Mohon tunggu...
Antonius Hananta Danurdara
Antonius Hananta Danurdara Mohon Tunggu... Guru - Sedang Belajar Menulis

Antonius Hananta Danurdara, Kelahiran Kudus 1972. Pengajar Fisika di SMA Trinitas Bandung. Alumni USD. Menulis untuk mensyukuri kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dualisme Gelombang - Partikel Seorang Penulis

4 Desember 2021   09:42 Diperbarui: 13 Desember 2021   09:14 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Samuel Theo Manat Silitonga dari Pexels 

Mungkin inilah hidup, apa yang telah ditinggalkan kini datang dan apa yang telah datang nantinya ditinggalkan. Ibarat sebuah roda yang akan menggilas penentang sebagai rintangan dan memberikan tantangan bagi yang ikhlas mengikuti arah perputarannya.

Memulai Nulis

Demikianlah kisah saya mulai menulis. Tanpa informasi lengkap, masuklah saya ke kompasiana. Sebuah ballroom tempat para penulis jagoan berdansa. Yang membuat saya senang, mereka berendah - hati memberi semangat dengan berbagi tulisan agar artikel kami semakin baik.

Setelah lebih sebulan saya pun sadar. Rupa - rupanya saya masih anak culun yang sedang menawarkan kembang gula jahe. Gembira berangkat dari rumah, membawa kembang gula nostalgia.

Pemahaman saya tentang menulis sangatlah terbatas. Saya masih berada di lingkaran paparan informasi, tutur pengalaman, dan sedikit berani beropini.

Mungkin dari ketiganya, yang paling mudah untuk dialirkan ke layar 13,5' adalah bertutur tentang pengalaman. Menulisnya tidaklah membutuhkan waktu lama. Menjadi lama kalau kita merekayasa.

Saya masih teringat di dua - tiga tulisan awal yang saya buat. Bagaimana seluruh badan bergetar luar biasa ketika dini hari masih menuliskan peristiwa mistis yang sebenarnya berkali - kali saya alami di lintas raya jawa. Seolah - olah 'mereka' sedang mengetuk pintu, bertamu ke rumah, dan ingin diceritakan dalam kesenyapan malam.

Teringat pula, bagaimana hati membiru dalam lingkaran idealisme ketika mencoba menyajikan sisi kemanusiaan yang berkeadilan dan beradab.

Pikiran begitu asyik berukir kata, berkolaborasi dengan jari - jemari (atau memperbudaknya?)  untuk berganti menekan tuts - tuts perangkai kata.

Berkualitas, Belajar Sepanjang Hayat, dan Merdeka

Tidak terbayangkan sebelumnya, ternyata saya sudah cukup dalam masuk ke dunia menulis. Sampailah akhirnya pada minggu ini (awal Desember 2021), saya membaca tulisan tiga kompasianer tentang menulis.

Tiga kata bermakna yang tersimpul, yaitu: (1) berkualitas, (2) belajar sepanjang hayat, dan (3) merdeka.

Bagi saya, menyajikan tulisan berkualitas itu masih setara dengan membakar energi dengan berlari keliling lapangan sepakbola 15 kali. Bagi penulis, yang baru terjun di "cabang olahraga" ini memang wajib berlatih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun