Mohon tunggu...
Agung Nugraha
Agung Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mempelajari Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemiripan Antara Erdogan dengan Ataturk

19 Juni 2023   12:35 Diperbarui: 19 Juni 2023   12:39 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada beberapa minggu sebelumnya, Erdogan berhasil memenangkan Pemilu Turki tahun 2023 mengalahkan Kemal Kilicdaroglu. Sekedar informasi, Erdogan cenderung berhaluan Konservatif walaupun beliau sendiri memiliki sikap oportunistik dan beliau mewakili Partai AKP. Sedangkan rivalnya, Kilicdaroglu, mewakili partai CHP yang berhaluan Kemalisme dan mengklaim dirinya merupakan panglima terakhir ideologi Kemalisme yang progresif yang dianggap keberadaannya di negara Turki tergerus oleh konservatisme yang dibawa Erdogan sejak memimpin Turki.

Kemalisme sendiri adalah sebuah ideologi yang lahir daripada pemikiran, ucapan, tindakan dari pahlawan kemerdekaan sekaligus Presiden pertama Turki yang bernama Mustafa Kemal Ataturk. Kemalisme berakar dari paham sekulerisme, demokratisme, nasionalisme, dan republikanisme. Sementara Erdogan sendiri memulai kiprah politiknya sebagai anggota Milli Gorus, sebuah gerakan Islamisme di Turki pimpinan Necmettin Erbakan, pada tahun 1980an. Lalu beliau melanjutkan kiprah politiknya sebagai Walikota Turki. 

Dan kemudian beliau menjadi Perdana Menteri Turki sejak 2003-2013. Dan menjadi Presiden Turki sejak 2013 sampai sekarang. Peraturan sistem Parlementer pun beliau ubah menjadi Presidensil pada tahun 2017 sehingga kewenangan beliau sebagai Presiden bertambah kuat. Dan diyakini penguatan pengaruh Presiden berakar dari kewenangan Sultan Utsmaniyah dahulu. Terlebih lagi Erdogan berhaluan konservatif.

Meskipun begitu ada sedikit kemiripan antara Ataturk dan Erdogan. Kemiripan tersebut adalah pragmatisme dalam memimpin negara dan sikap luwes atas perubahan tren serta zaman. Keluwesan tersebut sangatlah penting bagi penguasa yang memang memiliki niat mempertahankan kejayaannya tersebut.

Ataturk lahir pada 1881 di Thessaloniki yang masih merupakan bagian dari Utsmaniyah saat itu (sekarang Yunani). Ayahnya tentara, ibunya adalah seorang solehah yang bekerja di rumah. 

Ibunya menyekolahkan beliau di Madrasah saat mudanya dan beliau memiliki pengetahuan agama yang tinggi setelahnya. Setelah itu beliau ikut dalam akademi militer Utsmaniyah sejak tahun 1893 dan lulus tahun 1905.  Namun, pada tahun 1908, beliau ikut serta dalam gerakan nasionalis Turki yang memprotes Kesultanan yang bernama Ittihad ve Terakki.  

Sempat dipenjara, lalu beliau ikut dalam ketentaraan di tahun 1911 dan ikut terjun dalam Perang Dunia 1. Di Perang Dunia 1, meskipun Utsmaniyah kalah tetapi beliau selalu memenangkan banyak peperangan. Pada masa Perang Kemerdekaan Turki, beliau menyerukan jihad melawan Sultan dan Yunani yang telah dikendalikan negara kuat Barat dan mengajak orang-orang Islam Sirkasia dan muslim India untuk ikut bertempur melawan mereka sampai Turki merdeka. 

Ataturk juga saat itu menyerukan persatuan Islam. Dan pada tahun 1923, setelah Turki merdeka, beliau mendeklarasikan diri sebagai Presiden sembari membubarkan Kesultanan. Namun posisi kekhalifahan Utsmaniyah tetap dipertahankan sebagai pemimpin Islam secara seremonial mirip Inggris. Namun, melihat kondisi Turki yang terbelakang, akhirnya beliau pada tahun 1924 mengubah konstitusi menjadi konstitusi baru yang berdasarkan hukum penal Swiss dan posisi Presiden dijadikan posisi tertinggi serta kekhalifahan dihapus. Setelah itu Turki menjadi negara sekuler dan efektivitas dijadikan orientasi utama dalam bernegara ketimbang monarkisme.

