Lonceng gereja dibunyikan tanda misa akan dimulai. Para petugas liturgi memasuki gereja dari pintu sakristi dan duduk di bangku-bangku yang telah dipersiapkan. Seorang asisten-imam maju, berdiri di atas mimbar. Beliau membacakan ajakan agar umat mematuhi prokes dan himbauan untuk menciptakan suasana liturgis selama misa.
Setelah itu, lektor berganti maju ke depan. Petugas ini membacakan satu renungan pengantar misa perayaan natal. Renungan tersebut berisi ajakan agar umat Katolik sanggup menjalankan hidup sederhana. Di dalam kesederhanaan, kita akan mudah untuk memasuki perdamaian hati, anugrah Tuhan.
Selesai lektor berbicara, lagu 'Lahir Kristus di Dunia' kami kumandangkan untuk mengiringi perarakan kecil pastor beserta putra-putri altar memasuki gedung gereja. Lagu pembuka berakhir setelah pastor selesai melakukan ritual pendupaan altar dan berdiri menghadap umat yang mengikuti misa.
"Janji lama telah genap, zaman baru cerah tetap ..."
 Persembahan Kado Natal
"Selamat Natal!", demikian pastor membuka misa. Rangkaian-kata ajakan-berefleksi atas hadirnya Tuhan di dunia runtut diucapkan menyambung-melengkapi frasa "Selamat Natal". Â
Hal yang khas di misa hari raya Natal adalah prosesi persembahan 'kado natal' ke kanak-kanak Yesus. 'Kado natal' ini wujudnya seperti kado kebanyakan.
Sore itu, lagu 'Tiga Raja dari Timur' mengiringi perarakan keluarga pembawa kado. Bapak, ibu, dan putrinya berjalan dari pintu masuk utama gereja menuju ke 'kandang domba' yang dibuat terpisah dari batas suci altar. Pastor menyambut perarakan keluarga di 'kandang' yang mengilustrasikan tempat kelahiran Yesus.
Di dalam kandang tersebut, ada patung bayi Yesus di palungan yang ditemani patung Ibu Maria dan patung Bapak Yoseph. Patung-patung lain seperti patung gembala-gembala dan domba-dombanya ditata menjadi diorama yang menggambarkan suasana ketika Yesus lahir.
Penyerahan kado dalam wujud fisik di hadapan patung bayi Yesus hanyalah sebuah simbolisasi saja. Pemaknaan sesungguhnya adalah kami, sebagai umat Katolik, memohon penyertaan Allah agar lebih setia kepada-Nya dan lebih bertanggung-jawab, serta sabar dalam mendidik anak-anak. Bagi anak-anak dan remaja, persembahan tersebut dimaknai sebagai refleksi atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Kesalahan dan dosa dipersembahkan kepada Allah untuk dilebur, menjadi suci kembali dan lebih berendah hati. Mempersembahkan kado natal juga menjadi refleksi untuk semakin menghormati orang tua dan para pendidik mereka.
"Tanpa bimbang, ikut Bintang hari riang-senang ..."