Mohon tunggu...
Antonius Hananta Danurdara
Antonius Hananta Danurdara Mohon Tunggu... Guru - Sedang Belajar Menulis

Antonius Hananta Danurdara, Kelahiran Kudus 1972. Pengajar Fisika di SMA Trinitas Bandung. Alumni USD. Menulis untuk mensyukuri kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imunitas Tubuh Bekal Utama Pejuang WFO

14 November 2021   10:00 Diperbarui: 14 November 2021   12:39 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pakai Masker - Rejeki Datang (sumber: pribadi)

Kita mengetahui virus SARS – CoV2 berpindah dan tinggal dari manusia satu ke manusia lain melalui droplet dan airborne transmision. Saat berbicara, batuk, dan bersin; droplet – droplet akan terbentuk, menyebar secara konvergen. Dalam selang waktu tertentu, droplet – droplet akan melayang di udara sebelum akhirnya jatuh oleh tarikan gravitasi Bumi, menempel di benda – benda sekitar. Sementara micro droplet, karena ukurannya yang lebih kecil dapat bertahan melayang di udara lebih lama.

Dalam WFO, pertukaran droplet ini pasti akan terjadi, karena kita akan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja atau atasan kita, baik yang sifatnya formal maupun sekedar guyonan.

Semakin sering kita saling kontak bicara maka kerapatan micro droplet di tempat kita berinteraksi semakin tinggi. Sementara sebaran droplet yang menempel pada benda – benda sekitar semakin banyak. 

Hal ini dapat diartikan jika ada salah satu anggota komunitas suspect COVID – 19, terlibat melakukan percakapan, peluang terhirupnya micro droplet atau tersentuhnya droplet yang berasal darinya juga meningkat. Jadi, ketika kita memutuskan atau diwajibkan WFO, resiko bertukar droplet dengan tingkat keseringan yang tinggi harus kita maklumi.

Serpih Pengalaman di Warung Makan

Sebagai orang yang sering jajan makan siang di jam – jam istirahat, pengalaman langsung terkait situasi dan kondisi di tempat makan saya narasikan sebagai berikut. Dapat dibayangkan, sebuah warung makan 6 x 8 meter dengan beberapa individu atau kelompok orang yang berasal dari dua – tiga tempat kerja berbeda, heterogen. 

Mereka asyik menikmati makanan pesanan sambil saling mengobrol dengan rekan kerjanya di tempat makan. Puluhan menit kemudian, penikmat makan siang telah berganti dengan individu atau kelompok lain dengan polah – tingkah dan hasrat yang sama, jajan makan siang.

Kerumunan di tempat makan seperti diceritakan di atas pasti tak jauh beda dengan situasi ruang – ruang makan yang disediakan oleh kantor – kantor di kala jam istirahat. Hanya saja komunitas di tempat tersebut mungkin lebih homogen. Tetapi rasa – rasanya juga tidak ada jaminan lebih bersih dan sehat.

Jadi bagaimana cara menghindari situasi dan kondisi seperti di warung makan yang diilustrasikan? Kelihatannya, ini juga akan menjadi resiko yang dihadapi oleh para pelaku WFO, khususnya yang sering jajan seperti saya.

Serpih Pengalaman Pelaksanaan Protokol Kesehatan

Jaga jarak, cuci tangan dengan sabun dan penggunaan hand sanitizer, serta penggunaan masker pun lambat laun akan abai – teredam oleh dinamika saling interaksi anggota komunitas. Cek suhu tubuh di sejumlah tempat terkesan sekedar formalitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun