yang berbeda keyakinan sehingga membuatnya melanggar aturan-aturan beragamanya. Justru persaudaraan hendaknya saling menguatkan keimanan berdasarkan kepercayaan masing-masing.
Seringkali dijumpai, kita mengatasnamakan persaudaraan, namun sengaja atau tidak sengaja, kita melegitimasi tindakan yang membuat saudara kita lupa, bahkan membuatnya melanggar keyakinannya.Â
Di dalam persaudaraan, hendaknya kita saling mengingatkan satu-sama lain akan jalan keyakinan yang telah dipilih.
 Mengumandangkan Lagu Lagu Natal
Bagaimana pelayanan koor St Elisabeth di hari raya Natal saat itu? Syukur kepada Allah, ibu-bapak anggota koor mampu menggemakan puji-pujian Natal dengan lantang.
Bersama umat, para beliau melantunkan lagu 'Damai' mengiringi persembahan dalam liturgi Ekaristi. Hakikat dari persembahan adalah perdamaian dengan Allah. Dengan perdamaian ini, atas kehendak-Nya, peribadatan akan menjadi sempurna.
Lagu 'Kudus' kami lambungkan sebagai pujian, memuliakan Kemahakuasaan Allah. Que bene cantat bis orat (bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali). Sedikit catatan, tidak semua nyanyian dalam misa adalah doa. 'Kemuliaan', 'Kudus', dan 'Bapa kami' adalah contoh-contoh doa pujian yang dilagukan.