Mohon tunggu...
Ali Al Harkan
Ali Al Harkan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa, aktualisasi, mengejar impian besar. | www.batiksastra.blogspot.com | | www.facebook.com/aharkan | | www.twitter.com/@aharkan |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hidup di Sekolah, Tapi Tidak Hidup di Kehidupan

5 Februari 2012   00:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:03 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka datang 3 anak Punk duduk di depan saya. Dan mereka merokok. Dan saya sedang tidak membawa masker. Dan air minum.

Maka kereta berjalan.

Sepanjang perjalanan 3 anak itu bercerita aneh-aneh. Saya melihat bahwa mereka sebenarnya banyak sekali memiliki sisi baik. Solidaritas dan soliditas mereka tak ada yang mengalahkan. Jika ada sebotol air atau seplastik makanan di satu orang, maka orang itu pasti membaginya ke orang yang terdekat. Entah dengan cara yang menurut orang tua tidak sopan, tapi prinsip berbagi telah mereka laksanakan -jauh mengungguli koruptor di Senayan.

Jika mereka bersatu dalam suatu acara -seperti konser-, meskipun kumpulan mereka tidak teratur dan tidak ada yang mengatur, mereka dapat mengenali satu sama lain dalam kumpulannya dengan cara yang tak bisa saya mengerti.

Jika mungkin ada kakek-nenek yang lewat dekat mereka, mereka tidak segan-segan mempersilahkan mereka duduk dan berganti untuk berdiri. Prinsip penghormatan kepada orangtua telah mereka laksanakan, msekipun bagi sebagian orang kata-kata yang mereka sampaikan perlu dibenahi.

Punk adalah sistem cara hidup yang diterapkan oleh pengikut setianya, yang saya lihat bukan hanya sekedar gerombolan anak-anak yang suka melihat konser dengan anarki, tapi lebih dalam melihat paradigma itu, mereka adalah sekedar anak-anak muda yang menginginkan hidup bebas dan menjunjung tinggi persatuan sesamanya.

Mungkin

Kemudian kereta berhenti sebentar di stasiun -lupa namanya

Seperti yang saya tulis tadi, dari stasiun ini naik pasangan kakek-nenek yang hendak ke Surabaya seperti saya, dan ketika lewat, 3 anak Punk tadi langsung berdiri dan me-monggo-kan untuk duduk.

Maka cerita baru dimulai.

Bapak tua mulai beraksi, "Ulahopo arek-arek iki kok rame-rame? Kate daftar ABRI tah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun