Mohon tunggu...
Antonius Hananta Danurdara
Antonius Hananta Danurdara Mohon Tunggu... Guru - Sedang Belajar Menulis

Antonius Hananta Danurdara, Kelahiran Kudus 1972. Pengajar Fisika di SMA Trinitas Bandung. Alumni USD. Menulis untuk mensyukuri kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

'Patangan' dalam Sebuah Episode Zaman

12 Desember 2021   11:00 Diperbarui: 14 Desember 2021   12:44 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa kegiatan kampung, seperti gotong – royong membersihkan jalan,  membangun rumah, mengapur pagar persiapan tujuh-belasan dan sejumlah pertemuan warga lainnya.

Anak – anak kampung menyaksikan keteladanan itu. Mungkin secara tidak langsung, kami merasakan semangat kebersamaannya.

Hampir di setiap acara ‘kajatan', warga – warga yang dekat mendapatkan undangan yang disampaikan secara lisan.

Seingat saya ketika sesekali ikut bapak menghadiri ‘kajatan’, saat doa – doa dipanjatkan, kami memang diam tetapi dalam batin juga ikut mendaraskan doa. Selesai berdoa, biasanya para bapak melanjutkan dengan mengobrol.

Kalau pas bapak tidak bisa menghadirnya, nasi berkat ‘kajatan’ diantar ke rumah oleh keluarga pengundang.

Yang menarik adalah kelihatannya cuma mengundang secara lisan, tetapi jika direnungkan, rupa – rupanya ada nilai yang diajarkan, yaitu mengenalkan diri, mengenal tetangga kita, dan saling bertegur sapa.

Semangat jimpitan beras sewadah agar – agar untuk setiap ronda malam juga dihidupi. Hal kecil ini menunjukkan sikap berbela-rasa untuk berbagi.

Terlintas pula di ingatan, ketika ibu atau nenek akan melengkapi kebutuhan bumbu dapur. Biasanya belanjanya ke warung – warung tetangga. Atau, kalau ingin jajan pecel, cemeding, besusul kuah (sejenis keong sawah), rujak, soto, bakso, atau sate kebo bisa juga ke warung – warung makan milik tetangga yang lain. Zaman dulu, warung - warung seperti ini menjadi andalan sumber penghasilan pemiliknya. Warung – warung seperti ini juga menjadi tempat bersilaturahmi antar warga.

Dengan adanya banyak aktivitas warga yang memberi ruang kebersamaan, memungkinkan terjadinya saling percaya antar orang tua yang sifatnya elastis – mengikat dalam komunitas kampung.

Aktivitas baik para warga menjadi semacam pagelaran gamelan kehidupan kampung yang boleh kami nikmati saat kecil. Ketika kami melihat dan merasakan praktik baik ini, mungkin inilah yang membuat kami, anak – anaknya akhirnya saling akrab satu sama lain. Keakraban yang diwujudkan dengan kegiatan bermain bersama yang menyuburkan benih karakter baik.

Patangan, jangan lupa tetangga kiri kanan. Ternyata, para orang tua kami 'jago' memainkannya juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun