Ketika semua kaca mobil ditutup, kelembaban udara di dalam kabin meningkat karena respirasi para penumpang yang melepaskan uap air. Dalam cuaca dingin, uap air ini akan terkondensasi dalam bentuk embun yang menempel di kaca bagian dalam. Dampaknya akan mengganggu pandangan sang pengemudi.
Secara teori, sebaiknya AC mobil dimodekan pada skala besar. Tujuannya agar proses penyedotan udara yang mengandung uap air di dalam kabin semakin besar. Konsekuensinya, kabin mobil menjadi lebih dingin karena udara kering yang ditiupkan kembali oleh AC tersebut.Â
Untuk itu, dalam setiap perjalanan jauh, terutama melintas dataran tinggi, sebaiknya kita mengantisipasinya dengan menyiapkan selimut atau jaket yang tebal.
Setelah hujan berkurang intensitasnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Kuningan lewat jalur selatan.
Setibanya di jalur kelok Karangpucung, mobil kami hampir crash adu-bagong dengan sebuah truk. Waktu itu bermodalkan persneling gigi 3, Xenia dipacu menyalip truk-gandeng di sebuah tanjakan. Tiba-tiba sebuah truk-medium muncul dari arah atas-depan. Rem Xenia pun saya injak sampai berdencit 'menangis'. Untunglah, truk tersebut melakukan hal yang sama.
Pengalaman itu sempat membuat kami bergetar was-was untuk melanjutkan perjalanan. Untuk menenangkan diri, kami berhenti di SPBU pinggiran kota Banjar.
Belajar Merangkak di Tanjakan TerjalÂ
SPBU tersebut menjadi titik start kami menjadi offroader-pemula Banjar-Kuningan. Dimulai dari diskusi kecil dengan istri, saya pun mengisi kota tujuan di layar GPS dengan ketikan 'Kabupaten Kuningan' sebagai tujuan akhir perjalanan. Saat itu saya merasa lega. Peta GPS menampilkan jalur warna merah. Jalur ini yang akan memandu kami sampai ke Kuningan. Tertulis juga jarak tempuhnya hanya 75 km!
Sekitar jam dua pagi kami melajukan Xenia mengikuti panduan GPS. Jalan yang kami lalui begitu mulus. Namun akhirnya saya sadar, GPS telah mengarahkan Xenia kami melewati jalan pintas. Jalan yang tadinya aspal kini berganti tanah dan bebatuan. Karena kepalang basah, kami pun melanjutkan perjalanan dengan mengikuti rute GPS.
Tanjakan-tanjakan mulai bergantian menampakkan diri. Diselingi dengan hujan rintik-rintik, Xenia kami berhasil melalapnya semua. Adrenalin petualangan pun telah menang melawan kantuk. Sementara anak-anak dan ibunya masih terlelap tidur.
Sampailah kami pada tanjakan dengan kemiringan sangat terjal. Daihatsu dengan persneling gigi 2 awalnya mampu mendaki tanjakan itu. Namun di separo jalan, mesin mobil terhenti kehabisan tenaga karena kebelummahiran saya mengganti persneling.Â