Setelah itu, beliau mengeluarkan beberapa reformasi. Seperti penggantian abjad dari Arab ke Alfabet, pemberian hak berpolitik penuh bagi perempuan, pembebasan berpakaian, melarang peci, pembentukan bank sentral, pengubahan masjid Hagia Sophia menjadi museum, mereformasi bahasa Turki, dan kebijakan sekuler lainnya yang berhasil membawa Turki menjauhi ketertinggalan. Beliau, dengan kapasitasnya menjadi Presiden, mengkritik kejumudan Islam. 

Namun, di sisi lain, beliau juga yang memerintahkan penerjemahan Alquran pertamakalinya di Turki secara massal, pembangunan puluhan masjid di Turki dengan uangnya sendiri, mendukung gerakan konservatif Islam modern yang nantinya melatarbelakangi adanya Milli Gorus, dan mengusir ratusan ribu orang Kristen Yunani dan Armenia dari tanah Turki yang dianggap telah melakukan teror. Pada masa kemerdekaan, beliau bersekutu dengan Uni Soviet yang dianggap progresif. 

Setelah merdeka, hubungan Turki dan Uni Soviet menjadi memburuk, dan banyak tokoh komunis Turki yang dipenjara tanpa pengadilan. Beliau meskipun telah mereformasi bahasa Turki, tetapi di kenyataan beliau tetap menulis dokumen atau cerita menggunakan bahasa Turki zaman Utsmaniyah karena dianggap lebih efektif.

Pada akhirnya Ataturk yang dilihat orang banyak bukanlah sesuai dengan realitas yang ada. Ada beberapa latar kenyataan yang membuat Ataturk bersikap seperti itu. Pragmatisme beliau menciptakan sebuah negara modern yang menjauhi ketertinggalannya sendiri. Erdogan pun juga sama seperti beliau, yakni pragmatis. 

Hanya saja Erdogan bersikap oportunis. Pada dekade 1980an beliau adalah anggota gerakan Islamis Milli Gorus. Namun pada tahun 2002, ketika beliau berkampanye dalam pemilihan PM, beliau mendeklarasikan diri sebagai tokoh yang liberal, pro demokrasi, dan pro Barat. Beliau menjanjikan Turki akan masuk Uni Eropa beberapa tahun nanti. Lawannya adalah kelompok Kemalis, Nasionalis, dan Fasis. Namun di tahun 2010an awal, ketika radikalisasi agama terjadi di Timur Tengah, Erdogan menjadi Islamis dan mendeklarasikan diri sebagai pejuang persatuan Islam.

Pendidikan teori evolusi dihapus dari sekolahan dan donor pemerintah untuk masjid diperbanyak. Tetapi di tahun 2016, setelah kudeta yang didalangi seorang ulama bernama Gulen terjadi, beliau kecewa berat dan akhirnya sejak tahun 2016 beliau merapat ke kelompok Nasionalis. Beliau melakukan rotasi jabatan petinggi partai AKP yang semula didominasi Islamis menjadi didominasi Nasionalis, Kemalis, dan Fasis. Kebijakan internasional beliau berubah menjadi condong ke Rusia dan Tiongkok. Meskipun begitu, untuk menarik hati Islamis dan liberal pro-Barat, beliau mengubah Hagia Sophia menjadi masjid kembali dan menegaskan partisipasinya di NATO.

Selain itu juga ada perbedaan -perbedaan lain. Ataturk adalah bekas anggota militer yang turun ke zona perang berkali-kali, Erdogan hanya bekas aktivis dan walikota. Ataturk seorang pasifis sebagai rasa traumanya atas kekalahan Utsmaniyah di masa lalu. Erdogan pro intervensi ke luar negeri dalam rangka melebarkan dominasi Turki di dunia sebagai penjaga selat Bosporus. Pada akhirnya pragmatisme mengalahkan idealisme karena pragmatisme cenderung beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kekuasaan tidak bisa dipegang secara main-main.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun